KOMPAS.com - Fenomena unik berupa jam analog yang jarumnya tampak berputar lebih cepat pada sebuah kapal yang sedang berlayar di Antarktika membuat warganet bingung dan penasaran.
Video viral yang diunggah oleh akun Instagram @mediafakt*** pada Kamis (31/7/2025) itu memperlihatkan jarum jam berputar cepat saat kapal melewati zona waktu Antarktika.
Dalam keterangan unggahan dijelaskan, di Antarktika, garis-garis zona waktu bertemu dalam satu titik di Kutub Selatan.
Ketika sebuah kapal bergerak melintasi garis bujur di sana, jam kapal bisa melonjak atau mundur drastis hanya dalam hitungan detik.
"Fenomena ini menyebabkan jarum macet tampak 'berputar cepat' bukan karena waktu rusak, tapi karena kapal menempati banyak zona waktu dalam waktu singkat," tulis akun tersebut.
Banyak warganet bertanya-tanya apakah ini kesalahan teknis, gangguan sistem, atau justru ada penjelasan ilmiahnya.
"Jamnya mungkin rusak, kalau kompas nggak ngefek, tapi kalau jam dinding?" tulis akun @dianapa***.
"Bagaimana mekanisme jam nya itu? kok bisa otomatis tau posisinya dimana," tulis akun @mrizk***.
Lantas, bagaimana penjelasan pakar terkait fenomena jam berputar cepat saat di Antarktika?
Baca juga: Ilmuwan Temukan Sungai Purba Berusia 34 Juta Tahun yang Terkubur Es Antarktika
Penyebab jarum jam berputar lebih cepat
Menurut Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, fenomena jam analog yang tampak berputar lebih cepat dari biasanya di kapal yang tengah berlayar di kawasan Antarktika bukan disebabkan oleh kerusakan teknis.
Menurutnya, jam analog yang berputar lebih cepat itu karena sistem otomatisasi waktu berbasis GPS.
“Jam di kapal kemungkinan besar menggunakan pengaturan otomatis berbasis GPS, yang secara otomatis menyesuaikan waktu saat kapal melewati garis-garis bujur,” ujar Thomas saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (1/8/2025).
Baca juga: Ilmuwan Menemukan Dunia Tersembunyi di Bawah Es Antarktika, Seperti Apa?
Thomas menjelaskan bahwa di kawasan Kutub Selatan, garis-garis bujur semakin rapat, sehingga jam tampak berubah lebih cepat seiring dengan pergerakan kapal.
Menurutnya, penyesuaian waktu seperti ini secara teori mengikuti prinsip rotasi Bumi terhadap garis bujur.
“Ketika kita bergerak ke arah timur, secara teoritik waktu akan maju satu jam setiap kali melintasi 15 derajat garis bujur,” jelas Thomas.
Hal ini, kata dia, serupa dengan pengalaman saat seseorang melakukan perjalanan udara dari wilayah waktu WIB ke WITA, lalu ke WIT.
Baca juga: Pulau Tak Berpenghuni Dekat Antarktika Juga Terkena Tarif Impor Trump
Garis bujur lebih rapat daripada wilayah ekuator
Namun, perbedaan mencolok terjadi pada jarak antar-garis bujur di berbagai lintang.
Di wilayah ekuator, jarak antara satu derajat garis bujur dengan yang lain berkisar sekitar 110 kilometer.
Artinya, untuk mengalami perubahan waktu satu jam, seseorang harus bergerak sejauh lebih dari 1.600 kilometer ke arah timur atau barat, bergantung pada zona waktu negara yang bersangkutan.
“Di ekuator, perubahan waktu berlangsung lebih stabil karena jaraknya luas dan perubahan posisi relatif lambat terhadap garis bujur,” jelasnya.
“Tapi di daerah kutub, situasinya sangat berbeda,” tambahnya.
Baca juga: Benua Es Antarktika Berubah Menjadi Hamparan Lumut Hijau, Bukti Bumi Makin Panas?
Thomas menegaskan, di wilayah kutub, baik Kutub Selatan maupun Kutub Utara, garis bujur menyempit dan bertemu di titik ekstrem, sehingga jarak antar-garis bujur menjadi sangat pendek.
“Perubahan lokasi sekian kilometer saja di kutub bisa berarti melintasi beberapa garis bujur sekaligus. Maka, jika sistem waktu mengikuti posisi bujur secara ketat, maka jam akan berganti lebih cepat,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa sistem ini tidak selalu identik dengan zona waktu resmi yang ditetapkan negara.
Zona waktu kadang disesuaikan oleh masing-masing negara untuk kepentingan administratif dan sosial, tidak murni berdasarkan pembagian bujur,” katanya.
Dengan demikian, fenomena jam yang terlihat berputar cepat di kapal yang sedang berlayar di wilayah Antarktika merupakan hasil dari prinsip waktu universal berbasis garis bujur yang bekerja otomatis melalui sistem GPS.
Bukan karena gangguan teknis, melainkan karena interaksi kompleks antara posisi geografis, sistem navigasi, dan logika waktu global.
Baca juga: Terisolasi dari Dunia Luar, Peneliti di Antarktika Mulai Mengembangkan Aksen Baru
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.