KOMPAS.com - Pemerintah Spanyol akan mengirim 12 ton bantuan pangan ke Gaza melalui udara pada pekan ini, dengan dukungan penuh dari Angkatan Udara Spanyol.
Langkah ini diambil menyusul krisis kemanusiaan yang terus memburuk di wilayah Palestina akibat blokade dan serangan berkepanjangan dari Israel.
Pengiriman ini merupakan bagian dari kerja sama dengan pemerintah Yordania.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menyatakan, operasi airdrop ini akan diluncurkan dari Yordania, menyusul aksi serupa pada Maret lalu yang mengangkut 26 ton bantuan.
"Kelaparan di Gaza adalah aib bagi seluruh umat manusia, dan menghentikannya adalah keharusan moral," kata Sanchez dalam konferensi pers, dikutip dari Jordan Times, Senin (28/07/2025).
Baca juga: Gaza Darurat Makanan, World Central Kitchen Terpaksa Berhenti Memasak untuk Warga
Langkah ini juga menegaskan posisi Spanyol sebagai salah satu pengkritik paling vokal terhadap agresi militer Israel di Gaza. Selama ini, mereka berulang kali mendesak gencatan senjata segera dan permanen.
Lantas, bagaimana skema bantuan Spanyol untuk Gaza melalui jalur udara?
Skema bantuan Spanyol ke Gaza lewat jalur Udara
Operasi pengiriman bantuan ini akan menggunakan pesawat militer Spanyol dan difokuskan ke wilayah Gaza yang sulit dijangkau oleh jalur darat.
Menurut Kementerian Pertahanan Spanyol, misi kali ini akan mengikuti skema serupa yang telah dilaksanakan pada Maret 2024.
Mereka akan membawa bantuan pangan dengan pesawat lalu menjatuhkannya dengan parasut.
Bersamaan dengan Spanyol, Jerman juga mengumumkan akan mengirim bantuan ke Gaza melalui jalur udara dengan skema yang sama.
Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan negaranya akan membangun “jembatan udara” bersama Yordania.
"Kami tahu ini hanya bantuan kecil bagi masyarakat Gaza, tetapi ini tetap kontribusi, dan kami senang bisa memberikannya," ujar Merz dalam konferensi pers di Berlin, dikutip dari Middle East Monitor, Senin (28/07/2025).
Merz juga menyatakan koordinasi lanjutan akan dilakukan bersama Prancis dan Inggris, yang juga menyatakan kesiapan untuk mengirim bantuan makanan dan medis melalui udara.
Baca juga: 28 Negara Kecam Israel Atas Pembunuhan Ratusan Warga Gaza Saat Antre Bantuan
Respons dunia terhadap krisis pangan di Gaza
Meski diharapkan dapat memberikan dampak, sejumlah organisasi internasional mempertanyakan efektivitas airdrop dalam mengatasi kelaparan akut.
PBB menyatakan metode ini tidak cukup untuk menghentikan krisis pangan yang semakin parah.
"Konflik terus menyebarkan kelaparan dari Gaza hingga Sudan dan wilayah lain... Kita tidak boleh menerima kelaparan sebagai senjata perang,” ujar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Sejak Maret 2025, Israel memberlakukan blokade total ke Jalur Gaza. Akibatnya, kebutuhan pangan warga di Jalur Gaza pun tidak dapat terpenuhi.
Meski sebagian bantuan mulai kembali masuk pada akhir Mei, jumlahnya dinilai jauh dari cukup oleh lembaga-lembaga kemanusiaan.
Krisis pangan buat anak-anak Gaza jadi korban
Dilansir dari Palestine Chronicle, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa tingkat malnutrisi di Gaza telah mencapai level yang mengkhawatirkan.
Menyusul kondisi di Gaza, anak-anak menjadi kelompok paling rentan dalam situasi ini.
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa hingga Minggu (28/07/2025), sedikitnya 147 warga Palestina meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi, termasuk 88 anak-anak.
Sejak Oktober 2023, agresi militer Israel telah menyebabkan lebih dari 204.000 korban jiwa di Gaza. Mayoritas korban terdiri dari perempuan dan anak-anak.
Sekitar 14.000 orang masih dinyatakan hilang, dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Baca juga: Jika Israel Tak Hentikan Perang di Gaza, Inggris Akan Akui Negara Palestina pada September 2025
Keterlibatan Spanyol dan Jerman memperlihatkan meningkatnya partisipasi negara-negara Eropa dalam upaya bantuan kemanusiaan Eropa untuk Gaza.
Meski kedua negara mengakui bahwa airdrop bukan solusi jangka panjang, mereka menyatakan pentingnya terus memberikan bantuan.
Spanyol kirim makanan ke Gaza melalui udara sebagai bentuk solidaritas, sementara Jerman mendorong Tel Aviv untuk “segera, sepenuhnya, dan berkelanjutan” memperbaiki situasi kemanusiaan.
Langkah ini juga memperkuat peran Yordania dalam distribusi bantuan udara ke Gaza yang kian krusial sejak jalur darat tertutup.
Di tengah kritik luas terhadap genosida dan blokade bantuan, berbagai pihak menilai kontribusi ini sebagai bentuk tekanan diplomatik agar Israel membuka lebih banyak akses bantuan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.