KOMPAS.com- Susu kental manis kerap dianggap sebagai minuman bernutrisi untuk menunjang tumbuh kembang anak karena rasanya manis dan mudah ditemukan di pasaran.
Harganya yang relatif terjangkau membuat produk ini diminati banyak kalangan, terutama sebagai pelengkap minuman atau makanan anak di rumah.
Namun, muncul kekhawatiran dari sebagian orangtua mengenai keamanan konsumsi susu kental manis untuk anak, terutama jika dijadikan asupan harian.
Pertanyaannya, bolehkah anak mengonsumsi susu kental manis sebagai asupan harian?
Baca juga: Barista Bagi Rahasia Bikin Es Kopi Susu di Rumah ala Kafe, Bagaimana Caranya?
Apa itu susu kental manis?
Koordinator Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Eka Rosmalasari mengatakan, susu kental manis sebenarnya produk susu yang memiliki karakteristik kadar lemak tidak kurang dari 8 persen dan kadar protein tidak kurang dari 6,5 persen.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2019 tentang Kategori Pangan dan Codex Standard for Sweetened Condensed Milk.
“Sekalipun termasuk sebagai produk susu, SKM tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi,” ujar Eka dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (18/8/2025).
“SKM juga tidak untuk menggantikan air susu ibu dan tidak cocok untuk dikonsumsi oleh bayi sampai usia 12 bulan,” tambahnya.
Baca juga: Minum Susu Setiap Hari, Benarkah Kunci Anak Tumbuh Tinggi? Ini Kata Dokter…
Bolehkan anak minum susu kental manis?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Kompas.com mewawancarai ahli gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dr. Toto Sudargo, SKM, M.Kes., dan dokter spesialis anak Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dr. Aisya Fikritama, Sp.A.
Saat dihubungi secara terpisah, keduanya sepakat tidak merekomendasikan pemberian susu kental manis untuk tumbuh kembang anak.
Toto mengatakan, susu kental manis sebaiknya tidak dikonsumsi oleh anak di bawah usia lima tahun (balita).
Baca juga: BPOM Cabut Izin Edar 3 Susu yang Diklaim sebagai ASI Booster
Jika orangtua ingin memenuhi asupan gizi bagi si buah hati, mereka bisa memberikan susu formula asalkan anak sudah berusia di atas enam bulan.
“Silakan tapi yang mampu, tapi tidak menjadi kewajiban minum susu,” kata Toto kepada Kompas.com, Selasa (19/8/2025).
“Jadi andaikata balita tidak boleh mengonsumsi susu kental manis, saya sangat setuju,” tambahnya.
Toto menjelaskan, susu kental manis tidak direkomendasikan bagi balita karena ada upaya untuk mengawetkan produk ini dengan menambahkan gula.
Sementara itu, susu bubuk atau susu formula baik dikonsumsi oleh balita karena tidak mengandung tambahan gula.
Baca juga: Ramai soal Menu Makan Bergizi Gratis Tanpa Susu, Bagaimana Pendapat Ahli Gizi?
“Enam bulan full ASI setelah itu diteruskan sampai dua tahun. Tapi ,ada pendamping ASI bentuknya makanan bisa susu dan sebagainya,” jelas Toto.
“Susu bubuk tidak wajib diberikan tapi makanan pendamping yang diberikan,” sambungnya.
Ia menjelaskan, susu untuk anak yang beredar di pasaran saat ini sebagian besar berasal dari Selandia Baru dan negara-negara Eropa.
Selandia Baru menjadi pemasok utama susu karena produknya dianggap lebih baik, sebab sapi di sana mengonsumsi rumput segar sebagai pakan utama.
Adapun susu dari Eropa umumnya berasal dari sapi yang diberi pakan berupa konsentrat.
“Jadi, (konsentrat) dibentuk dalam bentuk briket kecil-kecil karen lahannya memang enggak ada sehingga makanan menjadi konsentrat rumput dikeringkan,” terang Toto.
Toto menambahkan, susu bisa dikonsumsi oleh orang sehat di atas usia sepuluh tahun.
Namun, konsumsi susu sebaiknya tidak ekstrem dan hanya sebagai tambahan, seperti bahan membuat kue serta tidak harus susu kental manis.
Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Larangan Iklan dan Promosi Susu Formula untuk Bayi
Sementara itu, Aisya menegaskan bahwa susu kental manis tidak bisa disamakan dengan susu pertumbuhan atau susu formula bayi.
Dampak jangka pendek mengonsumsi susu kental manis bagi anak adalah si buah hati merasa kenyang, tapi kekurangan protein dan zat gizi penting.
“Konsumsi gula tinggi berhubungan dengan karies gigi pada anak. Anak jadi sulit menerima makanan bergizi lain, karena terbiasa rasa manis,” jelas Aisya kepada Kompas.com, Senin (18/8/2025).
Susu kental manis juga bisa mendatangkan efek jangka panjang berupa diabetes dan obesitas.
Hal tersebut dapat terjadi karena mengonsumsi gula secara berlebihan sejak kecil dapat meningkatkan risiko obesitas, resistensi insulin, dan diabetes tipe 2 ketika usia remaja atau dewasa.
Baca juga: Makanan Alternatif Pengganti Daging dan Susu bagi Vegan
Dampak lainnya adalah penyakit metabolik karena asupan gula yang tinggi dikaitkan dengan hipertensi, fatty liver, dan penyakit jantung di masa depan.
Aisya juga menyoroti pengaruh susu kental manis bagi tumbuh kembang anak yang dapat menyebabkan stunting dan anemia defisiensi besi karena produk ini “miskin” zat besi.
“IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menegaskan bahwa SKM tidak cocok sebagai sumber nutrisi anak karena kandungan gizinya tidak memadai,” jelas Aisya.
“Anak bisa tampak gemuk (karena gula atau lemak), tapi sebenarnya mengalami malnutrisi tersembunyi (hidden hunger),” tambahnya.
Baca juga: Susu Murni Lebih Baik Diminum Langsung atau Direbus Dulu?
Kesimpulan
Aisya mengatakan, susu kental manis merupakan produk gula sehingga tidak bisa dikatakan sebagai susu untuk anak.
Dampak jangka pendek mengonsumsi susu kentakl manis bagi anak hanya memberi kalori kosong, risiko diare, dan gigi berlubang.
Sementara itu, dampak jangka panjang adalah obesitas, diabetes, penyakit metabolik, dan gangguan tumbuh kembang, termasuk kecerdasan.
Baca juga: Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.