KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau diketahui mulai meluas sejak pertengahan Juli 2025, khususnya di wilayah Kabupaten Rokan Hilir dan Rokan Hulu, yang menjadi daerah terdampak utama.
Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (26/7/2025) Satuan Tugas (Satgas) Udara Pekanbaru, Riau, melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sebagai langkah penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang masih melanda sejumlah wilayah di provinsi tersebut.
Pelaksanaan OMC tersebut bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sepanjang Juli 2025, pelaksanaan OMC tersebut dilakukan untuk menghasilkan hujan buatan di kawasan terdampak.
Operasi tersebut diketahui telah berhasil dilakukan. Beberapa wilayah terdampak Karhutla diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
Lantas, apa sebenarnya Operasi Modifikasi Cuaca itu? Selain itu, mengapa memilih OMC untuk memadamkan kebakaran tersebut?
Baca juga: Ramai soal Warung Mbok Yem Disebut Ikut Terbakar dalam Karhutla Gunung Lawu, Bagaimana Kondisinya?
Apa itu operasi modifikasi cuaca?
Direktur Operasional Modifikasi Cuaca, Budi Harsoyo, S.Si., M.Si. menjelaskan bahwa Operasi Modifikasi Cuaca, yang dikenal luas dengan istilah hujan buatan, merupakan upaya manusia untuk mengubah kondisi cuaca sesuai kebutuhan.
Perubahan cuaca tersebut dilakukan dengan cara penyemaian awan menggunakan bahan semai higroskopis, contohnya seperti garam (NaCl).
Fungsi dari garam tersebut nantinya akan sebagai inti kondensasi yang mempercepat terbentuknya hujan.
"Bahan tersebut berfungsi sebagai inti kondensasi yang mempercepat terbentuknya hujan ketika disemai ke dalam awan potensial, seperti awan cumulus yang kaya uap air," kata Budi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/7/2025).
Upaya tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan potensi terjadinya hujan yang nantinya bermanfaat untuk dapat memadamkan kebakaran hutan yang terjadi.
Baca juga: Puncak Musim Kemarau, Karhutla, dan Wilayah yang Berpotensi Alami Kekeringan...
Dari pemadaman ke pencegahan
Budi menjelakan bahwa pemanfaatan OMC di Indonesia pertama kali dilakukan pada 1997. Saat itu dilakukan untuk mitigasi karhutla saat terjadi El Nino yang begitu kuat.
"Seiring meningkatnya frekuensi bencana hidrometeorologis akibat perubahan iklim, sejak 2010-an, OMC mulai rutin digunakan hampir setiap tahun di provinsi rawan karhutla," jelas Budi.
Provinsi rawan karhutla tersebut mencakup Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Pada awalnya, OMC diterapkan ketika kebakaran sudah meluas. Namun, pendekatan tersebut dinilai kurang optimal karena pada puncak kemarau sering kali tidak tersedia awan potensial.
"Setelah pengalaman El Nino 2015, paradigma penggunaan OMC diubah dari pemadaman menjadi pencegahan dengan sasaran pembasahan lahan gambut sebelum kebakaran terjadi," jelas Budi.
Baca juga: Keterkaitan Karhutla dan Korupsi serta Komitmen Pemerintah dalam Mengatasinya
OMC dapat membantu mengisi air pada embung
Budi mengungkapkan hujan buatan hasil OMC dinilai lebih efektif dibandingkan pemadaman darat maupun water bombing, khususnya pada lahan gambut yang terbakar.
"Selain memadamkan api secara langsung, hujan juga menjaga kelembapan lahan gambut agar tidak mudah terbakar," jelas Budi.
Selain itu, Budi menjelaskan bahwa air hujan yang dihasilkan dari OMC akan tertampung di embung-embung.
Embung tersebut nantinya dapat dimanfaatkan untuk sumber air yang digunakan untuk pemadaman darat maupun helikopter water bombing.
Baca juga: Karhutla di Jambi, Polisi Tetapkan 37 Tersangka
Peningkatan kualitas udara dan mengisi pasokan air
Budi menjelaskan bahwa OMC memiliki dampak langsung pada pengurangan titik api pada kebakaran hutan. Selain itu, terjadi juga peningkatan kualitas udara di wilayah terdampak.
Selain itu, hujan dari OMC juga membantu menjaga kelembapan tanah dan menambah cadangan air di daerah yang dilanda kekeringan.
Bahkan, hujan tersebut juga dapat membuat pasokan air dari PDAM kembali menyala.
"Hujan gerimis dari OMC bahkan membuat pasokan air dari PDAM kembali menyala setelah dua bulan mati," pungkas Budi.
Baca juga: Mengenal Kalsium Oksida untuk Modifikasi Cuaca Penanganan Karhutla
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.