Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga AS Dikejutkan dengan "Kelinci Zombie" yang Punya Tanduk Hitam dan Tentakel

Baca di App
Lihat Foto
tangkapan layar (AP News)
Foto Agustus 2025 yang disediakan oleh University of Kansas Biodiversity Institute ini menunjukkan spesimen kelinci yang terinfeksi virus papiloma Shope di University of Kansas Biodiversity Institute.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Penampakan sekelompok kelinci dengan tonjolan menyerupai tanduk di Fort Collins, Colorado, Amerika Serikat sempat membuat heboh warga.

Selain tonjolan mirip tanduk di kepala, kelinci tersebut juga memiliki tonjolan hitam mirip tantakel di mulut sehingga memunculkan beragam julukan aneh.

Mereka di antaranya menyebut kelinci itu sebagai “kelinci Frankenstein”, “kelinci iblis”, hingga “kelinci zombi”.

Meski kelinci terlihat menyeramkan, para ahli menegaskan bahwa hewan berbulu ini tidak berbahaya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Viral, Video Kelinci Memakan Anaknya Usai Melahirkan, Ini Kata Ahli

Sebagaimana diberitakan AP News, Sabtu (16/8/2025), fenomena tersebut disebabkan oleh infeksi virus papiloma Shope, virus yang relatif umum dan pertama kali ditemukan hampir satu abad lalu.

Kara Van Hoose, juru bicara Colorado Parks and Wildlife, menjelaskan penampakan kelinci terinfeksi sebenarnya bukan hal langka, terutama di musim panas ketika kutu dan caplak, pembawa virus ini lebih aktif.

“Virus ini hanya menular antar-kelinci, tidak berisiko menyebar ke manusia maupun hewan peliharaan,” ujarnya.

Baca juga: Isu Indonesia Jadi Kelinci Percobaan Vaksin TBC Bill Gates, Ini Kata Pakar UGM

Antara mitologi dan ilmu pengetahuan

Fenomena "kelinci zombie" dengan tonjolan mirip tanduk memang terbilang bukan hal baru. Sejak lama, kasus ini diyakini melatarbelakangi mitos jackalope di Amerika Utara.

Mitos jackpole yaitu kisah tentang kelinci bertanduk yang melegenda selama berabad-abad.

Dari sisi ilmiah, virus ini juga berperan penting dalam penelitian medis.

Infeksi pada kelinci membantu membuka pemahaman mengenai kaitan antara virus dan kanker, serupa dengan human papillomavirus (HPV) yang kemudian diketahui sebagai penyebab kanker serviks pada manusia.

Baca juga: Menkes Pastikan Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates Aman, Bukan Jadi Kelinci Percobaan

Virus papiloma Shope sendiri pertama kali diteliti oleh Dr. Richard E. Shope, profesor dari Universitas Rockefeller pada 1930-an.

Ia menemukan bahwa virus ini memicu pertumbuhan mirip kutil yang bisa menonjol seperti tanduk di wajah kelinci.

Van Hoose menambahkan, tonjolan hanya akan membahayakan bila tumbuh di area vital seperti mata atau mulut karena mengganggu kelinci saat makan.

“Dalam banyak kasus, sistem kekebalan kelinci mampu melawannya hingga pertumbuhan itu menghilang dengan sendirinya,” jelasnya.

Baca juga: Mesin Pesawat United Airlines Terbakar di Udara Usai Tabrak Kelinci Saat Lepas Landas

Penularan musiman lewat gigitan serangga

Dilansir dari Time Magazine, Kamis (14/8/2025), virus papiloma Shope yang membuat kelinci di Colorado tampak seolah memiliki “tanduk” dan disebut seperti "kelinci zombie" ternyata menyebar lewat gigitan kutu, pinjal, dan nyamuk.

Setelah terinfeksi, hewan ini bisa menularkannya secara langsung ke kelinci lain.

Menurut Kara Van Hoose, penyebaran virus tersebut bersifat musiman dan biasanya meningkat pada musim panas ketika serangga penggigit berada dalam puncak aktivitasnya.

“Kami melihat kasus ini setiap tahun,” jelas Kara Van Hoose.

Ia menambahkan, faktor cuaca yang lebih hangat dan musim nyamuk yang cukup buruk, seperti yang terjadi tahun ini di Colorado, berperan besar dalam memperbanyak kasus papilomavirus di kalangan kelinci liar.

Infeksi virus ini menimbulkan gejala yang cukup mencolok.

Baca juga: Terlibat Kecelakaan dengan Bus di Sleman, Bolehkah Kereta Kelinci Beroperasi di Jalan Raya?

Lesi hitam menyerupai kutil biasanya muncul di sekitar leher dan bahu kelinci liar, sementara pada kelinci peliharaan bisa terlihat di area telinga serta kelopak mata.

Dalam beberapa kasus, virus juga berkembang menjadi tumor yang muncul di kaki, terutama di bagian belakang.

A. Alonso Aguirre, dekan Warner College of Natural Resources di Colorado State University sekaligus pakar penyakit satwa liar, menyebut tumor tersebut berbentuk keras, berwarna putih, dan cenderung lembap di permukaannya.

“Tumor bisa bertahan hingga 150 hari sebelum akhirnya menghilang, dan kondisi ini jelas sangat menyakitkan bagi kelinci,” ungkapnya.

Baca juga: Beredar Video Kelinci dan Kucing Kawin, Bisakah Hewan Beda Spesies Kawin?

Peluang kelinci untuk pulih

Meski penampilannya bisa mengejutkan, infeksi papiloma pada kelinci ekor kapas sering kali tidak berbahaya.

Banyak dari hewan ini mampu melawan virus dengan sistem kekebalan tubuhnya sendiri.

Penelitian menunjukkan sekitar 35 persen kelinci yang terinfeksi akan pulih dalam waktu enam bulan tanpa intervensi medis.

“Kelinci biasanya tidak diobati. Lagipula, menangkap kelinci liar bukan hal mudah mereka sangat cepat,” ujar Van Hoose.

Namun, ia menekankan bahwa ada kasus di mana pertumbuhan menyerupai tanduk itu tumbuh di sekitar mata atau mulut, sehingga mengganggu kemampuan makan, minum, bahkan melihat.

Baca juga: Kelinci Air

Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan kelaparan dan berujung kematian. Lebih serius lagi, virus dalam beberapa kasus dapat berkembang menjadi kanker sel skuamosa yang menyebar ke organ lain.

Perbedaan dampak virus juga terlihat pada jenis kelinci yang terinfeksi. Kelinci liar biasanya hanya menunjukkan kutil sebagai gejala, sementara kelinci domestik menghadapi risiko lebih berat.

Menurut Thomas M. Donnelly, seorang dokter hewan spesialis kedokteran laboratorium yang meneliti penyakit ini, mayoritas kelinci peliharaan yang terjangkit justru berkembang menjadi karsinoma epidermoid invasif, yakni kanker yang berasal dari sel skuamosa.

“Dalam banyak kasus, kondisi ini berakhir fatal,” jelasnya.

Baca juga: Hal-hal yang Perlu Diketahui tentang Tahun Kelinci Air: Perlambangan hingga Keberuntungan

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi