Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbandingan Gempa Rusia M 8,7 dengan Megathrust Kamchatka M 9,0 73 Tahun Lalu

Baca di App
Lihat Foto
NOOA via AFP
Foto yang dirilis Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) menunjukkan peringatan tsunami setelah gempa bumi magnitudo 8,7 melanda lepas pantai timur jauh Rusia pada Selasa (30/7/2025). Gempa bumi di Rusia berkekuatan magnitudo 8,8 menyebabkan potensi tsunami di pantai utara dan timur Jepang setinggi 1-3 meter.
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Gempa bermagnitudo 8,7 mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Rabu (30/7/2025). 

Peristiwa ini disebut sebagai pengulangan dari gempa megathrust tahun 1952 yang memicu tsunami setinggi 18 meter.

Kedua gempa terjadi di lokasi yang hampir sama, yakni di zona subduksi Palung Kuril-Kamchatka, dan memiliki mekanisme tektonik serupa.

Baca juga: 9 Wilayah Indonesia yang Alami Tsunami akibat Gempa Rusia, Mana Saja?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbandingan karakteristik kedua gempa menunjukkan bahwa risiko megathrust di kawasan ini masih tinggi, sejalan dengan siklus geologis di zona subduksi aktif.

Lantas, apa pemicu gempa Rusia 30 Juli 2025? Bagaimana perbandingannya dengan Megatrhust Kamchatka 1952?

Aktivitas palung Kuril-Kamchatka pemicu gempa Rusia M 8,7 

Gempa Rusia 8,7 M pada 30 Juli 2025 terjadi akibat tumbukan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Okhotsk di Palung Kuril-Kamchatka, zona yang dikenal aktif secara seismik.

Pergerakan lempeng di wilayah ini memicu mekanisme patahan naik dangkal (shallow reverse faulting). 

Gerakan ini merupakan tipe khas gempa megathrust yang menghasilkan guncangan besar dan potensi tsunami.

Dilansir dari India Today, Rabu (30/7/2025), pusat gempa (epicenter) berada sekitar 136 kilometer tenggara Petropavlovsk-Kamchatsky dengan kedalaman 19 hingga 21 kilometer di bawah dasar laut.

Gempa kali ini merupakan salah satu yang terkuat dalam satu dekade terakhir. Bahkan gempa berada dalam jajaran enam gempa terbesar dalam catatan modern. 

Gempa ini memicu peringatan tsunami di seluruh wilayah Pasifik termasuk Indonesia.

Di Rusia, gelombang setinggi 3 hingga 4 meter mencapai beberapa wilayah pesisir, termasuk Severo-Kurilsk.

BMKG bahkan melakukan permodelan hingga menemukan potensi tsunami akan mencapai pesisir Indonesia bagian utara.

Baca juga: Pakar Ungkap Gempa Rusia Bisa Picu Tsunami Secepat Pesawat Terbang, Ini Wilayah Terdampak

Perbandingan gempa 30 Juli 2025 dengan megathrust 1952

Sebagai pembanding, gempa Kamchatka tahun 1952 tercatat memiliki kekuatan sebesar 9,0 magnitudo.

Gempa ini memicu tsunami setinggi 18 meter yang menyebabkan lebih dari 2.000 korban jiwa.

Meski sedikit lebih kecil, gempa 2025 terjadi hanya 45 kilometer dari pusat gempa 1952.

Kedekatan lokasi tersebut menunjukkan bahwa kedua peristiwa berada dalam zona slip yang sama.

Menurut Kepala Pusat Mitigasi Tsunami BMKG Daryono, gempa 8,7 M kali ini merupakan pengulangan dari megathrust M 9,0  pada tahun 1952. 

"Perlu kami sampaikan bahwa gempa Kamchatka 8,7 hari ini bisa dikatakan sebagai perulangan apa yang pernah terjadi pada 75 tahun yang lalu," ujar Daryono dalam rilis resmi BMKG, Rabu (30/7/2025).

"Tepatnya pada tahun 1952, Kamchatka dilanda gempa berkekuatan 9,0 dan memicu tsunami 18 meter," lanjutnya.

Sejumlah studi menyebutkan bahwa asperitas di lokasi megahtrust Kamchakta menjadi pemicu gempa berulang di sana. 

Asperitas merupakan bagian zona subduksi yang terkunci kuat dan menyimpan energi besar.

Alasan sering terjadi gempa di Kamchatka

Berdasarkan jurnal Communications Earth & Environment (2021), zona Kuril-Kamchatka memiliki pola pengulangan gempa besar akibat perubahan slip aseismik.

Berdasarkan studi tersebut, slip rate meningkat tajam setelah gempa megathrust kemudian menurun dalam 10 tahun.

Berikutnya, slip rate kembali naik secara perlahan sekitar 30 tahun kemudian. 

Hal ini sejalan dengan terjadinya kembali gempa besar di Kamchatka setelah jeda 73 tahun, mengindikasikan siklus megathrust yang sedang berulang.

Selain itu, studi mencatat keberadaan gempa-gempa serupa (similar earthquakes) di wilayah ini yang memperlihatkan pola pengulangan di zona subduksi.

Zona ini termasuk dalam Ring of Fire, kawasan dengan aktivitas gempa bumi besar paling intens di dunia, termasuk Indonesia, Jepang, dan Chile.

Baca juga: Jepang: Tsunami akibat Gempa Rusia M 8,7 Bisa Capai 3 Meter

Mekanisme gempa Kamchatka 2025 melibatkan patahan sepanjang 390 km dan lebar sekitar 140 km.

Ukuran ini lebih kecil dibanding dengan zona patahan gempa 1952, yang diperkirakan sepanjang 600-700 km.

Studi yang sama mencatat bahwa rata-rata kecepatan konvergensi lempeng di zona ini mencapai 77 mm per tahun. 

Kecepatan konvergensi lempeng sebesar itu dinilai cukup tinggi untuk memicu akumulasi tekanan secara cepat.

Sebelum terjadi hari ini, gempa juga diawali oleh foreshock berkekuatan 7,4 magnitudo pada 20 Juli 2025. Gempa itu terjadi hanya beberapa kilometer dari lokasi utama.

Data ini menunjukkan bahwa zona slip utama di kawasan tersebut masih aktif dan menyimpan potensi gempa besar lainnya di masa mendatang.

Aktivitas berupa slip aseismik dan penurunan seismic gap bisa menjadi indikator meningkatnya potensi gempa besar di masa datang.

Dengan pola dan lokasi yang sangat mirip, gempa Kamchatka 2025 menegaskan kembali pentingnya sistem peringatan dini tsunami di kawasan subduksi aktif.

Baca juga: Tsunami Jepang Sebabkan 4 Paus Terdampar, Terjadi Beberapa Saat Setelah Gempa Rusia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi