KOMPAS.com - Hari Selasa, 5 Agustus 2025, ini diprediksi menjadi salah satu hari paling singkat dalam setahun.
Menurut para ilmuwan, rotasi Bumi pada hari itu akan berlangsung 1,25 milidetik lebih cepat dari biasanya.
Fenomena ini menjadikan Selasa ini sebagai hari terpendek ketiga sepanjang 2025, setelah dua hari lainnya yakni 9 Juli dan 22 Juli.
Sebuah studi pada 2024 menyebut bahwa perubahan ini tidak terjadi secara alami.
Para peneliti mengungkapkan bahwa pemanasan global akibat ulah manusia telah mempercepat pencairan es di kutub dan meningkatkan permukaan laut.
Akibatnya, distribusi massa Bumi berubah dan mempengaruhi kecepatannya berotasi.
"Penyebab percepatan ini belum sepenuhnya dapat dijelaskan," ujar Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Universitas Negeri Moskwa, Rusia.
Baca juga: Bumi Berputar Lebih Cepat, 5 Agustus Jadi Hari Terpendek
Baca juga: Tanggal 5 Agustus Jadi Hari Terpendek dalam Setahun, Kenapa Bisa?
Tidak berdampak ke manusia
Meski terdengar luar biasa, kita sebagai manusia tidak akan benar-benar merasakan efek dari rotasi yang lebih cepat ini.
"Fenomena ini sangat kecil. Tidak ada yang luar biasa (yang terjadi)," kata Christian Bizouard, astronom di Observatorium Paris sekaligus ilmuwan utama di Pusat Orientasi Bumi, seperti dikutip dari Scientific American.
Ia menambahkan, perbedaan 1 milidetik terlalu singkat untuk dapat diamati langsung, bahkan dalam pergerakan Matahari di langit.
Namun, bagi para ilmuwan, fenomena ini tetap penting. Melacak perubahan rotasi Bumi hingga presisi milidetik membantu menentukan lokasi di permukaan Bumi dengan akurasi sangat tinggi, bahkan sampai pada tingkat meter.
Teknologi navigasi seperti GPS juga bergantung pada data presisi ini agar bisa bekerja secara optimal.
Baca juga: Rotasi Bumi Lebih Cepat, Dunia Akan Alami Hari Terpendek pada Juli dan Agustus 2025?
Mengapa masih 24 jam?
Meskipun 5 Agustus 2025 adalah hari terpendek, jam di dunia tetap akan menunjukkan waktu 24 jam seperti biasa.
Dilansir Live Science, perubahan waktu harian yang dirasakan manusia hanya akan terjadi jika panjang hari berubah lebih dari 0,9 detik atau 900 milidetik.
Itu pun bukan dalam satu hari, melainkan akumulatif selama bertahun-tahun.
Saat perbedaan waktu Bumi dan waktu atomik mulai signifikan, International Earth Rotation Service (IERS) akan menyesuaikannya dengan menambahkan "detik kabisat" ke Waktu Universal Terkoordinasi (UTC).
Baca juga: Penyebab Kematian Diplomat Kemlu Diumumkan Hari Ini oleh Polda Metro Jaya
Faktor penyebab kecepatan rotasi Bumi
Secara teori fisika, benda padat yang berputar di ruang hampa seharusnya mempertahankan kecepatan rotasinya, kecuali jika mendapat gaya eksternal.
Namun, Bumi bukanlah benda padat sepenuhnya dan tidak berada dalam ruang hampa mutlak. Ia dikelilingi oleh atmosfer, memiliki inti cair, dan berinteraksi gravitasi dengan Bulan.
Duncan Agnew, ahli geofisika dari Scripps Institution of Oceanography, menjelaskan bahwa rotasi Bumi dipengaruhi oleh banyak komponen.
“Jumlah semua rotasi harus sama. Jika sebagian Bumi bergerak lebih lambat, bagian lain harus bergerak lebih cepat,” katanya.
Faktor-faktor seperti dinamika inti Bumi dan arus atmosfer ikut berkontribusi pada kecepatan rotasi secara keseluruhan.
Maka tak mengherankan, hari di Bumi sesekali menjadi lebih panjang atau lebih pendek—meskipun hanya dalam hitungan milidetik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.