KOMPAS.com - Media sosial X belakangan diramaikan dengan keluhan warganet mengenai sulitnya menjual properti.
Mereka mengaku sudah berupaya membagikan atau mengiklankan properti yang akan dijual dengan harga miring.
Namun, properti yang mereka jual tak kunjung.
"Susah banget Tuhan jual rumah, udah 1 tahun jual rumah tapi belum kejual jual, semua cara udah di lakuin," tulis akun X, @tanya*** pada Minggu (15/6/2025).
"Sebagai staff di property, tahun ini lebih susah jual properti daripada saat covid," tulis akun X, @halo_**** pada Senin (16/6/2025).
"Sebagai mantan seller properti, mending anda kuliah S3 daripada jual rumah second. Susah banget, kalau mau cepet ya harus banting harga," tulis akun X, @SofyanYusuf****.
Lalu, apa penyebab susahnya menjual properti saat ini?
Baca juga: Kekayaan Mayor Teddy Capai Rp 15,3 Miliar, Mayoritas Berupa Aset Properti
Penyebab susah jual properti
Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies), Anthony Budiawan mengatakan, lesunya penjualan properti akibat kondisi ekonomi Indonesia yang sedang melemah, sehingga daya beli ikut turun.
"Dalam kondisi ekonomi sedang melemah, permintaan terhadap properti cenderung akan turun karena daya beli turun," ujar Anthony saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/7/2025).
Menurutnya, kondisi properti di Indonesia saat ini memiliki supply atau persediaan yang termasuk berlimpah.
Namun, hal ini tidak diimbangi dengan banyaknya permintaan, sehingga penjualan properti menjadi sangat sulit.
Dengan kondisi itu, harga properti akan ikut jatuh.
"Harga properti turun karena hukum pasar, supply dan demand (permintaan), jadi tidak bisa diapa-apakan," imbuhnya.
Baca juga: Puluhan Ribu Petani Inggris Demo, Tolak Perubahan Pajak pada Properti Pertanian yang Diwariskan
Faktor perbankan
Fenomena lesunya penjualan properti saat ini, menurut Anthony, juga berdampak pada faktor-faktor lainnya, termasuk perbankan.
Ia menjelaskan, beberapa pihak bank memiliki kecenderungan tidak mau memberi kredit ke sektor properti.
Sebab, memberikan kredit ke sektor properti memiliki risiko yang sangat tinggi.
"Kalau terjadi kredit macet, bank tidak bisa secara cepat menjual properti tersebut," kata Anthony.
"Macetnya pembiayaan properti jadinya berdampak pada pasar properti untuk kaum kelas menengah yang mengandalkan pembiayaan dari bank," imbuhnya.
Menurutnya, beberapa orang yang menjual properti biasanya juga karena didasari atas faktor butuh uang (BU).
"Kebanyakan pemilik properti harus menjual propertinya untuk memenuhi kebutuhannya atau membayar kewajiban utang," ucap dia.
Baca juga: Kakek di Jerman Ini Makan dari Sampah tapi Punya 10 Properti
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.