Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Artefak Batu Berusia Jutaan Tahun Ditemukan di Sulawesi, Ungkap Jejak Manusia Purba Lebih Awal

Baca di App
Lihat Foto
University of New England/MW Moore
Penemuan alat batu di Sulawesi
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Penelitian terbaru mengungkapkan, manusia purba telah mencapai Pulau Sulawesi jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya. 

Temuan ini berasal dari artefak batu berusia sekitar 1,04 juta hingga 1,48 juta tahun yang ditemukan di situs Calio, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. 

Peralatan batu tersebut berupa pecahan batu tajam hasil olahan kerikil besar dari dasar sungai.

Artefak batu menunjukkan bahwa pulau ini pernah menjadi pusat pembuatan alat dan lokasi berburu bagi hominin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut arkeolog dari Griffith University, Adam Brumm, Sulawesi memiliki ekosistem unik layaknya “benua mini” yang berdiri sendiri. 

Lokasinya berada di kawasan Wallacea, zona transisi di mana spesies hewan berevolusi secara terisolasi. 

Penemuan artefak batu ini membuka peluang besar untuk memahami jalur pergerakan manusia purba yang melintasi Garis Wallace, batas alami antara Asia dan Australia.

Baca juga: Burung Moa Lebih Sulit Dibangkitkan Kembali Dibanding Serigala Purba, Kenapa?

Identitas pembuat peralatan batu masih belum diketahui

Hingga kini, situs Calio di Sulawesi belum menghasilkan fosil hominin yang dapat mengungkap identitas pembuat peralatan tersebut. 

Meski demikian, penemuan ini menimbulkan pertanyaan penting tentang evolusi manusia "hobbit".

"Jika hominin dipisahkan dari pulau yang luas dan kaya ekologi ini selama sejuta tahun, apakah mereka akan mengalami perubahan evolusioner yang sama seperti hobbit Flores? Atau akankah sesuatu yang sama sekali berbeda terjadi?" ujarnya.

Temuan ini tidak hanya memperluas pengetahuan tentang sejarah manusia purba di Asia Tenggara, tetapi juga menantang pemahaman lama bahwa Flores adalah satu-satunya pulau di kawasan tersebut yang dihuni hominin pada masa sangat awal. 

Sulawesi kini menjadi bagian penting dalam teka-teki evolusi manusia yang masih menyisakan banyak misteri.

"Ini bagian penting dari teka-teki ini, tetapi situs Calio belum menemukan fosil hominin. Jadi, meskipun kita sekarang tahu ada pembuat alat di Sulawesi sejuta tahun yang lalu, identitas mereka tetap menjadi misteri," jelas Brumm.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Bentang Alam Purba di Bawah Es Antartika, Bisa Bantu Prediksi Dampak Pemanasan Global

Dari Hobbit Flores hingga jejak baru di Sulawesi

Dilansir dari National Geographic, penemuan manusia purba di Pulau Flores sebelumnya berupa Homo floresiensis pada 2004.

Manusia purba itu dijuluki “hobbit” karena tingginya hanya sekitar satu meter dan membuka babak baru penelitian prasejarah di Asia Tenggara. 

Fosil yang diperkirakan hidup 60.000–100.000 tahun lalu itu memicu perburuan bukti serupa di berbagai pulau lain. 

Hasilnya, ilmuwan menemukan Homo luzonensis di Luzon, Filipina, berusia 50.000–67.000 tahun, serta beragam artefak batu berumur jauh lebih tua, yakni sekitar 1,02 juta tahun di Flores dan 700.000 tahun di Luzon.

Temuan tersebut memberi sinyal kuat bahwa jejak hominin di wilayah ini telah ada jauh sebelum fosil-fosil tertua yang diketahui.

Baca juga: Jejak Tsunami Purba 1.800 Tahun Lalu Ditemukan di Selatan Pulau Jawa, Apa Kata BRIN?

Penemuan yang memundurkan sejarah Hominin di Sulawesi

Kini, sorotan beralih ke Sulawesi mengenai peralatan batu tersebut yang diperkirakan berumur antara 1,04 hingga 1,48 juta tahun. 

Penanggalan ini secara dramatis memundurkan estimasi keberadaan kerabat manusia purba di Sulawesi hingga ratusan ribu tahun dari perkiraan sebelumnya. 

Sebelumnya, tanda paling awal aktivitas hominin di Sulawesi hanya berusia sekitar 194.000 tahun. 

Temuan ini menempatkan Sulawesi sebagai salah satu titik penting dalam peta migrasi manusia purba di kawasan Wallacea, wilayah unik yang memisahkan daratan Asia dan Australia sekaligus menambah misteri tentang siapa sebenarnya penghuni awal pulau ini.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Sungai Purba Berusia 34 Juta Tahun yang Terkubur Es Antartika

Gerrit van den Bergh, paleontolog vertebrata dari University of Wollongong, Australia, menegaskan bahwa jejak kehidupan hominin di Sulawesi sudah ada setidaknya satu juta tahun lalu, dibuktikan dengan temuan peralatan batu kuno. 

“Setidaknya satu juta tahun yang lalu, terdapat hominin penghasil alat di Sulawesi,” katanya sebagai salah satu penulis makalah tentang temuan tersebut yang diterbitkan di jurnal Nature pada Rabu (6/8/2025).

Meski begitu, teka-teki besar masih menyelimuti identitas para pembuat alat tersebut. 

Ada kemungkinan mereka berasal dari kelompok “hobbit” Homo floresiensis, Homo luzonensis, kerabat dekat keduanya, atau bahkan spesies manusia purba yang sama sekali belum teridentifikasi.

Baca juga: Tengkorak Berusia 300.000 Tahun yang Ditemukan di China, Tak Cocok dengan Spesies Manusia Purba Mana Pun

Jejak masa purba di Sulawesi

Ekspedisi di Pulau Sulawesi yang dipimpin arkeolog Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budianto Hakim, mengungkap tujuh perkakas batu kuno di situs Calio.

Perkakas termuda ditemukan di permukaan, sementara yang tertua berada sekitar 60 sentimeter di bawah tanah, terkunci di batu pasir bersama rahang babi raksasa purba.

Berdasarkan analisis lapisan batuan, usia temuan itu diperkirakan sedikitnya satu juta tahun, bahkan mungkin mendekati 1,5 juta tahun.

Penggalian yang hanya sedalam dua kaki ternyata bukan pekerjaan ringan.

“Anda harus menghancurkan batu keras itu dengan palu dan pahat,” ujar Gerrit van den Bergh.

Baca juga: Temuan Baru Fosil Manusia Purba Berusia 140.000 Tahun di Dasar Selat Madura

Di bawah lapisan itu, tim menemukan dasar sungai purba yang menjadi tempat perkakas-perkakas ini terpendam selama jutaan tahun.

Penelitian menunjukkan para pembuatnya memukul batu pada titik-titik paling menjanjikan untuk menghasilkan serpihan tajam, lalu memukulnya lagi demi menciptakan tepi yang lebih presisi.

“Kami tidak tahu pasti apa kegunaan serpihan ini, tetapi kemungkinan besar digunakan untuk memotong atau mengikis,” jelas Adam Brumm.

Teknik tersebut memperlihatkan tingkat keterampilan yang tinggi, menandakan bahwa para hominin di Sulawesi kala itu telah menguasai seni pembuatan alat dengan sangat baik.

Baca juga: Warganet Debat soal Gunung Api Purba Nglanggeran Bisa Aktif Lagi, Apa Kata Pakar Vulkanologi?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi