Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danau Paling Ekstrem di Dunia, Bisa Mengubah Makhluk Hidup Jadi Batu

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK.com/BILDAGENTUR ZOONAR GMBH
Danau Natron di Tanzania, disebut bisa mengubah makhluk hidup menjadi batu.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Di utara Tanzania, terdapat danau yang memiliki fenomena unik sekaligus ekstrem.

Danau tersebut adalah Danau Natron, yang mampu membuat makhluk hidup yang tercebur ke dalamnya seolah menjadi batu.

Dengan kadar garam dan mineralnya yang tinggi, danau tersebut tidak dapat menjadi tempat tinggal bagi banyak hewan.

Airnya yang panas dan sangat basa dapat membakar kulit hewan yang mencoba menyentuhnya, beberapa bahkan menjadi "batu" atau mumi karena kandungan pada air tersebut. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, kondisi mematikan ini justru membuat bangkai hewan yang mati di sekitar danau dapat terawetkan secara alami, tak mengalami pembusukan.

Baca juga: Air Danau Toba Keruh dan Terlihat Ribuan Ikan Mati, Apa yang Terjadi? Ini Kata BRIN

Kandungan garam dan mineral yang tinggi

Dikutip dari Live Science, Jumat (6/6/2025), Danau Natron yang berada di Tanzania Utara merupakan danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik.

Kandungan airnya memiliki tingkat keasaman sekitar 10,5, dan tingkat kebasaan yang hampir setara dengan amonia, yang membuatnya sangat kaustik atau bersifat korosif.

Garam dan mineral dalam danau tersebut berasal dari area perbukitan di sekitar danau yang terbawa air hujan, lalu mengalir masuk.

Selain itu, zat-zat tersebut juga muncul dari sumber air panas yang muncul di dasar danau.

Baca juga: Misteri Danau Berisi Ratusan Kerangka Manusia di India, dari Mana Asalnya?

Karena Danau Natron tidak bermuara menuju sungai atau laut, kandungan kimianya terus menumpuk dan bertahan dalam kadar tinggi sepanjang tahun.

Dengan komposisi kimia yang sangat keras, danau tersebut tidak dapat dihuni oleh sebagian besar makhluk hidup.

Hewan-hewan yang berada di sana diketahui dapat mati dan terawetkan sebagai mumi yang mengapur.

Selain itu, airnya diketahui dapat membakar kulit dan mata makhluk hidup yang mencoba menyesap atau mencelupkan diri.

Namun, hewan-hewan yang telah beradaptasi dengan kondisi tersebut, termasuk flamingo kecil (Phoeniconaias minor) dan ikan nila, dapat berkembang biak dengan baik di dalam dan di sekitar danau.

Baca juga: Akun Diblokir, Artis TikTok AS Menangis Usai Prank Gelandangan Lompat ke Danau demi Uang

Membuat hewan-hewan menjadi “batu”

Dikutip dari Live Science, Kamis (3/10/2013), endapan natrium karbonat yang ada dalam danau tersebut dulunya digunakan dalam mumifikasi Mesir.

Endapan itu juga lah yang menjadi pengawet alami bagi hewan-hewan malang yang tercebur ke perairan Danau Natron.

Di tahun 2013, fotografer Nick Brandt telah mengabadikan foto-foto danau dan bangkainya yang memilukan dalam sebuah buku berjudul Across the Ravaged Land.

Brandt menemukan sisa-sisa flamingo dan hewan lainnya dengan endapan natrium karbonat berkapur yang membentuk garis luar tubuh mereka dengan jelas. 

Brant mengatakan, saat itu tidak ada yang tahu pasti bagaimana hewan-hewan tersebut mati. Namun, ia mengakui bahwa kandungan air dalam danau tersebut sangat ekstrem sebab dapat memengaruhi kameranya. 

"Air dalam danau tersebut memiliki kandungan garam yang sangat tinggi, begitu tingginya sehingga dapat melunturkan tinta dari kotak film Kodak saya dalam beberapa detik," ujarnya.

Baca juga: Keunikan Danau Berwarna Alakol, Airnya Dipercaya Bisa Sembuhkan Penyakit

Tempat berkembang biak flamingo

Otoritas Pengelolaan Satwa Liar Tanzania menyebut Danau Natron sebagai lokasi berkembang biak terpenting flamingo kecil di dunia.

Sekitar 75 persen populasi spesies ini, 1,5 hingga 2,5 juta ekor di Afrika Timur, menetas di danau tersebut.

Kaki flamingo yang kecil memiliki kulit dan sisik tebal yang melindungi dari air basa, sementara sarang mereka dibangun di pulau-pulau yang muncul saat musim kemarau, aman dari sebagian besar predator.

Menurut Observatorium Bumi NASA, Danau Natron dangkal dengan kedalaman rata-rata 0,5 meter memiliki suhu air yang dapat mencapai 60 derajat di musim terpanas.

Selain itu, luasnya dapat menyusut atau meluas tergantung curah hujan dan aliran sungai. Saat menyusut, mikroorganisme seperti haloarchaea dan cyanobacteria berkembang biak, memberi warna merah pada air.

Pigmen ini pula yang membuat bulu flamingo kecil berwarna merah muda, karena burung tersebut banyak memakan alga biru-hijau.

Baca juga: Misteri Danau Berisi Ratusan Kerangka Manusia di India, dari Mana Asalnya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi