Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Profesi yang Disebut Pakar Paling Sulit Digantikan AI, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
Bloomberg
CEO Google DeepMind, Demis Hassabis.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com – Ahli di bidang teknologi menyebut, perawat dan tukang ledeng adalah dua profesi atau pekerjaan yang dinilai paling sulit digantikan oleh kecerdasan buatan (AI).

CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, mengatakan bahwa AI memang bisa mengambil alih banyak tugas dokter, tetapi tidak dengan pekerjaan perawat.

Sementara itu, pakar AI dan peraih Nobel, Geoffrey Hinton, mengatakan bahwa AI akan mengalami kesulitan besar jika harus menggantikan pekerjaan tukang ledeng.

Lantas, mengapa dua profesi ini dianggap tak dapat digantikan oleh AI?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Siap Saingi ChatGPT, Apple Akan Bikin Chatbot AI Sendiri

AI bisa gantikan dokter, tapi tidak perawat

Hassabis menyampaikan, meskipun AI berkembang sangat pesat, kemampuannya tetap memiliki batas.

“Suatu hari nanti AI dapat melakukan banyak tugas yang saat ini ditangani dokter, tetapi tidak akan pernah bisa menggantikan perawat,” katanya dalam wawancaranya dengan Wired, dikutip dari India Today, Selasa (5/8/2025).

Menurutnya, pekerjaan perawat sangat bergantung pada hubungan manusiawi, empati, dan dukungan emosional. Hal-hal inilah yang tidak bisa digantikan oleh mesin yang hanya mengolah data dan prosedur.

Baca juga: 10 Model AI Paling Cerdas 2025, Gemini Peringkat 3

Hassabis bahkan memperkirakan 5-10 tahun ke depan akan menjadi masa paling revolusioner dalam dunia kedokteran karena kehadiran AI.

Ia menjelaskan bahwa sistem AI sudah mulai terintegrasi dalam praktik medis, khususnya dalam tugas yang membutuhkan analisis data dalam jumlah besar.

Contohnya, AI kini mampu membaca hasil sinar-X, MRI, dan CT scan dengan tingkat akurasi tinggi, menganalisis tes laboratorium, bahkan menyarankan rencana perawatan untuk pasien.

“Dalam beberapa kasus, AI bahkan dapat mengambil alih tanggung jawab diagnostik tertentu sepenuhnya, sehingga dokter dapat lebih fokus pada kasus yang lebih khusus atau sulit,” jelasnya.

Namun, saat ditanya apakah hal yang sama berlaku untuk perawat, Hassabis langsung membantah.

“Keperawatan melibatkan lebih dari sekadar mengikuti instruksi medis atau memantau tanda-tanda vital pasien,” ujarnya.

Menurutnya, pekerjaan perawat berakar pada interaksi manusia secara langsung. Mereka tidak hanya memberikan perawatan fisik, melainkan juga menawarkan kenyamanan, kepastian, dan dukungan emosional yang penting dalam proses penyembuhan.

“Elemen-elemen tersebut penting untuk pemulihan dan tidak dapat ditiru bahkan oleh mesin tercanggih sekalipun. AI tidak bisa memegang tangan seseorang,” tegasnya.

Baca juga: Tips Sukses Ala Bill Gates, di Tengah Gempuran AI

Ia menambahkan, secara teknis robot mungkin bisa menjalankan tugas-tugas perawat seperti memberi obat atau mencatat data pasien. Namun yang hilang dari itu adalah kehangatan dan kasih sayang manusiawi.

“Perawat robotik mungkin efisien, tetapi ia tidak memiliki kehangatan dan kasih sayang manusiawi yang menjadi ciri khas perawatan berkualitas,” ujarnya.

Hassabis juga menekankan pentingnya kepercayaan dalam hubungan antara perawat, pasien, dan keluarganya yang dibangun melalui kepekaan dan kehadiran emosional, hal ini tentu sulit diprogramkan ke dalam sistem AI.

Baca juga: AI Ungkap 86.000 Gempa Tersembunyi di Bawah Yellowstone, Apa Dampaknya jika Erupsi Besar?

AI tidak akan bisa gantikan tukang ledeng

Geoffrey Hinton, pelopor AI yang sering dijuluki sebagai “Bapak AI”, juga menyuarakan kekhawatirannya soal arah perkembangan teknologi ini.

Hinton yang pernah bekerja di Google sebelum memutuskan keluar pada 2023, menyampaikan pernyataan yang tak terduga bahwa ia sendiri mempertimbangkan menjadi tukang ledeng.

“Akan butuh waktu lama sebelum AI bisa sehebat kita dalam manipulasi fisik. Kemungkinan besar, saya ingin menjadi tukang ledeng,” ujar Hinton, dikutip dari The Economic Times, Rabu (18/6/2025).

Menurutnya, pekerjaan seperti tukang ledeng memiliki tantangan fisik dan teknis yang sulit dikerjakan oleh mesin, terutama karena memerlukan improvisasi, keterampilan manual, dan penyesuaian dengan kondisi nyata di lapangan.

“Berbeda dengan pekerjaan yang sangat bergantung pada kerja meja dan pengenalan pola, pekerjaan perpipaan membutuhkan keterampilan fisik yang kompleks, improvisasi situasional, dan keahlian langsung yang saat ini tidak dapat ditiru oleh AI,” jelas Hinton.

Ia menilai bahwa meskipun AI dapat mengubah cara manusia bekerja dalam bidang hukum, teknologi, atau ekonomi, pekerjaan seperti memperbaiki pipa bocor atau sekadar memegang tangan pasien dalam kondisi takut adalah ranah manusia yang tidak bisa digantikan mesin.

Baca juga: Daftar Profesi yang Disebut Paling Aman dari Ancaman AI

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi