KOMPAS.com - Sebuah unggahan berisi informasi mengenai angin Monsun Australia disebut menguat beredar di media sosial X pada Kamis (31/7/2025).
Informasi itu diunggah oleh akun resmi X, @zakiber****.
Dalam cuitan disebutkan, apabila angin Monsun Australia ini menguat dan bertahan lama, maka akan memicu suhu dingin di Indonesia bagian selatan.
"Monsun Australia kembali menguat, jika bertahan lama, suhu bisa kembali turun di malam hingga pagi hari khususnya wilayah Selatan Indonesia," tulis akun X, @zakiber****.
Unggahan juga dilengkapi dengan foto kondisi pergerakan angin dari citra satelit Himawari pada wilayah Indonesia.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 1-2 Agustus 2025
Lalu, benarkah angin monsun Australia sedang menguat?
Penjelasan BMKG soal angin Monsun Australia
Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari membenarkan bahwa saat ini angin Monsun Australia tengah menguat.
"Berdasarkan pantauan indeks Monsun Australia secara harian memang menunjukkan bahwa Monsun Australia sedang menguat dalam beberapa hari terakhir," ujar Supari saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/8/2025).
Ia menjelaskan, unggahan soal Monsun Australia yang beredar di media sosial itu data yang digunakan sebagai indikasi penguatan monsun adalah meluasnya desakan udara kering dari arah Australia.
Sementara, BMKG menggunakan nilai indeks Asutalia untuk memantau intensitas monsun.
"BMKG gunakan nilai indeks Monsun Australia. Kedua pendekatan ini saling konsisten," kata Supari.
Baca juga: Warganet Keluhkan Suhu Malam Menghangat, Apakah Bediding Sudah Berakhir?
Dampak menguatnya angin Munson Australia
Selain itu, Supari mengatakan, menguatnya angin Monsun Australia ini memberikan dampak suhu dingin bagi sejumlah wilayah Indonesia.
Bahkan, ia menyebutkan, suhu dingin yang akan terjadi bisa sebabkan periode bediding.
"Penguatan Monsun Australia memang berpotensi menyebabkan periode udara dingin atau bediding, karena merambatnya massa udara kering dan dingin dari Australia," jelas Supari.
Menurut dia, sejumlah wilayah Indonesia yang berpotensi mengalami bediding, antara lain:
- Nusa Tenggara Timur (NTT)
- Nusa Tenggara Barat (NTB)
- Bali
- Pulau Jawa pesisir selatan.
Supari menambahkan, suhu dingin atau bediding yang akan terjadi di Jawa, Bali, NTT, dan NTB ini berkisar kurang dari 20 derajat Celsius.
"Beberapa tempat di Jawa, Bali, NTB, dan NTT, suhu minimum bisa mencapai kurang dari 20 Celsius," lanjut dia.
Namun, menurut dia, suhu dingin ini sedikit lebih hangat atau tidak sedingin bediding ketika kemarau panjang.
Hal ini dikarenakan adanya curah hujan yang juga bakal meningkat pada Agustus 2025.
"Prediksi BMKG menunjukkan bahwa curah hujan akan meningkat lagi pada Agustus ini, sehingga dampak bediding tidak sekuat saat kemarau panjang," tambah dia.
Baca juga: Fenomena Bediding Bikin Suhu Pagi dan Malam Dingin tapi Siang Terik, Ini Kata BMKG
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.