Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi jika Bayi Lahir di Luar Angkasa?

Baca di App
Lihat Foto
Pexels/???? ???????
Ilustrasi bayi.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

 

KOMPAS.com - Seiring dengan percepatan misi ke Mars, pertanyaan mengenai bagaimana tubuh manusia beradaptasi meningkat, termasuk tentang bagaimana jika ada orang yang hamil di luar angkasa?

Perjalanan ke Mars sendiri diperkirakan memakan waktu berbulan-bulan. 

Dalam rentang itu, secara teori, seseorang bisa hamil dan bahkan melahirkan di angkasa.

Kelahiran dapat dipahami sebagai rangkaian tahap biologis dengan peluang keberhasilan tertentu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang keberhasilan kelahiran di bumi umumnya diperkirakan melalui penelitian klinis dan model biologis.

Sementara itu, jurnal yang diterbitkan oleh The physiological Society pada 27 Juni 2025 mengeksplorasi mengenai peluang kelahiran yang bisa terjadi di luar angkasa.

Baca juga: Kapsul Luar Angkasa Nyx Jatuh di Samudra Pasifik, Bawa Abu Kremasi dan Tanaman Ganja


Bagaimana hamil dalam kondisi melayang?

Pembuahan di luar angkasa diperkirakan lebih sulit terjadi karena kondisi mikrogravitasi, yaitu keadaan hampir tanpa bobot yang dialami dalam penerbangan luar angkasa.

Namun, setelah embrio berhasil tertanam, para ilmuwan meyakini bahwa kehamilan bisa berlanjut sebagaimana di Bumi.

Sebagaimana dilansir Science Alert, Senin (28/7/2025), yang menjadi tantangan justru tahap persalinan dan perawatan bayi.

Dalam kondisi gravitasi nol, semua benda, termasuk tubuh dan cairan, akan melayang, membuat proses kelahiran menjadi jauh lebih kompleks.

Meski demikian, selama di dalam rahim, janin tetap terlindungi dalam cairan ketuban yang netral, dan secara teori aman.

Fase kehamilan dalam paparan sinar radiasi

Luar angkasa mengandung paparan sinar kosmik yang berbahaya, berbeda dengan bumi yang memiliki lapisan pelindung.

Sinar radiasi ini memiliki kecepatan mendekati laju cahaya dan bisa menyebabkan kerusakan sel bila bertabrakan dengan tubuh manusia.

Apabila terkena cahaya kosmik, sel atau bagian dari sel tubuh tertentu bisa hancur, sementara bagian tubuh lain tidak terpengaruh sama sekali.

Selain itu, apabila menembus DNA, sinar ini bisa menyebabkan mutasi yang meningkatlan risiko kanker.

Selain itu, sinar kosmik juga bisa memicu respons inflamasi yang membut imun tubuh bereaksi berlebihan hingga melepas zat kimia yang bisa merusak jaringan dan mengganggu fungsi organ.

Adapun dalam konteks kehamilan, bulan pertama setelah masa pembuahan adalah masa yang paling rentan dan cukup rumit.

Pada tahap ini, satu hantaman sinar kosmik berenergi tinggi bisa berakibat fatal bagi embrio.

Perlu dicatat bahwa hantaman langsung antara embrio dengan sinar kosmik sangat kecil kemungkinannya.

Jika terjadi, kondisi itu berpotensi besar menyebabkan keguguran tanpa disadari.

Baca juga: ESA Berhasil Ciptakan Gerhana Matahari Buatan dengan Bantuan 2 Pesawat Ruang Angkasa

Risiko hamil hingga melahirkan di luar angkasa

Dilansir dari The Conversation, Rabu (23/7/2025), seiring perkembangan kehamilan, risiko yang timbul semakin bergeser.

Setelah plasenta sebagai sistem aliran darah yang menghubungkan ibu dan janin, terbentuk sempurna di akhir trimester pertama, janin dan rahim tumbuh dengan cepat.

Karena pertumbuhan janin semakin besar, sinar kosmik menjadi lebih mungkin mengenai otot rahim yang bisa memicu kontraksi.

Selain itu, kondisi ini juga berpotensi menyebabkan persalinan prematur. Kelahiran bayi yang dini ini membuat risiko komplikasi semakin tinggi, terlebih jika terjadi di luar angkasa.

Lalu saat bayi berhasil lahir, dia akan tumbuh dalam gravitasi mikro yang bisa menganggu refleks dan koordinasi postural.

Padahal, naluri inilah yang membantu bayi belajar mengangkat kepala, duduk, merangkak, hingga berjalan.

Semua gerakan itu bergantung pada gravitasi. Tanpa rasa "naik" dan "turun", kemampuan-kemampuan tersebut mungkin berkembang dengan cara yang sangat berbeda.

Selain itu, bayi tersebut juga berkembang dalam paparan sinar kosmik. Dalam jangka panjang, keadaan ini bisa menyebabkan kerusakan permanen, yang berpotensi memengaruhi kognisi, memori, perilaku, serta kesehatan jangka panjang.

Baca juga: Misteri Bukit di Sudan yang Berbentuk Mirip Bibir jika Dilihat dari Luar Angkasa

Dengan begitu, ilmuwan menyimpulkan bahwa kelahiran di luar angkasa, secara teori, bisa terjadi.

Namun, sampai embrio bisa dilindungi dari radiasi, kelahiran prematur bisa dicegah, dan bayi dipastikan tumbuh aman di gravitasi mikro, kehamilan di luar angkasa tetap menjadi eksperimen berisiko tinggi.

Kelahiran di bumi memiliki risiko, sementara risiko ini akan meningkat berkali-kali lipat bila terjadi di luar angkasa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi