Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya di Perbatasan, Warga Thailand dan Kamboja Saling Serang di Media Sosial

Baca di App
Lihat Foto
AFP/TANG CHHIN SOTHY
Tentara Thailand berjaga di kuil Prasat Ta Muen Thom, atau Prasat Ta Moan Thom, di Khmer, perbatasan sengketa antara Thailand dan Kamboja, pada 26 Maret 2025. Jet tempur F-16 Thailand mengebom wilayah Kamboja di wilayah perbatasan yang memicu bentrokan.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com – Konflik antara Thailand dan Kamboja yang memuncak pada Kamis (24/7/2025) tak hanya terjadi di dunia nyata. Di dunia maya, warganet dari kedua negara tersebut juga "saling serang".

Baik media sosial TikTok maupun X (sebelumnya Twitter), warganet Thailand dan Kamboja saling menuding serta membela narasi resmi dari pemerintah masing-masing.

Para warganet saling menyindir dan berbalas komentar. Mereka mempermasalahkan beberapa hal mengenai sengketa lama, seperti kepemilikan candi, tarian daerah, busana tradisional, serta unsur budaya lain.

Tak hanya warga negaranya, bahkan para elit politik juga turut memberikan komentar satu sama lain.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, seperti apa konflik warga Thailand dan Kamboja yang terjadi di dunia maya tersebut?

Baca juga: Perang Thailand-Kamboja, Tokoh Dunia Serukan Gencatan Senjata dan Dialog Damai

Perselisihan di media sosial

Dikutip dari BBC, Sabtu (26/7/2025), kolom komentar di media sosial warga Thailand dan Kamboja ramai oleh perdebatan, seolah berubah menjadi "medan tempur digital". Berikut kutipannya

"Kejar keadilan untuk Kamboja. Pasukan Thailand yang lebih dulu melepaskan tembakan," tulis seorang pengguna TikTok asal Kamboja.

"Siapa yang percaya sama negara penipu terbesar ini?" balas seorang pengguna asal Thailand. 

"Faktanya, Kamboja yang lebih dulu menyerang Thailand. Gunakan tagar #CambodiaOpenedFire," tulis pengguna X asal Thailand yang telah ditonton lebih dari satu juta kali.

Sebaliknya, warganet Kamboja juga menggunakan tagar #ThailandOpenedFire dan membuat video versi mereka tentang konflik ini.

Baca juga: Sejarah Konflik Thailand dan Kamboja, Peta Kolonial Buatan Perancis Jadi Pemicu

Ketegangan budaya antara kedua negara punya sejarah panjang. Perselisihan bermula saat wilayah perbatasan ditetapkan setelah penjajahan Prancis atas Kamboja.

Pada 2008, Kamboja mendaftarkan Candi Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, yang disambut protes keras dari Thailand.

Perselisihan meluas hingga kompleks Candi Ta Moan dari abad ke-13, yang diklaim telah dipasangi kawat berduri oleh pasukan Thailand.

Persaingan ini tak hanya soal situs sejarah. Kedua negara juga kerap berseteru dalam bidang olahraga, kuliner, dan busana tradisional.

Warganet Thailand menyebut Kamboja sebagai “Claimbodia” karena dianggap mencuri budaya, sementara warganet Kamboja membalas dengan sebutan “Siamese thieves”.

Baca juga: Intip Kabin SUV Ringkas Hybrid Rocky, Fronx, MG VS dan Tiggo Cross

Politikus ikut berdebat di media sosial

Di tengah seruan gencatan senjata dari Kamboja pada Sabtu (26/7/2025), para elite politik kedua negara justru saling serang di platform X.

Thaksin Shinawatra, mantan Perdana Menteri Thailand, menulis bahwa ia mendapat banyak tawaran untuk menjadi mediator, tetapi menolak untuk sementara waktu.

“Saya perlu memberi waktu agar militer Thailand mengajari Hun Sen satu-dua pelajaran soal kelicikannya,” tulis Thaksin.

Hun Sen, mantan pemimpin Kamboja yang masih berpengaruh, merespons bahwa ia tak heran dengan sikap Thaksin

“Saya tidak heran dengan sikap Thaksin. Ia bahkan pernah mengkhianati Raja Thailand dan rekan satu partainya sendiri. Kini, demi membalas dendam pada saya, ia justru mendorong negara menuju perang," ujar Hun Sen, dikutip dari BBC.

Baca juga: Update Perang Thailand-Kamboja: 12 Tewas, Situs Warisan Dunia Rusak, Ribuan Warga Mengungsi

Memanasnya situasi ini dipicu oleh retaknya hubungan pribadi antara Hun Sen dan Thaksin.

Hun Sen membocorkan percakapan telepon dengan Paetongtarn Shinawatra, putri Thaksin yang kala itu menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand.

Dalam rekaman tersebut, Paetongtarn memanggil Hun Sen dengan sebutan “Paman”, ia diketahui mengkritik komandan militernya sendiri. Rekaman tersebut tersebar luas dan menyebabkan kehebohan publik.

Akibatnya, Paetongtarn diskors dari jabatannya. Mahkamah Konstitusi Thailand kini sedang mempertimbangkan permohonan pemecatannya.

Baca juga: Kronologi Baku Tembak Thailand-Kamboja: dari Drone hingga Serangan F-16

Beberapa pihak di Thailand meyakini kebocoran rekaman itu sengaja dilakukan Hun Sen untuk mengalihkan perhatian publik.

“Hun ingin menciptakan konflik dan perang agar bisa menguatkan posisinya dan anaknya di Kamboja. Karena itu ia butuh musuh besar, yaitu Thailand,” tulis seorang warganet Thailand,

Ia menanggapi unggahan dari pihak Kamboja yang menyebut, “Tak mungkin negara kecil dengan ekonomi lemah seperti Kamboja menyerang Thailand duluan.”

Meski konflik di perbatasan belum meluas menjadi perang terbuka, pertempuran di media sosial tampaknya masih akan terus berlanjut.

Baca juga: Kronologi Baku Tembak Thailand-Kamboja: dari Drone hingga Serangan F-16

Konflik Kamboja-Thailand

Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (26/7/2025), sebelumnya, konflik Kamboja dan Thailand pecah pada Kamis (24/7/2025).

Terjadi peperangan yang melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pasukan darat dari kedua belah pihak.

Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan lebih dari 138.000 orang telah dievakuasi dari wilayah perbatasan lokasi perang Thailand-Kamboja. Sementara itu, sebanyak 15 orang dan 46 orang lainnya terluka.

Pada Jumat (25/7/2025) waktu setempat, Kamboja menyerukan gencatan senjata tanpa syarat dengan Thailand.

Permintaan tersebut disampaikan oleh Duta Besar Kamboja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Chhea Keo, saat menghadiri pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB pada Jumat 

Baca juga: Malaysia Diharapkan Jadi Penengah dalam Perang Thailand-Kamboja

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi