KOMPAS.com - Sebuah helm emas ditemukan pada 1927 di kota kuno Ur, wilayah Mesopotamia yang kini berada di Irak.
Helm emas tersebut menjadi salah satu helm tertua di dunia.
Penemuan helm emas tersebut menjadi salah satu peninggalan arkeologis paling mencolok dari peradaban Sumeria.
Sumeria adalah peradaban paling awal yang diketahui, terletak di Mesopotamia selatan, di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Irak selatan.
Baca juga: Sejak Kapan Manusia Mulai Makan Telur? Arkeolog Ungkap Jejaknya
Sebagaimana diberitakan Live Science pada Senin (28/7/2025), helm seberat sekitar 15 karat ini pertama kali digali oleh arkeolog Inggris, Sir Leonard Woolley dalam proyek besar-besaran di Pemakaman Kerajaan Ur.
Dengan desain menyerupai rambut bergelombang dan telinga manusia, helm ini diyakini bukan untuk pertempuran, melainkan sebagai hiasan kepala upacara.
Di lokasi yang sama, Woolley juga menemukan belati emas, vas pualam, serta mangkuk emas bertuliskan nama Meskalamdug yang berarti “pahlawan tanah yang baik”.
Baca juga: Arkeolog Temukan Batu Akik Berusia 600 Tahun di Parit Kastil Abad Pertengahan
Antara keagungan dan misteri identitas
Meski bertuliskan nama yang diasosiasikan dengan seorang raja, makam tempat helm ditemukan tidak mencerminkan kemewahan pemakaman kerajaan lainnya.
Woolley pun menduga bahwa penghuni makam bukan seorang raja, melainkan pangeran atau bangsawan tinggi dari Dinasti Pertama Ur.
Helm emas itu sendiri memiliki dimensi yang proporsional dengan ukuran kepala manusia dewasa, dengan tinggi 22,7 cm dan lebar 21 cm.
Lubang-lubang kecil di sekeliling tepinya kemungkinan digunakan untuk menjahitkan lapisan kain pelindung, dan bagian bawah helm menunjukkan tempat pengait tali dagu.
Tak lama setelah penemuannya, dua replika helm Meskalamdug dibuat oleh tukang emas James Ogden pada 1928, masing-masing kini berada di British Museum dan Penn Museum.
Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Penuh Harta Karun Milik Raja Pertama Kota Maya
Sementara itu, helm asli sempat disembunyikan dari ancaman penjarahan selama Perang Teluk dan baru ditemukan kembali pada 2003.
Kini helm emas tersebut menjadi koleksi utama di Museum Irak, Baghdad.
Ogden mencatat bahwa helm ini ditempa dari satu lembar emas dan menggambarkan rambut yang dikuncir dengan pita serta sanggul di belakang kepala.
Gaya tersebut mengingatkan pada penguasa besar seperti Eannatum dan Sargon dari Akkad pada abad ke-25 hingga 24 SM.
Baca juga: Arkeolog Temukan Penico, Jejak Kota Perdagangan Kuno Berusia 3.500 Tahun di Peru
Meskalamdug hanya untuk penguasa tertinggi
Meski sosok Meskalamdug tercatat sebagai raja dalam sejarah, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa pemilik helm ini adalah orang yang sama.
Sehingga kemungkinan besar helm tersebut milik keturunannya, seorang pangeran yang tetap meninggalkan warisan emas tak ternilai bagi dunia arkeologi.
Dilansir dari Sumerianshakespeare, dua helm terkenal yang diketahui memakai model ini adalah milik Meskalamdug dari Sumeria dan Sargon dari Akkadia.
Meski keduanya hidup lebih dari 150 tahun terpisah, keduanya menyandang gelar yang sama yakni Raja Kish.
Hal ini memunculkan dugaan bahwa helm emas jenis ini tidak diperuntukkan bagi sembarang raja, melainkan hanya bagi mereka yang menguasai Kish, sebuah gelar prestisius yang dianggap sebagai legitimasi tertinggi kekuasaan di kawasan Mesopotamia.
Baca juga: Para Arkeolog Temukan Situs Pemakaman Viking di Denmark, Ada Makam Kepala Suku
Tidak digunakan secara umum di medan perang
Jika helm ini memang lazim dikenakan oleh para bangsawan atau prajurit elit, seharusnya akan terlihat kemunculannya dalam artefak visual seperti Panji Ur.
Namun kenyataannya, tidak satu pun bangsawan Sumeria dalam panji tersebut tampak mengenakan helm jenis ini.
Ini memperkuat argumen bahwa helm tersebut bukan bagian dari perlengkapan perang umum, melainkan penanda tunggal bagi satu sosok penguasa yaitu raja penguasa Kish.
Dengan keunikannya yang mencolok, helm emas ini justru berpotensi menimbulkan kebingungan jika dikenakan oleh banyak tokoh di medan perang.
Dalam konteks strategi visual, kehadiran helm seperti ini justru menjadi sarana identifikasi, bukan keseragaman.
Karena itu, pemakaiannya kemungkinan dibatasi hanya untuk satu individu sebagai pusat komando simbolik.
Dan individu itu bukan sembarang raja, melainkan Raja Kish, pemegang otoritas tertinggi yang diakui baik oleh wilayah Sumeria maupun Akkadia.
Baca juga: Arkeolog Ungkap Bahan Pembuatan Roti Berusia 5.000 Tahun yang Ditemukan di Turkiye
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.