Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penampakan Langka Kucing Emas Asia Langka di Thailand

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Kucing emas Asia yang diambil di Kebun Binatang Edinburgh pada tanggal 2 Oktober 2010
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Seekor kucing emas Asia (Catopuma temminckii) terekam kamera jebak di Taman Nasional Khao Luang, Thailand. 

Rekaman tersebut diunggah oleh Departemen Taman Nasional, Margasatwa, dan Konservasi Tumbuhan Thailand melalui media sosial pada 8 Juli. 

Kucing ini dikenal sebagai salah satu spesies liar yang langka di Asia.

Sebagaimana dilaporkan Bangkok Post, Rabu (9/7/2025), Kepala taman nasional, Haritchai Ritchooay, menyampaikan bahwa rekaman tersebut memperlihatkan kucing berjalan melintasi hutan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengapa Kucing Tidak Suka Air? Ini Penjelasan Ahli

Hal ini mengindikasikan bahwa ekosistem di kawasan tersebut masih cukup baik untuk mendukung kehidupan satwa liar langka.

Rekaman ini merupakan hasil dari pemantauan rutin yang dilakukan oleh tim ilmiah taman bersama Unit Patroli 2. 

Kamera jebak digunakan sebagai alat pemantauan untuk mendapatkan data tentang perilaku dan persebaran satwa, yang kemudian digunakan sebagai dasar perencanaan konservasi dan mitigasi ancaman keanekaragaman hayati.

Kucing emas Asia yang sangat langka

Sebagaimana diberitakan IFL Science, Selasa (29/7/2025), hewan ini juga dikenal sebagai “harimau api” oleh masyarakat lokal, dan dinamai kucing Temminck untuk menghormati ahli zoologi asal Belanda Coenraad Jacob Temminck.

Ia merupakan yang pertama kali mendeskripsikan spesies ini pada 1827. 

Meskipun berukuran sedang dan tersebar di kawasan Asia Tenggara, kucing ini jarang terlihat dan kerap luput dari perhatian karena kalah populer dibandingkan predator besar seperti harimau atau macan tutul salju.

Baca juga: Viral, Video Kucing Terlihat Kepedasan, Apa yang Terjadi?

Saat ini, kucing emas Asia berstatus rentan (Vulnerable) menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), dengan populasi yang diperkirakan hanya sekitar 7.000 individu di alam liar. 

Ancaman utama terhadap kelangsungan hidupnya adalah kerusakan habitat dan perburuan ilegal. 

Rekaman ini memberikan harapan sekaligus pengingat akan pentingnya perlindungan terhadap satwa liar yang sulit dijangkau.

Baca juga: Seekor Kucing Bantu Ilmuwan Temukan Strain Virus Baru yang Belum Pernah Dikenali

Karakter unik dan perilaku misterius kucing emas Asia

Meskipun dikenal karena warna bulunya yang mencolok, kucing emas Asia memiliki enam variasi warna, termasuk hitam (melanistik), kayu manis, abu-abu, dan bahkan pola bintik menyerupai ocelot. 

Ciri khas lainnya adalah garis hitam-putih yang membentang dari pipi ke atas kepala dan telinga, serta gaya berjalan yang unik, ekor terangkat saat bergerak.

Bobot kucing ini berkisar antara 9 hingga 16 kilogram.

Dengan bobot sebesar itu, menjadikan kucing emas dua hingga tiga kali lebih besar dari kucing rumahan. 

Pejantan biasanya lebih besar dari betina, dan meskipun penampilannya menarik, perilaku hewan ini masih banyak menyimpan misteri. 

Baca juga: Apakah Kucing Boleh Diberi Makan Tulang? Ini Penjelasan Pakar UGM

Selama ini mereka diduga memangsa hewan pengerat, namun data terbaru menunjukkan pola makan yang jauh lebih luas.

Kucing emas Asia bisa memangsa burung, reptil kecil, hingga hewan berkuku kecil seperti chevrotain, bahkan monyet dan babi hutan.

Penemuan terbaru ini sekali lagi membuktikan pentingnya teknologi kamera jebak sebagai alat riset konservasi yang efektif. 

Beberapa waktu lalu, alat yang sama juga menangkap momen seekor macan dahan sedang memangsa kukang, rekaman langka yang memperkaya pemahaman tentang rantai makanan dan dinamika predator di hutan tropis Asia Tenggara.

Baca juga: Video Viral Kucing Bawa Anak Musang ke Rumah, Naluri Predator atau Keibuan?

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi