Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Asing Soroti Keracunan MBG di Sragen, Apa Kata Mereka?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Romensy Augustino
Pihak SMP N 4 Sragen saat menerima distribusi makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG), Senin (17/2/2025).
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Sejumlah media asing turut melaporkan peristiwa keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Gemolong, Sragen, Jawa Tengah, pada Kamis lalu (14/8/2025).

Peristiwa ini membuat 365 siswa, guru, karyawan sekolah, serta anggota keluarga yang turut mengonsumsi MBG dari sembilan sekolah dan satu pondok mengalami sakit perut melilit, muntah, dan mual.

Adapun Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyampaikan bahwa penyaluran MBG di sana dihentikan sementara sampai penyebab keracunan diketahui.

Biaya perawatan korban ditanggung dengan BPJS Kesehatan, sementara mereka yang tidak terdaftar akan ditanggung oleh penyedia MBG.

Lantas, apa kata media asing?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jumlah Korban Keracunan MBG di Sragen Jadi 365 Orang, 8 di Antaranya Sempat Rawat Inap


Sorotan media asing terhadap keracunan MBG di Sragen

Berikut adalah sorotan beberapa media asing terhadap peristiwa keracunan MBG di Sragen pada Kamis lalu:

The Guardian: korban bangun tengah malam karena sakit perut

The Guardian menyoroti korban keracunan MBG di Sragen dalam tulisan berjudul "Hundreds Hit with Food Poisoning in Indonesia after Eating Free Meals from President’s Flagship Program", yang terbit pada Jumat (15/8/2025).

Kantor berita yang berpusat di Manchester, Inggris itu menyebutkan bahwa lebih dari 360 orang di Sragen jatuh sakit setelah mengonsumsi makan siang sekolah.

Media tersebut menyinggung, kejadian tersebut merupakan kasus keracunan pangan terbesar yang pernah menimpa program makanan gratis andalan Presiden Prabowo.

Diberitakan, seorang siswa SMP memberikan sampel bahwa ia mengalami sakit perut tajam dan terbangun di malam hari.

Selain itu, anak tersbeut juga dituliskan mengeluh sakit kepala dan diare. Ia pun menyadari keracunan makan siang setelah melihat unggahan media sosial teman yang mengeluhkan hal serupa.

Dituliskan, makan siang yang mungkin terkontaminasi adalah nasi kuning, telur dadar, temoe goreng, mentimun dan selada, irisan apel, dan sekotak susu.

The Guardian juga menyebut, MBG yang bernilai ratusan dollar AS sebagai inti dari kampanye pemilihan Prabowo yang telah menjangkau lebih dari 15 juta penerima dengan total anggaran 171 triliun rupiah.

Baca juga: Soal Kasus Keracunan MBG di Sragen, BGN: Proses Pengiriman dan Penyimpanan Harus Dipangkas

BBC: bukan keracunan makanan yang pertama kali terjadi

Sementara itu, media yang juga berkantor pusat di London, Inggris ini menyoroti keracunan MBG dalam tulisan berjudul "More than 300 Ill in Indonesia after Eating Free School Lunches" yang diterbitkan pada Jumat (15/8/2025).

Diberitakan, keracunan  MBG di Sragen membuat program tersebut sementara dihentikan untuk mengetahui adanya kontaminasi.

BBC juga mengutip, Bupati Sragen SIgit Pamungkas yang mengatakan bahwa peristiwa tersebut tidak hanya terjadi di wilayahnya dan pemerintah akan menanggung semua biaya medis dari korban.

Mereka menyinggung, program MBG telah menelan anggaran sekitar 28 miliar dollar AS (sekitar RP 339 triliun) untuk memenuhi janji kampanye Presiden.

Dituliskan, program ini telah terganggu dengan serangkaian kejadian keracunan makanan dan dikritik atas dana besar yang menekan keuangan pemerintah.

Hal tersebut mengakibatkan beberapa kementerian mengalami pemotongan anggaran dan terpaksa berhemat dengan membatasi penggunaan AC, lift, bahkan printer, tulis BBC.

Media tersebut juga menyoroti demo ribuan orang dengan membawa poster bertuliskan, "anak-anak makan gratis, orang tua diberhentikan".

Tulisan ditutup dengan tanggapan Prabowo yang mengungkapkan bahwa program tersebut akan membawa Indonesia bebas dai kemiskinan, kelaparan, dan penderitaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: BBC, The Guardian
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi