Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Marah Bilang "Mami Bego", Bagaimana Orang Tua Sebaiknya Bersikap? Ini Kata Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi anak tantrum saat orangtua menerapkan pola asuh keras
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Belakangan ini lini masa platform X ramai membicarakan soal pola asuh orang tua yang dinilai terlalu keras.

Salah satu video viral diunggah oleh akun @txtkon*** pada Jumat (25/7/2025), memperlihatkan seorang anak kecil yang sedang diajari sopan santun oleh orang tuanya.

Dalam video itu, sang anak mengatakan bahwa ucapan “mami bego” adalah kata yang tak pantas ditujukan kepada orang tua.

Namun yang jadi sorotan warganet bukanlah isi pelajaran etika tersebut, melainkan bagaimana cara orang tua itu menyampaikan pelajaran.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat anak menangis dan tantrum, orang tuanya tetap bersikap tegas bahkan cenderung keras.

Baca juga: 6 Alasan Sulit Berteman Saat Dewasa Menurut Psikolog

Komentar pun bermunculan. Sebagian mendukung cara disiplin orang tua itu, sementara sebagian lain menilai pendekatan tersebut terlalu keras dan bisa berdampak buruk bagi psikologis anak.

“Didikan VOC pasti gak akan marah lihat ini. Soalnya kalau dibiarin, kebiasaan ngomong kasar,” tulis salah satu komentar yang menyoroti perbedaan generasi dalam mendidik anak.

Lalu, bagaimana pandangan psikolog terkait cara mendidik seperti ini?

Tegas boleh, tapi jangan abaikan emosi anak

Psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal, menjelaskan bahwa proses pengasuhan anak bukan sekadar soal memberi tahu mana yang benar dan salah.

Proses pengasuhan melainkan mencakup banyak aspek penting, mulai dari pembentukan karakter, pengembangan keterampilan, hingga pemenuhan kebutuhan emosional anak.

“Anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat. Jadi, memberi contoh yang baik, menumbuhkan kemandirian, menetapkan batasan yang jelas, serta menanamkan nilai moral dan sosial adalah dasar penting dalam mendidik anak secara efektif,” ujarnya saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (25/7/2025).

Menurut Danti, pendekatan keras sering kali dianggap ampuh mendisiplinkan anak.

Tapi, dalam jangka panjang, pola asuh yang terlalu otoriter justru bisa memicu stres, kecemasan, menurunkan rasa percaya diri, bahkan menyebabkan gangguan perilaku.

Baca juga: Psikolog Ungkap 5 Dampak Kebiasaan Mager, Picu Overthinking dan Depresi

Gabungkan tradisi dan pendekatan modern

Danti juga menyoroti perbedaan antara pola asuh generasi lama dan generasi sekarang.

Gaya tradisional lebih banyak mengandalkan aturan tegas dan struktur hierarkis, sementara pendekatan modern cenderung mengutamakan penguatan positif dan dialog.

Namun, menurutnya, tak perlu memihak sepenuhnya ke salah satu. Kombinasi dari keduanya justru bisa menjadi pendekatan yang relevan saat ini.

“Orang tua tetap bisa menanamkan disiplin, tapi tanpa mengabaikan kebutuhan emosional anak,” katanya.

Di masa lalu, pendekanan pola asuh lebih besar pada kepatuhan.

Tapi kini, pergeseran nilai sosial dan pemahaman yang lebih baik tentang tumbuh kembang anak mengarahkan orang tua untuk fokus pada kesejahteraan psikologis anak.

Baca juga: 12 Ciri-ciri Pasangan Narsistik Menurut Psikolog, Apa Saja?

Orang tua perlu terus belajar

Dalam proses pengasuhan, kata Danti, yang terpenting adalah membantu anak memahami konsekuensi dari setiap tindakannya.

Namun pemahaman itu tak bisa tumbuh hanya dari aturan atau hukuman semata. Dibutuhkan bimbingan yang konsisten dan tepat.

“Orang tua berperan bukan hanya sebagai pemberi aturan, tapi juga sebagai pendamping dalam proses tumbuh kembang anak,” ujar Danti.

Setiap anak memiliki karakter dan kebutuhan yang berbeda, sehingga cara mendidiknya pun tak bisa disamakan.

Karena itu, orang tua perlu terus membuka diri terhadap informasi baru dan memperbarui pendekatannya seiring waktu.

“Pola asuh bukan sesuatu yang kaku. Orang tua harus mampu menyesuaikan pendekatan dengan zaman dan kebutuhan masing-masing anak,” tandasnya.

Baca juga: Anak Selalu Dituntut Sempurna oleh Orang Tua, Psikolog Ungkap 3 Dampaknya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi