KOMPAS.com - Film Sore karya sutradara dan penulis skenario Yandy Laurens tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Berawal dari serial web di Youtube pada 2017, film Sore sudah ditonton lebih dari 2 juta penonton sejak tayang perdana pada 10 Juli 2025.
Film Sore mengisahkan perempuan bernama Sore (Sheila Dara) yang ingin mengubah kebiasaan suaminya, Jonathan (Dion Wiyoko) agar bisa hidup lebih sehat dan berumur panjang.
Dalam versi panjangnya ini, Yandy menciptakan tokoh bernama Waktu yang digunakan Sore untuk menemui suaminya di masa lalu. Yandy mengadopsi konsep perjalanan waktu atau time travel untuk menyukseskan misi Sore.
Baca juga: Anak Selalu Dituntut Sempurna oleh Orang Tua, Psikolog Ungkap 3 Dampaknya
Salah satu dialog yang paling membekas dan menjadi benang merah film tersebut adalah ungkapan Marko ke Sore.
"Ada tiga hal yang tidak bisa kita ubah: masa lalu, rasa sakit, dan kematian," kata Marko, atasan Sore di tempat kerjanya sebagai karyawan magang.
Sepanjang hampir dua jam, film Sore menggambarkan pergulatan batin seorang perempuan setelah suaminya meninggal secara tiba-tiba karena serangan jantung.
Banyak warganet yang mengaitkan emosi Sore dengan lima fase kedukaan, yakni penyangkalan, kemarahan, penawaran, depresi, dan penerimaan.
Lantas, mengapa orang mengalami fase penyangkalan saat berduka?
Baca juga: Mirip Jonathan di Film “Sore”, Dion Wiyoko Terhubung lewat Luka Masa Kecil
Fase penyangkalan, bentuk cinta yang dalam
Dosen Psikologi UNISA Yogyakarta, Ratna Yunita Setiani Subardjo mengatakan, orang yang berduka akan mengalami lima fase atau five stages of grief.
Mengutip psikolog terkenal dunia, Elisabeth Kubler-Ross Elisabeth Kubler-Ross, Ratna menjelaskan bahwa fase kedukaan adalah respons emosional ketika seseorang mengalami kehilangan yang sering dikaitkan dengan kematian.
Lima fase kedukaan itu adalah denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (tawar menawar), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan).
Ratna menjelaskan, upaya Sore memutar waktu untuk mengubah Jonathan menunjukkan bahwa perempuan itu sedang berada dalam fase penyangkalan.
Baca juga: Mengapa Orangtua Kerap Menganggap Anak sebagai Sapi Perah? Begini Penjelasan Psikolog
Fase penyangkalan atau denial adalah salah satu tahap awal dalam proses berduka, yakni ketika individu merasa tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan telah terjadi.
Menurutnya, setiap orang yang berduka akan mengalami fase ini sebagai cara menghadapi kehilangan.
"Ini adalah mekanisme pertahanan diri yang membantu individu untuk menghadapi kehilangan secara bertahap," kata Ratna saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/7/2025).
Pada fase ini, Sore merasa tidak percaya bahwa suaminya telah meninggal dunia, sehingga mencoba untuk mengubah keadaan dengan memutar waktu.
Lebih dari itu, seseorang yang berduka akan mengalami fase penyangkalan sebagai bentuk rasa cintanya yang terlalu dalam.
Motivasi inilah yang membuat Sore rela melakukan apa saja demi mengubah keadaan, bahkan jika harus mengulang waktu berkali-kali.
Baca juga: Anak Marah Bilang Mami Bego, Bagaimana Orang Tua Sebaiknya Bersikap? Ini Kata Psikolog
Tiga alasan ada 3 fase berduka
Setidaknya, ada tiga alasan mengapa seseorang mengalami fase berduka usai orang terkasihnya meninggal dunia, yakni mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi kehilangan, proses pengolahan emosi yang kompleks, serta upaya mencari makna dan tujuan dalam hidup setelah kehilangan.
Meski merupakan hal yang wajar terjadi, fase kedukaan yang ekstrem membutuhkan bantuan psikolog.
Fase kedukaan yang ekstrem biasanya ditandai dengan gejala depresi dan kesedihan yang berlarut-larut dengan intensitas yang panjang.
Gejala depresi ini seperti kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, perubahan nafsu makan atau pola tidur, perasaan putus asa, dan sulit berkonsentrasi.
Jika seseorang yang berduka mengalami hal tersebut, segera menghubungi layanan konseling untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Baca juga: 6 Alasan Sulit Berteman Saat Dewasa Menurut Psikolog
Fase berduka tak bisa dihindari
Senada, Psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal juga mengatakan, motivasi Sore bersikeras ingin mengubah Jonathan untuk hidup sehat adalah bentuk dari rasa cinta dan keinginannya untuk menyelamatkan Jonathan dari takdir yang buruk.
"Ini menunjukkan konsep motivasi intrinsik (dari dalam) dan ekstrinsik (dari luar) dalam perubahan perilaku, di mana Sore memberikan dorongan dari luar, sementara Jonathan pada akhirnya harus menemukan motivasi internal untuk berubah," kata Danti, saat dihubungi terpisah, Minggu.
Tak hanya penyangkalan, Danti menjelaskan, karakter Sore juga mengalami lima fase kedukaan lainnya sebelum akhirnya menerima.
Menurutnya, fase penyangkalan hingga penerimaan dalam berduka adalah proses alami yang tidak bisa dihindari.
"Berduka adalah proses alami yang dialami seseorang ketika menghadapi kehilangan dan merupakan bagian dari pengalaman manusia," jelas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.