Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kader JKN dan Ketukan Pintu Penjaga Akses Kesehatan Warga

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/IRAWAN SAPTO ADHI
Kader JKN mitra BPJS Kesehatan Cabang Kebumen, Akhmad Nurkholis (43), saat berkeliling mengunjungi rumah peserta JKN yang menunggak iuran di wilayah Banjarnegara, Jateng pada Senin (28/7/2025) siang. Menurut dia, kunci dari pembinaan terhadap peserta JKN yang menunggak adalah ketekunan, kesabaran, dan empati. Dengan begitu, ia merasa pekerjaannya semakin dipermudah dengan mendapat kepercayaan dari masyarakat. Saat berkeliling ia mengenakan identitas rompi cokelat dan topi putih bertuliskan Kader JKN.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com – Gerimis yang tiba-tiba turun tak menyurutkan langkah Akhmad Nurkholis (43) siang itu. Ia tetap menarik gas motornya dari Kebumen menuju Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (28/7/2025).

Baginya, ada yang lebih penting dari cuaca buruk dan jarak 27 km. Nurkholis ingin menyambangi warga yang menunggak iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Berbekal data dari BPJS Kesehatan Cabang Kebumen, ia memulai perjalanan ke rumah-rumah peserta JKN di Desa Mandiraja Kulon.

Seperti biasa, Nurkholis lebih dulu mampir ke balai desa untuk melapor dan meminta petunjuk arah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di rumah pertama, sambutan ramah mendadak datar saat ia mengenalkan diri sebagai Kader JKN dan menyampaikan maksud kunjungan. 

Tetap tenang, Nurkholis menjelaskan bahwa kepesertaan empat anggota keluarga itu sudah nonaktif dan memiliki tunggakan Rp 2,58 juta.

Ia kemudian memaparkan cara-cara mengaktifkannya lagi agar biaya pengobatan ke depan bisa kembali dijamin oleh BPJS Kesehatan.

“Berdasarkan catatan kami, tunggakan keluarga Bapak sudah lebih dari Rp 2,5 juta. Untuk mengaktifkan kembali, tunggakan perlu dibayar terlebih dahulu,” ucapnya pelan.

Respons yang ia terima singkat, bahkan warga menolak memberi nomor telepon. Namun, Nurkholis tetap membuka ruang komunikasi. 

“Kalau Bapak ada pertanyaan apa pun terkait pembayaran atau pelayanan JKN, saya siap bantu kapan saja,” katanya sebelum pamit.

Bagi Nurkholis, sikap dingin warga bukan hal baru. Ia justru sering melihat mereka membayar tunggakan beberapa hari setelahnya. 

Sebelum beranjak pergi, ia pun lega karena warga itu mengabarkan nomor telepon yang terdaftar di BPJS Kesehatan masih aktif dan dapat dihubungi.

“Biasanya mereka cuma butuh waktu. Setelah disambung komunikasi lewat WA atau telepon, banyak yang menuntaskan kewajiban. Entah mengapa, yang awalnya janji mau bayar dan tanya prosedur, malah sering hilang kabar,” ucapnya saat ditemui Kompas.com di sela kunjungannya.

Baca juga: Cak Imin: Semua Harus Gotong Royong Menopang JKN

Tak menyerah

Saat terjun ke lapangan, Nurkholis memang bukan tanpa tantangan. Ia bahkan beberapa kali mengalami penolakan saat ingin menjelaskan pentingnya JKN dan menjaga keaktifan kepesertaan.

“Saya pernah datang ke rumah warga dan tanya, ‘Bapak atas nama ini ada?’ Dijawab enggak ada, padahal saya yakin itu orangnya,” kenangnya.

Ia pernah pula diusir. Ada warga yang kecewa dengan layanan kesehatan di masa lalu, atau marah karena merasa tidak pernah mendaftar JKN yang padahal didaftarkan anaknya.

“Setiap tantangan mesti dihadapi dengan tenang. Misalnya ada yang menolak bayar iuran lagi karena kecewa layanan RS, saya jelaskan itu hanya ulah oknum. Saya tegaskan peserta JKN kini akan dilayani secara mudah, cepat, dan setara,” tuturnya.

Ia pun bersyukur dari ratusan pintu yang pernah diketuk, mayoritas akhirnya bersedia membayar tunggakan usai lebih dipahamkan akan manfaat JKN.

"Ada tunggakan itu bukan selalu karena warga malas atau lalai bayar. Kadang warga hanya belum yakin soal JKN. Ada juga yang ekonominya sulit, sampai mau pinjam uang ke saya demi aktifkan kartu," ungkapnya.

Jika menemui peserta JKN punya masalah tunggakan, Nurkholis biasanya akan menawarkan sejumlah solusi untuk menyelesaikannya. Itu termasuk dengan menyaran mereka mengakses program Rencana Pembayaran Bertahap (REHAB) JKN yang memungkinkan cicilan tunggakan 4–24 bulan.

“Setelah dijelaskan pelan-pelan, banyak yang mau bayar karena ingin kembali terlindungi BPJS,” katanya.

Dalam pendekatannya, Nurkholis kerap mengingatkan warga akan kondisi di masa lalu, saat orang sakit bisa saja terpaksa menjual ternak atau tanah demi menutupi biaya pengobatan.

Kini, ia bilang, situasinya sudah jauh berbeda. Lewat program JKN, warga hanya perlu membayar iuran bulanan yang terukur untuk memperoleh perlindungan kesehatan tak ternilai.

“Penjelasan sederhana itu sering kali membuat warga terdiam, lalu mengangguk,” ujarnya.

Baca juga: BPJS Kesehatan Perkuat Literasi JKN lewat Komunitas dan Relawan Lokal

Kader JKN berprestasi

Wilayah tugas Nurkholis kini meliputi Kecamatan Bawang dan Mandiraja. Sama seperti Kader JKN di tempat lain, ia biasa menghadapi warga dengan tunggakan bervariasi, termasuk sampai Rp 7,5 juta.

Untungnya, BPJS Kesehatan kini memberi keringanan hanya mewajibkan pembayaran maksimal 24 bulan tunggakan plus 1 bulan berjalan untuk mengaktifkan kembali kartu. 

“Begitu tahu ini, banyak yang langsung berubah sikap. Saya bantu cek dan pandu proses pembayarannya,” tutur dia. 

Menurutnya, kunci dari pembinaan terhadap peserta JKN yang menunggak adalah ketekunan, kesabaran, dan empati.

Kerja kerasnya pun tak luput dari perhatian. Tahun lalu, ia bahkan mendapat apresiasi dua kali masuk tiga besar nasional dalam penghimpunan iuran tertinggi, yakni mencapai Rp 230 juta di triwulan pertama dan Rp 210 juta di triwulan ketiga.

Nurkholis juga sempat diundang sebagai narasumber untuk berbagi praktik baik di daerah lain, seperti di Magelang, Kudus, dan Purwokerto.

Ia sendiri mengakui, saat mulai menjadi Kader JKN pada 2018, motivasinya sekadar memperpanjang kontrak kerja lewat capaian tagihan. Tapi, ia malah merasa tertekan dan mendapati banyak tantangan.

Lambat laun, ia menggeser misinya lebih menekankan pada sisi sosial. Ia mulai fokus memastikan setiap warga tetap terlindungi BPJS Kesehatan.

“Pendekatan itu membuahkan hasil. Warga jadi lebih percaya, komunikasi lebih lancar, saya juga lebih tenang,” ungkapnya.

Kini, hampir setiap hari Nurkholis menerima pertanyaan dari warga yang pernah ia temui. Tak hanya soal iuran, tapi juga prosedur pemeriksaan, Mobile JKN, hingga rujukan RS.

“Saya bukan pegawai BPJS Kesehatan. Tapi saya merasa punya tanggung jawab moral. Saya tahu informasi dan harus bantu menyebarkannya,” tutur dia.

Baginya, menjadi Kader JKN kini bukan soal angka, tapi kepuasan bisa membantu sesama.

Tak jarang, ia bahkan menikmati bisa mendatangi hingga 25 rumah dalam sehari. Ia juga senang saat punya kesempatyan memberi edukasi JKN di pertemuan posyandu, PKK, hingga RT/RW.

“Sekarang saya bangga. Saya bukan siapa-siapa, tapi saya bisa bantu orang tetap punya harapan. Saya bagian dari JKN, bagian dari mereka,” serunya.

Baca juga: Cara Ganti Faskes BPJS Kesehatan Online Lewat HP via Aplikasi JKN

Andil signifikan

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Kebumen, Mujiatin, menjelaskan Kader JKN adalah mitra yang menjalankan sebagian fungsi operasional, mulai dari edukasi, pengingat iuran, hingga pendampingan pelayanan kesehatan.

Fokus utama mereka adalah menyasar peserta segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau mandiri yang menunggak iuran 12-24 bulan.

“Kami punya 27 Kader JKN yang bertugas sangat baik. Capaian mereka konsisten menempatkan KC Kebumen di posisi tiga besar nasional dalam penghimpunan iuran. Keberhasilan ini bahkan kerap jadi bahan best practice yang dibagikan para Kader ke kantor cabang lain,” tuturnya.

Saat disinggung, Mujiatin pun menyebut Nurkholis sebagai salah satu Kader JKN berprestasi, dengan capaian kinerja yang konsisten masuk tiga besar di tingkat wilayah maupun nasional.

Menurutnya, dedikasi Nurkholis menjadi wajah perjuangan sunyi agar ribuan warga tetap memiliki jaminan kesehatan. Ia aktif mendampingi peserta, menjawab pertanyaan, dan membantu aktivasi ulang bagi yang menunggak.

“Peran Kader JKN di tempat kami signifikan. Terlihat dari target pengumpulan iuran yang diberikan untuk Januari-Juni 2025 senilai Rp 2,1 miliar, lalu tercapai Rp 2,74 miliar atau 130,54 persen,” ucapnya.

Mujiatin juga puas dengan kontribusi para Agen Pesiar yang bertugas di Kebumen, Banjarnegara, dan Purworejo. 

Menurutnya, kerja keras mereka turut berperan penting dalam menjaga cakupan kepesertaan JKN yang terus tinggi di ketiganya. Hingga 1 Juli 2025, angkanya mencapai lebih dari 97 persen semua.

Salah satu Agen Pesiar di Banjarnegara, Depi Laspriati (33), menyampaikan komitmennya dalam memastikan setiap warga terdaftar JKN.

“Saya bangga menjadi Agen Pesiar karena bisa turun langsung menyampaikan informasi dan membantu warga mendaftar JKN yang punya manfaat besar. Dengan menjadi peserta, warga jadi bisa mendapat layanan kesehatan tanpa perlu cemas soal biaya. Bahkan, kita bisa saling bantu karena program ini berdiri di atas prinsip gotong royong,” tuturnya.

Baca juga: PBI JKN Tercoret, Cak Imin Sarankan Reaktivasi: yang Merasa Miskin Bisa Komplain

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi