Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wanita di Perancis Terima Gaji 20 Tahun Tanpa Bekerja, Pilih Gugat Perusahaan

Baca di App
Lihat Foto
PEXELS/LOS MUERTOS CREW
Ilustrasi wanita karier.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Seorang wanita asal Prancis bernama Laurence Van Wassenhove pada 2024 menggugat perusahaan tempatnya bekerja, setelah menerima gaji selama dua dekade tanpa pernah benar-benar diberi pekerjaan.

Van Wassenhove melayangkan gugatan terhadap Orange, perusahaan telekomunikasi besar yang berbasis di Perancis.

Ia menuduh perusahaan tersebut telah melakukan diskriminasi terhadap dirinya sebagai penyandang disabilitas.

Sejak lahir, Van Wassenhove mengalami kelumpuhan parsial, yang membatasi ruang geraknya dalam melakukan berbagai aktivitas kerja.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia pertama kali direkrut pada 1993 oleh France Telecom, perusahaan yang kemudian diakuisisi oleh Orange.

Meskipun terus menerima gaji selama bertahun-tahun, Van Wassenhove menyatakan bahwa dirinya tak pernah mendapatkan peran atau tugas yang jelas.

Menurutnya, hal ini bukan hanya soal pekerjaan, tetapi juga tentang hak untuk diikutsertakan secara adil di lingkungan kerja.

Baca juga: Pembeli Menggugat Costco Rp 227 Miliar karena Cedera Otak Serius Selepas Tertimpa Lemari

Menderita kelumpuhan parsial dan epilepsi

Van Wassenhove dilaporkan terlahir dengan kelumpuhan parsial pada wajah dan anggota tubuh, serta menderita epilepsi.

Awalnya ia diberi posisi sekretaris yang sesuai, dan pihak perusahaan pun menyesuaikan kondisi kerjanya dengan kebutuhan kesehatannya.

Namun, permasalahan muncul ketika Van Wassenhove meminta dipindahkan ke wilayah lain.

Di lokasi baru, manajemen malah tidak menyesuaikan tanggung jawab kerjanya dengan kondisi disabilitas yang ia miliki.

Sebagaimana dilansir SCMP pada Minggu (30/6/2024), meski ia berulang kali mengajukan permintaan untuk bekerja dari rumah dan melaporkan situasinya ke lembaga pemerintah serta otoritas anti-diskriminasi, kondisinya tak kunjung membaik.

Selama periode itu, Van Wassenhove menyebut dirinya sebagai “karyawan yang dibuang”. Ia merasa terisolasi dari aktivitas pekerjaan, tidak diberi tugas, dan tidak memiliki kantor maupun rekan kerja.

Ia juga mengaku pendapatannya perlahan menurun dan pensiunnya dipotong, yang secara total diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 650.000 euro (sekitar Rp 12,2 miliar).

Baca juga: Mobil BMW Terjun dari Tol Krian-Gresik, Bisakah Pengemudi Menggugat Google Maps?

Menggugat sebagai korban diskriminasi

Setelah berkonsultasi dengan pengacaranya, Van Wassenhove memutuskan untuk menggugat Orange secara hukum.

Pengacaranya menyebut Van Wassenhove sebagai “korban diskriminasi sejak 2004” dan menuduh perusahaan telah berupaya memaksanya untuk mengundurkan diri.

"Bagi penyandang disabilitas, pekerjaan berarti memiliki tempat di masyarakat. Kami mengajukan gugatan karena kesehatan Van Wassenhove memburuk akibat kelalaian perusahaan, pelecehan moral, dan tindakan diskriminatif,” ujar pengacara tersebut.

Sebagai tanggapan, Orange mengatakan kepada surat kabar Prancis La Dépêche bahwa mereka telah mempertahankan gaji Van Wassenhove secara penuh.

Mereka juga telah melakukan berbagai upaya agar Van Wassenhove dapat bekerja dalam kondisi terbaik.

“Rencana untuk mengembalikannya ke posisi kerja yang telah disesuaikan sebenarnya sudah disiapkan, namun tidak pernah terealisasi karena yang bersangkutan kerap mengambil cuti sakit,” jelas pihak perusahaan.

Sementara itu, Kode Ketenagakerjaan di Perancis memiliki aturan bagi setiap perusahaan untuk memberikan perlindungan serta mendorong integrasi penyandang disabilitas.

Hal itu termasuk mewajibkan kuota disabilitas bagi perusahaan yang memiliki setidaknya 20 karyawan.

Baca juga: Kematian Dokter Muda: Menggugat Ego Profesi

Komentar warganet

Kisah tersebut menarik perhatian warganet di China, banyak dari mereka yang mengaku iri karena tetap mendapat gaji walau tidak melakukan pekerjaan.

“Bagi dia mungkin soal harga diri, tapi saya iri. Saya juga ingin bisa tinggal di rumah dan tetap dibayar. Nasib sebaik itu seperti mimpi saja!” kata salah seorang warganet.

Namun, ada juga yang membela sikap perusahaan tempat Van Wassenhove bekerja.

“Kalau perusahaan tidak berbohong, karyawan yang sering cuti sakit memang menyulitkan. Orang lain harus menanggung pekerjaannya, dan kalau hasil kerjanya buruk, malah jadi masalah. Atasan juga terbebani mencari tugas yang cocok untuknya. Apakah seluruh perusahaan harus menyesuaikan diri demi satu orang?” tulis warganet tersebut.

Pendapat lain mengatakan Van Wassenhove seharusnya mencari pekerjaan paruh waktu.

“Apakah perusahaan melarang dia mencari pekerjaan paruh waktu? Dia bisa tetap menerima gaji sambil mencari kegiatan lain. Bahkan menjadi relawan pun bisa!” kata warganet tersebut.

Baca juga: Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: SCMP
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi