KOMPAS.com - Meskipun tidak terjadi di semua keluarga, namun kebanyakan nenek dari pihak ibu sering kali menjadi sosok yang paling akrab di ingatan cucu-cucunya.
Tak sedikit yang merasakan kehangatan, perhatian, dan kedekatan emosional lebih kuat dengan keluarga dari garis ibu dibandingkan dari pihak ayah.
Fenomena ini bukan sekadar kebetulan atau hasil dari dinamika keluarga tertentu.
Para peneliti menyebutnya sebagai keunggulan matrilineal, yaitu kecenderungan manusia untuk memiliki ikatan emosional yang lebih erat dengan kerabat dari pihak ibu.
Kecenderungan ini terlihat konsisten lintas generasi dan bahkan muncul dalam berbagai survei akademis.
Anak-anak misalnya, dilaporkan lebih sering merasa nyaman dengan nenek dari pihak ibu mereka, sementara sosok kakek dari pihak ayah cenderung lebih jauh secara emosional.
Lantas, mengapa anak lebih dekat dengan keluarga dari pihak ibu?
Baca juga: Ibu Mewariskan Gen Kecerdasan, Lantas Apa yang Diwariskan oleh Ayah?
Keunggulan matrilineal yang dimiliki ibu
Dilansir dari The Atlantic (12/5/2023), setiap kali mengajar mata kuliah studi keluarga di Universitas Utah, sosiolog Sonia Salari selalu memulai dengan pertanyaan sederhana namun penuh makna.
“Siapa di antara kalian yang paling dekat dengan nenek dari pihak ibu?,” tanya Salari.
Tanpa gagal, mayoritas mahasiswa akan mengangkat tangan.
Ketika pertanyaan itu berlanjut mengenai kakek dari pihak ibu, lalu nenek dan kakek dari pihak ayah, jumlah tangan yang terangkat makin sedikit.
“Selalu begitu,” ungkap Salari, menggambarkan pola yang berulang dari generasi ke generasi.
Apa yang Salari temui di kelasnya mencerminkan sebuah fenomena yang dikenal para peneliti sebagai keunggulan matrilineal.
Matrilineal yaitu kecenderungan seseorang merasa lebih dekat dengan keluarga dari pihak ibu.
Berbagai studi memperkuat temuan ini.
Anak-anak, misalnya, sering kali melaporkan memiliki hubungan paling kuat dengan nenek dari pihak ibu, bahkan ketika mereka tinggal lebih dekat secara geografis dengan kakek-nenek dari pihak ayah.
Dalam skenario hipotetis yang ekstrem, seperti memilih siapa yang diselamatkan dari gedung yang terbakar, responden lebih memilih kerabat dari jalur ibu.
Ini menunjukkan adanya naluri kedekatan yang mendalam.
Baca juga: Ibu di China Baru Tahu Hamil 1 Jam Sebelum Melahirkan, Keluhkan Sakit Perut Usai Makan
Namun, mengapa pola ini begitu konsisten?
Para ahli menyebut peran sentral perempuan sebagai penjaga relasi keluarga sebagai salah satu penjelasan utama.
Mereka tak hanya menjadi pengasuh, tetapi juga penghubung emosional dalam keluarga yang mengingat ulang tahun, menelepon sanak saudara, mengatur liburan, hingga memastikan suasana dalam acara keluarga tetap hangat dan nyaman.
Peran ini sering kali bersifat tak terlihat, tetapi sangat menentukan.
Sebuah studi pada 2017 bahkan menemukan bahwa 91 persen orang yang diidentifikasi sebagai “penjaga kekerabatan” adalah perempuan.
Temuan lain pada 2010, yang mengamati keluarga tiga generasi, menunjukkan bahwa setelah ibu, tokoh yang paling aktif menjalin dan menjaga komunikasi keluarga adalah nenek dari pihak ibu bukan ayah.
Baca juga: Mengapa Ibu Sering Dianggap Lebih Sayang kepada Anak Laki-laki?
Anak lebih dekat dengan ibu secara emosional
Sebagaimana diberitakan oleh Medium, (5/11/2018), kedekatan emosional antara anak dan orangtua tak semata-mata ditentukan oleh lamanya waktu kebersamaan, melainkan juga oleh kualitas interaksi yang terjalin.
Banyak anak mengaku merasa lebih dekat dengan ibu mereka dibandingkan dengan ayah, dan hal ini muncul dari berbagai alasan yang cukup konsisten.
Anak-anak cenderung melihat sosok ibu sebagai pribadi yang lebih hangat dan tidak mudah terpancing emosi.
Dibandingkan dengan ayah, ibu lebih sering digambarkan sebagai tempat yang aman dan suportif.
Baca juga: Mengapa Ibu Mudah Marah pada Anak Perempuannya? Ini Penjelasan Psikolog
Hal ini kemungkinan besar karena intensitas interaksi yang lebih tinggi dengan ibu, yang membuat anak lebih memahami karakter dan merasa lebih nyaman mencari dukungan.
Sebaliknya, sosok ayah kerap terasa lebih jauh atau bahkan misterius bagi banyak anak.
Kehadiran fisik ayah di rumah pun belum tentu menjamin keterlibatan emosional.
Meski berada di dekat anak, tidak sedikit ayah yang justru dianggap tidak hadir secara emosional karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan menonton televisi, memainkan ponsel, atau beristirahat setelah lelah bekerja.
Ketika ditanya kepada siapa mereka akan bercerita saat menghadapi masalah, mayoritas anak menyebutkan ibu, atau teman sebaya.
Ayah jarang menjadi pilihan utama.
Anak-anak beralasan bahwa ayah mereka kerap bereaksi berlebihan, tidak memahami perasaan mereka, atau cenderung meremehkan kekhawatiran yang mereka hadapi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.