KOMPAS.com - Sebuah pesawat latih milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) mengalami kecelakaan di kawasan Ciampea, Kabupaten Bogor, pada Minggu pagi 3 Agustus 2025.
Insiden itu terjadi sekitar pukul 09.19 WIB, ketika pesawat tersebut jatuh di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Astana, Desa Benteng.
Menurut keterangan sejumlah saksi mata, pesawat sempat oleng di udara sebelum akhirnya kehilangan kendali dan menghantam tanah.
Momen jatuhnya pesawat berlangsung cepat dan tanpa ledakan, namun menimbulkan kepanikan di sekitar lokasi kejadian.
Pesawat tersebut diketahui tengah menjalani latihan profisiensi penerbangan olahraga dirgantara, bagian dari agenda rutin yang dilakukan FASI untuk meningkatkan kemampuan awak.
Berikut ini sejumlah fakta yang perlu diketahui terkait insiden kecelakaan pesawat latih di Ciampea, Bogor.
Fakta pesawat latih jatuh di Ciampea, Bogor
Kecelakaan ini sontak mengundang perhatian publik dan menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk otoritas penerbangan sipil dan militer, yang tengah menyelidiki penyebab pasti jatuhnya pesawat, berikut ini deretan fakta kecelakaan pesawat latih tersebut:
Baca juga: Moncong Iberia Menganga Besar, Bukti Bahayanya Pesawat Tabrak Burung
1. Ada suara gemuruh keras sebelum pesawat jatuhPesawat latih yang mengalami kecelakaan di Ciampea, Bogor, diketahui lepas landas dari Pangkalan Udara TNI Atang Sendjaja (Lanud ATS). Lokasi jatuhnya pesawat berada sekitar 15 hingga 20 kilometer dari titik keberangkatan tersebut.
Seorang saksi mata, Enjat Sudrajat, yang berada di sekitar lokasi kejadian, menceritakan bahwa pesawat sempat terbang rendah dan berputar-putar sebelum jatuh.
“Saya lihat pesawatnya miring, lalu seperti mencoba naik lagi. Tapi tiba-tiba langsung jatuh,” ungkap Enjat dikutip dari Kompas.com, Minggu (3/8/2025).
Ia juga menyampaikan bahwa sesaat sebelum pesawat menghantam tanah, terdengar suara gemuruh keras, meski hanya berlangsung singkat.
“Suaranya kencang, tapi enggak lama karena langsung jatuh,” katanya.
Namun, Enjat menegaskan bahwa tidak terdengar suara ledakan dalam insiden tersebut.
“Saya enggak dengar ada ledakan,” ujarnya.
Baca juga: Pesawat Akrobatik Jatuh di Spanyol Usai Lakukan Manuver, Pilot dan Penumpang Hilang
2. Satu korban tewasDilansir dari Kompas.com, Minggu (3/8/2025), dalam peristiwa nahas tersebut, satu orang meninggal dunia dan satu lainnya mengalami luka serius.
Korban jiwa dalam kecelakaan ini adalah Marsekal Muda TNI Fajar Adriyanto, yang menjabat sebagai salah satu pejabat tinggi di lingkungan TNI AU.
Ia dinyatakan meninggal dunia setibanya di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. M. Hassan Toto, setelah sebelumnya dievakuasi dari lokasi kejadian.
Baca juga: [POPULER TREN] 5 Ketua Umum Partai Terlama | Penumpang Lion Air Teriak Ada Bom di Pesawat
3. Kopilot Roni selamat namun kritisSementara itu, satu korban lainnya yang menjadi kopilot telah sadar dan tengah menjalani perawatan intensif.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama I Nyoman Suadnyana, mengonfirmasi bahwa kopilot bernama Roni yang turut menjadi korban dalam insiden jatuhnya pesawat latih di Ciampea, Bogor, telah sadar meski masih belum dapat diajak berkomunikasi.
“Penerbang saudara Roni sampai saat ini sudah sadar, tapi belum bisa diajak ngomong,” ujar Suadnyana saat memberikan keterangan di kediaman almarhum Marsma TNI Fajar Adriyanto di Kompleks TNI Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan, dikutip dari Kompas.com, Minggu (3/8/2025).
Roni, yang berperan sebagai kopilot dalam penerbangan pesawat microlight PK-S126 milik FASI, kini masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. M. Hasan Toto, Kemang, Kabupaten Bogor.
Baca juga: Tak Sengaja Terekam, Ini Pesawat Legendaris Concorde yang Bisa Terbang 2 Kali Lebih Cepat dari Suara
4. Penyelidikan bisa sampai enam bulanKepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama I Nyoman Suadnyana, menyatakan bahwa penyebab jatuhnya pesawat latih milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) di kawasan Ciampea, Bogor yang menewaskan Marsma Fajar Adriyanto, masih dalam proses penyelidikan.
“Semua kejadian tersebut, apa penyebabnya, saat ini masih diinvestigasi,” ujar Suadnyana kepada awak media saat melayat ke rumah duka di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan, dikutip dari Kompas.com, Minggu (3/8/2025).
Ia belum dapat memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses investigasi, mengingat kompleksitas dalam menelusuri penyebab kecelakaan udara.
“Investigasi bisa saja berlangsung sebulan, dua bulan, bahkan enam bulan. Semua tergantung pada temuan tim di lapangan,” jelasnya.
Pihak TNI AU pun meminta publik bersabar menanti hasil resmi, sambil memastikan bahwa proses penelusuran dilakukan oleh tim profesional yang kompeten di bidangnya.
Baca juga: Penumpang Lion Air Teriak Ada Bom di Pesawat, Diduga Kesal Penerbangan Tertunda
5. TNI sebut laik terbang dan kantongi izinDilansir dari Kompas.com, Minggu (3/8/2025), TNI Angkatan Udara menegaskan bahwa pesawat latih jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan nomor registrasi PK-S126 milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) telah dinyatakan laik terbang sebelum mengalami kecelakaan.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma I Nyoman Suadnyana, menyampaikan bahwa pesawat telah menjalani pemeriksaan teknis dan mengantongi Surat Izin Terbang (SIT) Nomor SIT/1484/VIII/2025 yang diterbitkan oleh Lanud Atang Sendjaja (ATS).
“Pesawatnya bagus, sebelum terbang dicek dan dipastikan dalam keadaan laik,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa penerbangan yang dikemudikan oleh Marsma Fajar Adriyanto bersama kopilot Roni merupakan sortie kedua atau misi penerbangan kedua pada hari itu.
Artinya, pesawat telah melakukan satu penerbangan sebelumnya tanpa insiden.
(Sumber: Kompas.com, Penulis: Hanifah Salsabila | Editor: Wahyu Wachid Anshory, Icha Rastika, Abdul Haris Maulana)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.