Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fase Bulan Baru Terjadi Agustus 2025, Akankah Indonesia Dilanda Kegelapan?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/wirestock
Ilustrasi bulan.
|
Editor: Yefta Christopherus Asia Sanjaya

KOMPAS.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa fase Bulan baru akan terjadi pada Sabtu (23/8/2025).

Pernyataan itu disampaikan BMKG menyusul maraknya informasi menyesatkan di media sosial X yang menyebut akan terjadi Gerhana Matahari Total yang menyebabkan Bumi mengalami kegelapan selama enam menit pada Sabtu (2/8/2025).

Gerhana Matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semuanya sampai ke Bumi.

BMKG menegaskan bahwa informasi yang beredar tidak benar. Gerhana Matahari Total tidak terjadi pada tahun ini, melainkan baru akan berlangsung pada Senin (2/8/2027).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat itu, jalur totalitas gerhana akan melintasi sejumlah negara, yakni Maroko, Spanyol, Aljazair, Libya, Mesir, Arab Saudi, Yaman, dan Somalia.

Lantas, apakah fase Bulan baru pada tahun ini akan menyebabkan Bumi dilanda kegelapan?

Baca juga: NASA Sebut Asteorid YR4 Bakal Menabrak Bulan pada 2032, Apa Dampaknya bagi Bumi?

Apakah fase Bulan baru menyebabkan Bumi gelap?

Dikutip dari akun Instagram resmi BMKG @infobmkg, Jumat (1/8/2025), kedudukan Matahari, Bulan, dan Bumi berada pada satu garis lurus saat Gerhana Matahari terjadi.

Fenomena tersebut biasanya terjadi ketika fase Bulan baru. Namun, Gerhana Matahari tidak akan muncul pada Sabtu (2/8/2025), baik di wilayah Indonesia maupun wilayah lain di Bumi.

“Peristiwa Gerhana Matahari Total juga hanya menyebabkan gelap di beberapa tempat saja di belahan Bumi yang sinar Mataharinya tertutup oleh bayangan umbra Bulan,” jelas BMKG.

Lebih lanjut, BMKG menyampaikan, hanya empat gerhana yang terjadi pada 2025, yakni:

Baca juga: Rotasi Bumi Semakin Cepat, Hari-hari Bulan Juli-Agustus 2025 Diprediksi Bakal Lebih Singkat

Fase-fase Bulan pada 2025

Dikutip dari laman resmi BMKG, Selasa (7/1/2025), Bulan adalah benda langit yang mengorbit Bumi.

Bentuk Bulan yang terlihat dari Bumi bisa berubah-ubah karena sumber cahaya benda langit ini merupakan pantulan sinar Matahari.

“Perubahan bentuk Bulan yang tampak dari Bumi ini disebut dengan fase-fase Bulan,” jelas BMKG.

BMKG menjelaskan, ada empat fase utama Bulan, yakni fase Bulan baru, fase setengah purnama awal (perempat pertama), fase purnama, dan fase setengah purnama akhir (perempat akhir).

Terkait hal itu, periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi fase Bulan baru ke fase setengah purnama awal ke fase purnama ke fase setengah purnama akhir dan kembali ke fase bulan baru disebut sebagai periode sinodis.

Rata-rata waktu ditempuh saat Bulan menjalani fase-fasenya selama 29,53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 03 detik).

Baca juga: Fenomena Bulan Tersenyum 25 April 2025, Bisakah Dilihat di Langit Indonesia?

BMKG juga menambahkan, orbit Bulan saat mengelilingi Bumi berbentuk elips.

Bentuk orbit tersebut membuat Bulan akan mencapai titik terdekat dengan Bumi yang disebut sebagai perige, sedangkan posisi terjauh disebut apoge.

Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi perige ke apoge dan kembali ke perige disebut sebagai periode anomalistik.

“Rata-rata waktu yang ditempuh Bulan dari fase perigee, apoge, dan kembali ke perige selama 27,55455 hari (27 hari 13 jam 18 menit 33 detik),” terang BMKG.

“Karena lama waktu yang ditempuh Bulan untuk menyelesaikan kedua periode tersebut berbeda, pada suatu saat Bulan akan berada pada fase bulan baru dan posisinya di apoge,” kata BMKG.

“Sementara di saat yang lain Bulan akan berada pada fase purnama dan posisinya di perige. Demikian juga hal yang sebaliknya bisa terjadi. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan waktu saat Bulan pada fase tertentu dengan waktu saat posisi Bulan di perige atau apoge,” pungas badan tersebut.

Baca juga: Salip AS, Rusia dan China Sepakati Reaktor Nuklir di Bulan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi