SABAH, KOMPAS.com – Masyarakat Malaysia tengah diguncang dengan kabar kematian seorang siswi bernama Zara Qairina Mahathir.
Ia awalnya ditemukan tidak sadarkan diri di sekitar asrama sekolahnya di Papar, Sabah, pada 16 Juli 2025.
Meski sempat dirawat di Hospital Queen Elizabeth I di Kota Kinabalu, nyawanya tidak tertolong.
Baca juga: Video Viral Guru di Malaysia Keluhkan Murid Sering Gunakan Bahasa Indonesia, Ini Kata Guru Besar UGM
Kasus ini menjadi sorotan nasional karena muncul dugaan bahwa Zara, pelajar kelas satu (Form One) di SMKA Tun Datu Mustapha Limauan, mungkin menjadi korban kekerasan atau perundungan (bullying) di lingkungan sekolah.
Berbagai media Malaysia melaporkan misteri kematian Zara Qairina, termasuk Kantor berita Bernama, The Star, New Straits Times, dan Free Malaysia Today.
Ingat memar saat memandikan jenazah
Situasi memanas kembali setelah ibu korban, Noraidah Lamat, mengajukan laporan polisi baru pada Jumat (1/8/2025).
Dalam laporan tersebut, ia menyebutkan bahwa terdapat memar di bagian punggung anaknya saat proses pemulasaran jenazah secara Islam di rumah sakit, sehari setelah Zara dinyatakan meninggal.
Kuasa hukum Noraidah, Hamid Ismail dan Shahlan Jufri, mengatakan bahwa klien mereka sempat lupa menyampaikan hal ini sebelumnya karena masih dalam kondisi syok dan berduka mendalam.
“Ia baru mengingat soal memar tersebut ketika kami menanyainya kemarin sore,” kata mereka, seperti dikutip dari Free Malaysia Today, Sabtu (2/8/2025).
Pengacara menegaskan bahwa informasi baru ini cukup menjadi alasan kuat untuk membuka kembali penyelidikan, terlepas dari pernyataan Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail, yang menyebut bahwa polisi telah menyelesaikan penyelidikan awal.
Baca juga: Malaysia Siap Kerja Sama Cari Riza Chalid, Anwar Ibrahim Beri Syarat Ini
Tuntutan ekshumasi dan autopsi ulang
Dengan munculnya dugaan kekerasan tersebut, pihak keluarga melalui kuasa hukum mendesak agar makam Zara segera dibongkar dan dilakukan autopsi ulang.
Pihak keluarga ingin mengetahui penyebab pasti kematian Zara Qairina serta apakah ada unsur tindak pidana.
“Makam Zara harus segera diekshumasi dan otopsi harus dilakukan,” tegas pengacara Noraidah.
Dugaannya jatuh dari lantai 3
Zara ditemukan tidak sadarkan diri di dalam selokan dekat asrama sekolahnya sekitar pukul 4 pagi.
Dugaan awal menyebutkan bahwa ia terjatuh dari lantai tiga gedung asrama. Namun, dengan munculnya informasi baru mengenai memar di tubuh korban, kemungkinan penyebab kematian menjadi kembali dipertanyakan.
Sabah Police Commissioner, Datuk Jauteh Dikun, mengonfirmasi bahwa laporan baru dari ibu Zara akan ditinjau dan dipertimbangkan untuk langkah lebih lanjut.
“Kami akan memeriksa isi laporan terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan selanjutnya,” ujar Jauteh, seperti dikutip dari New Straits Times, Minggu (3/8/2025).
PM Anwar Ibrahim ikut angkat bicara
Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim, ikut angkat suara terkait kasus kematian Zara Qairina.
Ia menegaskan bahwa tidak akan ada pihak yang dilindungi dalam proses penyelidikan kasus Zara.
Ia telah memerintahkan Kepala Kepolisian Malaysia dan Jaksa Agung untuk melakukan investigasi menyeluruh.
Baca juga: Bukan Indonesia, Kenapa Malaysia Jadi Penengah Perang Thailand-Kamboja? Ini Penjelasannya
Pernyataan PM Anwar Ibrahim datang setelah muncul spekulasi di media sosial yang mencoba mengaitkan kasus kematian Zara dengan individu yang disebut-sebut memiliki kedekatan dengan tokoh politik tertentu.
"Siapa pun yang terkait dengan kematiannya atau berkonspirasi dengan mereka yang terlibat tidak akan menerima perlindungan. Tapi jangan menuduh orang lain tanpa bukti," tegas Anwar, Minggu (3/8/2025), dikutip dari The Star.
"Kalau ada bukti pelanggaran, ya kita hukum. Kita negara hukum, bukan negara fitnah," tambahnya.
Pihak kepolisian Malayasia sendiri menyebut telah memeriksa sekitar 60 saksi terkait kematian Zara ini.
Siapa Zara Qairina?
Zara Qairina adalah siswi berusia 13 tahun yang menimba ilmu di sekolah berbasis agama di Sabah.
Namanya mungkin belum dikenal publik sebelumnya, namun kini ia menjadi simbol dari desakan transparansi dan keadilan dalam dunia pendidikan di Malaysia.
Kematian Zara Qairina turut menyoroti kembali isu perundungan dan keselamatan siswa di lingkungan sekolah berasrama di Malaysia, serta lemahnya sistem pengawasan dalam menangani insiden serius seperti ini.
Sejak insiden tragis itu terjadi, berbagai spekulasi mulai beredar di media sosial.
Beberapa pihak bahkan menyebarkan klaim yang belum terverifikasi, termasuk dugaan bahwa Zara menjadi korban perundungan, hingga tudingan yang mengaitkan kasus ini dengan individu yang disebut-sebut memiliki hubungan dengan tokoh politik.
Baca juga: Demo Malaysia, Puluhan Ribu Warga Tuntut PM Anwar Ibrahim Mundur karena Biaya Hidup Melambung
Setidaknya, seiring mencuatnya kembali berbagai kejanggalan dalam kasus ini, masyarakat Malaysia mulai menyuarakan keadilan bagi Zara Qairina di media sosial.
Tagar #JusticeForZara menjadi seruan publik untuk mendesak pihak berwenang agar benar-benar mengungkap fakta dan membawa siapa pun yang bertanggung jawab ke muka hukum.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.