KOMPAS.com - Para ilmuwan berhasil menciptakan lidah buatan pertama di dunia yang mampu merasakan dan mengenali berbagai rasa dalam lingkungan cair.
Lidah buatan pertama di dunia itu bahkan bisa meniru mekanisme kerja indra pengecap manusia.
Temuan ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada Senin (7/8/2025).
Baca juga: Ilmuwan Afrika Selatan Suntikkan Zat Radioaktif ke Cula Badak untuk Mengerem Perburuan Liar
Lidah buatan ini disebut membuka peluang besar dalam pengembangan sistem otomatis untuk keamanan pangan dan deteksi dini penyakit.
Teknologi tersebut memanfaatkan membran grafena oksida, lembaran karbon ultra tipis yang bertindak sebagai filter molekuler versi ionik dari rasa.
Alih-alih memisahkan partikel besar, membran ini memperlambat pergerakan ion sehingga memungkinkan perangkat mengenali dan mengingat rasa.
Baca juga: Jasad Ilmuwan Inggris yang Tewas di Antarktika pada 1959 Ditemukan Setelah 66 Tahun
Lidah buatan dapat mengecap 4 rasa dasar
Dalam tahap uji coba, lidah buatan ini mampu mengidentifikasi empat rasa dasar, meliputi manis, asam, asin, dan pahit.
Rasa yang dapat diidentifikasi lidah buatan bahkan bisa mencapai akurasi hingga 87,5 persen dan mencapai 96 persen untuk minuman dengan profil rasa kompleks, seperti kopi dan Coca-Cola.
Akurasi yang lebih tinggi ini, menurut peneliti, disebabkan oleh susunan elektrik khas dari campuran minuman yang kompleks, sehingga perangkat lebih mudah mengenalinya.
Studi tersebut mencatat, inilah kali pertama pengindraan dan pemrosesan informasi berhasil dipadukan dalam satu sistem berbasis cairan.
“Temuan ini memberi kami panduan untuk merancang perangkat ionik baru yang terinspirasi bioteknologi,” kata profesor kimia di Pusat Nasional Nanosains dan Teknologi China, Yong Yan, dikutip dari Live Science, Senin (11/8/2025).
“Perangkat ini mampu bekerja di dalam cairan, merasakan lingkungannya, dan memproses informasi persis seperti yang dilakukan sistem saraf manusia,” tambahnya.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Spongebob dan Patrick Duduk Berdampingan di Kedalaman Samudra Atlantik
Terobosan pemrosesan data di lingkungan cair
Berbeda dengan sistem pengecapan sebelumnya yang mengandalkan komputer eksternal, inovasi ini menggabungkan kemampuan pengindraan dan pemrosesan informasi langsung di dalam cairan.
Pendekatan berbasis cairan memungkinkan rasa diproses dalam bentuk ionik alaminya, tanpa perlu konversi yang berpotensi mengurangi akurasi.
Kunci keberhasilan terletak pada kanal grafena oksida yang memperlambat laju ion hingga 500 kali lipat, memberi perangkat waktu untuk menyimpan “memori rasa” hingga 140 detik.
Dengan sistem ini, proses pembelajaran berlangsung layaknya otak manusia, semakin sering digunakan, semakin tepat membedakan rasa.
Perangkat ini bahkan mampu mengidentifikasi rasa kompleks dan campurannya, mendekati kemampuan jaringan saraf buatan canggih.
Baca juga: Ilmuwan Prediksi Alam Semesta Akan Kiamat Lebih Cepat dari Perhitungan
Lidah buatan mampu belajar layaknya organ manusia
Teknologi lidah buatan menjadi langkah signifikan menuju komputasi neuromorfik, sistem yang meniru kemampuan otak untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Perangkat ini berpotensi mendeteksi ancaman keamanan pangan sebelum produk keluar dari pabrik, memeriksa kualitas minuman secara real time, hingga mendiagnosis penyakit lewat analisis perubahan kimia dalam air liur.
Di wilayah terpencil, alat ini dapat memantau kualitas air tanpa memerlukan laboratorium besar.
Bahkan, bagi penderita kehilangan indra perasa akibat stroke atau cedera saraf, teknologi ini membuka peluang untuk kembali merasakan sensasi rasa.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Cadangan Air Tawar di Dunia Semakin Sedikit, Kok Bisa?
Meski menjanjikan, tantangan masih membentang.
Ukuran yang belum ringkas, kebutuhan sensitivitas lebih tinggi, dan konsumsi daya yang besar menjadi pekerjaan rumah.
Proses produksi massal dan integrasi ke teknologi sehari-hari pun memerlukan waktu.
Namun, Yong Yan optimistis bahwa dalam satu dekade ke depan, lidah buatan ini akan keluar dari laboratorium dan menjadi perangkat nyata.
Sebuah mesin yang belajar melalui rasa, menggabungkan biologi, kecerdasan buatan, dan kimia, siap merevolusi cara memahami dunia rasa.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Pola Otak Orang Optimis dan Pesimis, Berpengaruh pada Masa Depan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.