Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diancam Donald Trump, Thailand dan Kamboja Pertimbangkan Gencatan Senjata

Baca di App
Lihat Foto
AFP/ANDREW CABALLERO-REYNOLDS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor Thailand dan Kamboja jika terus berperang.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Thailand dan Kamboja mempertimbangakan untuk melakukan gencatan senjata setelah beberapa hari perang di perbatasan kedua negara.

Kamboja dan Thailand disebut menyepakati pertemuan bilateral guna merundingkan gencatan senjata pada Sabtu (26/7/2025) kemarin.

Kesepakatan tersebut diumumkan usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan komunikasi langsung dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet dan PM interim Thailand Phumtham Wechayachai.

Baca juga: Thailand Nyatakan Siap Gencatan Senjata dengan Kamboja, Apa Saja yang Sudah Terjadi?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Donald Trump ancam naikkan tarif impor

Melalui akun media sosial Truth Social, Donald Trump menyampaikan bahwa Thailand dan Kamboja akan merundingkan gencatan senjata.

"Mereka sepakat untuk segera bertemu dan segera menyusun Gencatan Senjata, dan pada akhirnya, PERDAMAIAN!" tulis Trump, dikutip dari Kompas Global, Minggu (27/7/2025).

Trump menyebut dirinya mengancam tidak akan melanjutkan pembahasan mengenai kesepakatan dagang jika perang Thailand-Kamboja berlanjut.

Baca juga: Tak Hanya di Perbatasan, Warga Thailand dan Kamboja Saling Serang di Media Sosial

“Mereka juga ingin kembali ke ‘Meja Perundingan’ dengan Amerika Serikat, yang menurut kami tidak pantas dilakukan sampai pertempuran BERHENTI,” lanjut pernyataan tersebut.

Sebelumnya, Trump juga dikabarkan telah mengirimkan surat kepada Pemerintah Thailand dan Kamboja.

Ia mengancam akan mengenakan tarif 36 persen atas sebagian besar ekspor dari kedua negara ke AS mulai 1 Agustus 2025, apabila perang tidak mereda.

Baca juga: Update Konflik Thailand-Kamboja: Apa Dampaknya Jika Tak Segera Gencatan Senjata?

Respons Thailand dan Kamboja terkait gencatan senjata

Pada Minggu (27/7/2025) dini hari waktu setempat, PM Kamboja Hun Manet menyampaikan apresiasinya atas peran Donald Trump.

Kamboja menyetujui usulan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan angkatan bersenjata Thailand.

Baca juga: Sejarah Konflik Thailand dan Kamboja, Peta Kolonial Buatan Perancis Jadi Pemicu

Hun Manet juga menyampaikan, telah meminta dukungan dari Ketua ASEAN sekaligus Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, terkait seruan damai tersebut.

Sementara itu, pernyataan dari pihak Thailand lebih berhati-hati dan menekankan perlunya melihat niat tulus dari pihak Kamboja.

Meski begitu, Phumtham menyatakan telah meminta Trump menyampaikan bahwa Thailand siap mengadakan dialog bilateral sesegera mungkin guna menyusun langkah-langkah konkret menuju gencatan senjata dan penyelesaian damai.

Baca juga: Perang Thailand-Kamboja, Tokoh Dunia Serukan Gencatan Senjata dan Dialog Damai

Pemicu perang Thailand-Kamboja

Ketegangan di perbatasan antara Thailand dan Kamboja baru-baru ini kembali memanas. Pasukan militer keduanya saling melepaskan serangan.

Konflik terbaru dipicu ketika militer Thailand menuduh Kamboja telah mengerahkan pesawat tanpa awak pengintai sebelum mengirim pasukan ke daerah dekat Kuil Ta Moan Thom.

Thailand menyebut bahwa pasukan Kamboja melepaskan tembakan dengan senjata berat, termasuk artileri dan roket jarak jauh BM21.

Baca juga: Sejarah Konflik Perbatasan Thailand dan Kamboja, Ini Pemicunya

Namun, Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja mengeluarkan pernyataannya sebaliknya dan menuduh Thailand menyerang terlebih dahulu.

Menurut pernyataan tersebut, pasukan Kamboja hanya membalas setelah diserang oleh tentara Thailand dan merupakan tindakan untuk membela diri.

Perang Thailand-Kamboja disebabkan sengketa perbatasan yang memperebutkan area sekitar Candi Preah Vihear dan Ta Muen Thom.

Baca juga: Kronologi Baku Tembak Thailand-Kamboja: dari Drone hingga Serangan F-16

Pada 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa Preah Vihear adalah milik Kamboja.

Kamboja pun mengajukan candi ini sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2008, yang memicu krisis politik di Thailand dan menambah ketegangan di perbatasan.

Thailand lalu menolaknya dan menuntut penyelesaian sengketa dilakukan secara bilateral, bukan melalui mekanisme internasional.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi