KOMPAS.com - Gunung Krasheninnikov di wilayah Kamchatka timur, Rusia meletus setelah enam abad tidak aktif, Sabtu (2/8/2025).
Letusan itu terjadi setelah gempa di dekat Petropavlovsk di Semenanjung Kamchatka Rusia dengan kekuatan M 8,8 pada Rabu (30/7/2025) yang menimbulkan tsunami di berbagai negera, termasuk Jepang dan Indonesia.
Menurut Program Vulkanisme Global milik Smithsonian Institution, gunung api Krasheninnikov sudah tidak aktif sejak letusan terakhir pada tahun 1550.
Namun, gunung berapi tersebut kini memuntahkan gumpalan abu setinggi 6.000 meter ke atmosfer.
Baca juga: Apa Jadinya jika Gempa M 8,7 Berpusat di Indonesia, Bukan Rusia?
Otoritas Rusia menyebutkan, awan abu itu menyebar ke arah timur menuju ke Samudra Pasifik.
Meski demikian, dipastikan tidak ada daerah berpenduduk di sepanjang jalurnya sehingga tidak ada hujan abu yang terjadi di permukiman warga.
Letusan gunung berapi tersebut telah diberi kode penerbangan oranye yang berarti ada peningkatan risiko bagi pesawat yang terbang di wilayah sekitar.
Kantor berita negara Rusia RIA dan para ilmuwan menyampaikan, meletusnya gunung berapi Krasheninnikov di Kamchatka dikaitkan dengan gempa dahsyat yang mengguncang timur jauh Rusia minggu lalu.
"Ini adalah letusan Gunung Krasheninnikov pertama yang terkonfirmasi secara historis dalam 600 tahun," kata RIA.
Sebelum terjadi letusan, para ilmuwan Rusia juga telah memperingatkan adanya gempa susulan yang kuat dan mungkin terjadi di wilayah tersebut dalam beberapa hari ke depan.
Baca juga: Dampak Nyata Gempa Rusia 2025, Pelabuhan Rusak dan Paus Terdampar
Gempa bumi di Rusia
Sebelumnya, gempa bumi berkekuatan M 8,8 terjadi di Petropavlovsk di Semenanjung Kamchatka, Rusia.
Gempa ini menjadi gempa terkuat sejak gempa M 9,1 pada 2011 di lepas pantai Jepang. Kala itu, bencana tersebut memicu tsunami yang menelan korban lebih dari 15.000 jiwa.
Para ilmuwan mengatakan, pergerakan Lempeng Pasifik membuat Semenanjung Kamchatka, yang terletak di lepas pantai Timur Jauh Rusia sangat rentan terhadap gempa bumi.
Oleh sebab itu, para ilmuwan memperingatkan bahwa gempa susulan yang lebih besar sangat mungkin terjadi.
"Zona seismik Kamchatka adalah salah satu zona subduksi paling aktif di sekitar Cincin Api Pasifik, dan Lempeng Pasifik bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 80 mm (3 inci) per tahun," ujar Roger Musson, peneliti kehormatan di Survei Geologi Inggris, dikutip dari Live Mint.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.