KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menarik perhatian dunia dengan menyebut dirinya sebagai "Presiden Perdamaian".
Trump sesumbar demikian setelah perang Thailand-Kamboja yang berlangsung lima hari mencapai gencatan senjata.
"Saya senang mengumumkan bahwa, setelah keterlibatan Presiden Donald J Trump, kedua negara telah mencapai gencatan senjata dan perdamaian," tulis Trump melalui unggahan media sosial Truth Social, Senin (28/7/2025).
Dalam unggahan tersebut, dia mengaku telah berbicara dengan Plt Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet.
Baca juga: Diancam Donald Trump, Thailand dan Kamboja Pertimbangkan Gencatan Senjata
Tak hanya itu, lewat sederet pernyataan dan klaim di berbagai kesempatan, Trump mengaku telah berperan penting dalam menghentikan sejumlah konflik bersenjata global.
Ia bahkan menyebut telah menyelamatkan ribuan nyawa melalui diplomasi dan gencatan senjata pihak yang berperang.
"Saya sekarang telah mengakhiri banyak perang hanya dalam enam bulan. Saya bangga menjadi presiden perdamaian," sesumbarnya.
Namun, sejumlah pihak mempertanyakan sejauh mana efektivitas dan keabsahan keterlibatan Trump, mengingat tidak semua kesepakatan damai yang dikaitkan dengannya diakui oleh negara-negara terkait atau berlangsung permanen.
Lantas, sejauh ini konflik atau perang apa saja yang diklaim Trump bisa damai berkatnya?
Baca juga: Tampilkan Trump, Kenapa Kartun South Park Buat Gedung Putih Murka?
Daftar konflik yang diklaim Didamaikan Trump
Donald Trump kerap mengeklaim telah berperan langsung dalam meredakan berbagai konflik internasional.
Sejumlah gencatan senjata dan kesepakatan damai pun diumumkannya setelah menjadi Presiden AS lagi.
Meski beberapa di antaranya menuai kontroversi dan diragukan keberlanjutannya, berikut ini deretan konflik yang diklaim Trump didamaikan olehnya:
Baca juga: 5 Kesepakatan Dagang Pertama Trump, Apa Beda Konsesi Indonesia dengan Negara Lainnya?
1. Kesepakatan damai Houthi-Israel (Mei)Menurut laporan The Guardian, Presiden AS Donald Trump pada awal Mei lalu mengeklaim telah mencapai kesepakatan damai dengan kelompok Houthi di Yaman.
Dalam pernyataannya, Trump menyebut Houthi telah menyatakan keinginan untuk mengakhiri konflik dan berhenti menyerang jalur pelayaran di Laut Merah.
Sebagai tanggapan, AS akan menghentikan kampanye pengeboman terhadap target milik kelompok yang didukung Iran tersebut.
Pengumuman ini disampaikan Trump dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Kanada di Gedung Putih, bertepatan dengan serangan udara Israel yang melumpuhkan bandara di Yaman sebagai balasan atas serangan rudal ke Tel Aviv.
Meski menyebut gencatan senjata segera berlaku, Trump tidak merinci isi perjanjian dan membantah adanya kesepakatan formal.
Oman sebagai mediator membenarkan adanya komitmen bersama untuk menjamin kebebasan navigasi di kawasan.
Baca juga: Trump: Kemenangan Besar, Indonesia Akan Jadi Pasar Terbuka Produk AS dan Pasok Mineral Kritis
Dilansir dari BBC, Sabtu (28/6/2025), Donald Trump telah mengeklaim telah berhasil mendamaikan dua negara yang telah lama terlibat konflik, yaitu Rwanda dan Republik Demokratik Kongo.
Menurut Trump, kesepakatan damai yang ditandatangani di Washington menandai berakhirnya dekade panjang pertikaian yang merusak stabilitas kawasan.
Perjanjian tersebut mencakup komitmen untuk melucuti dan mengintegrasikan kelompok-kelompok bersenjata yang selama ini memicu kekerasan di wilayah timur DR Kongo.
Meski detail isi kesepakatan masih minim dan sejumlah upaya damai sebelumnya di wilayah tersebut pernah gagal, Trump menyambut penandatanganan ini sebagai pencapaian besar.
Ia menyebut momen tersebut sebagai titik balik bagi kawasan, yang kini disebutnya memasuki era baru penuh harapan dan peluang.
"Hari ini, kekerasan dan kehancuran berakhir, dan seluruh wilayah memulai babak baru harapan dan peluang," kata Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat (27/6/2025).
Selain membawa dampak politik, kesepakatan ini juga dipandang membuka jalan bagi akses ekonomi baru, termasuk potensi pasokan mineral penting bagi Amerika Serikat.
Baca juga: Trump Alami Memar di Tangan dan Kaki Bengkak, Apa yang Terjadi?
3. Perang India-Pakistan (Mei)Dikutip dari Time, Senin (23/6/2025), Trump juga pernah mengeklaim bahwa ia memfasilitasi gencatan senjata antara India dan Pakistan selama eskalasi konflik pada 10 Mei.
Donald Trump mengumumkan tercapainya gencatan senjata antara India dan Pakistan, yang menurutnya merupakan hasil dari pembicaraan panjang yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya, Trump menyampaikan apresiasi kepada Wakil Presiden J.D. Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio atas peran mereka dalam mendorong tercapainya kesepakatan tersebut.
Pemerintah Pakistan secara terbuka mencalonkan Trump untuk Nobel Perdamaian atas diplomasi pragmatis ini, meski New Delhi menyatakan bahwa perundingan dilakukan secara bilateral tanpa mediasi AS.
Baca juga: Perbandingan Tarif Trump Indonesia dan Negara ASEAN, Bukan yang Paling Rendah
4. Perang Iran-Israel (Juni)Dilansir dari CBS News, Donald Trump pada Juni juga sempat mengeklaim telah berhasil menengahi gencatan senjata penuh antara Israel dan Iran, mengakhiri konflik bersenjata yang berlangsung selama 12 hari.
Dalam pernyataan pada Senin (3/6/2025) malam, Trump menyebut bahwa kesepakatan ini dicapai setelah serangkaian komunikasi langsung dengan para pemimpin kedua negara.
Menurutnya, gencatan senjata diberlakukan secara bertahap, meskipun sempat terjadi pelanggaran dari kedua belah pihak dalam bentuk serangan militer sebelum akhirnya situasi benar-benar mereda.
Trump juga menegaskan bahwa dirinya telah memberi peringatan tegas kepada Israel untuk menghentikan serangan ke wilayah Iran guna menjaga keberlangsungan kesepakatan damai ini.
Baca juga: Tarif Trump Turun Jadi 19 Persen tapi Barang AS Bebas Bea Masuk, Untung atau Rugi bagi RI?
5. Intensifkan kesepakatan damai Rusia dan Ukraina (Juli)Menurut laporan The Wall Street Journal, Senin (28/7/2025), Donald Trump mengeklaim tengah mengintensifkan upayanya untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina dengan memberikan tenggat waktu baru kepada Presiden Vladimir Putin.
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa Putin kini hanya memiliki waktu 10 hingga 12 hari untuk menyetujui gencatan senjata, menyusul kegagalan mencapai kemajuan dalam jangka waktu 50 hari yang sebelumnya ia tetapkan.
Trump menyampaikan ultimatum tersebut saat berada di Skotlandia, dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.
Ia menambahkan bahwa jika Rusia tidak merespons dalam batas waktu yang ditentukan, Amerika Serikat akan memberlakukan sanksi ekonomi tambahan dan tarif baru terhadap mitra dagang Rusia.
Langkah ini, menurut Trump, bertujuan untuk mendorong Moskow kembali ke meja perundingan dan mengakhiri perang secara diplomatik.
Baca juga: Trump Beri Sinyal Incar Tembaga Indonesia, BKPM Ingatkan Hal Ini
6. Konflik Thailand dan Kamboja (Juli)Terbaru, Reuters melaporkan pada Minggu (27/7/2025) bahwa Donald Trump menekan kedua pemimpin negara Thailand dan Kamboja agar segera menyepakati gencatan senjata dalam konflik perbatasan yang telah menewaskan puluhan orang dan menyebabkan ratusan ribu pengungsian.
Melalui ancaman penghentian negosiasi dagang antara Amerika Serikat dengan negara tersebut, Trump memicu mediasi yang menghasilkan kesepakatan damai yang diumumkan efektif mulai tengah malam Selasa, (29/7/2025) yang dipimpin oleh PM Malaysia Anwar Ibrahim sebagai fasilitator.
Baca juga: Trump Turunkan Tarif, Indonesia Justru Beli Produk Energi, Pertanian, dan Boeing dari AS
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.