Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Kasus Amoeba Pemakan Otak di Sejumlah Negara, Apa yang Dialami Pengidap Sebelum Tewas?

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Meningoensefalitis amoeba disebabkan oleh Naegleria fowleri, yang dikenal sebagai amuba pemakan otak
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Kasus infeksi mematikan akibat amoeba pemakan otak kembali mencuri perhatian dunia.

Seorang bocah perempuan berusia 9 tahun dari Thamarassery, Kozhikode, Kerala, India, meninggal dunia akibat meningoensefalitis amoeba primer (PAM).

Itu adalah penyakit langka yang disebabkan oleh Naegleria fowleri, organisme mikroskopis yang populer disebut “amoeba pemakan otak”.

Baca juga: Afnan Jasim, Remaja yang Selamat dari Amoeba Pemakan Otak Mematikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban sempat dirawat sejak 13 Agustus 2025 karena demam, namun kondisinya cepat memburuk hingga meninggal di Kozhikode Government Medical College.

Hasil tes laboratorium mengonfirmasi infeksi tersebut, yang juga menjangkiti dua pasien lain di distrik yang sama, termasuk seorang bayi berusia 3 bulan yang masih berjuang melawan penyakit serupa.

“Belum diketahui bagaimana bayi itu bisa terpapar amoeba langka ini,” ujar seorang pejabat kesehatan setempat. Saat ini, tim medis tengah menelusuri kemungkinan penularan melalui air atau tanah yang tercemar.

Lonjakan kasus dan ancaman global

Kasus amoeba pemakan otak pertama kali tercatat di India pada 1971, dan sempat jarang muncul hingga beberapa tahun lalu.

Namun, sejak 2023, jumlah kasus melonjak signifikan dengan 36 infeksi dan sembilan kematian, jauh lebih tinggi dibanding hanya delapan kasus sepanjang 2016–2022.

Hampir semua kasus di India berujung fatal, kecuali satu remaja berusia 14 tahun dari Kozhikode yang berhasil selamat pada Juli 2024 dan "bergabung" dengan segelintir penyintas di seluruh dunia.

Baca juga: Bocah 10 Tahun di Kolombia Tewas Usai Terinfeksi Amoeba Pemakan Otak di Kolam Renang

Para ahli menduga lonjakan kasus terkait perubahan iklim, polusi, serta meningkatnya pengawasan medis terhadap sindrom ensefalitis akut.

Pemerintah Kerala kini memberlakukan protokol khusus untuk mempercepat deteksi dan penanganan pasien.

Meski begitu, dokter menekankan bahwa langkah pencegahan tetap paling efektif, mulai dari menghindari berenang di air tawar hangat yang tergenang, hingga menggunakan air bersih yang sudah disaring atau steril untuk irigasi hidung.

Tingkat kematian capai 97 persen

Naegleria fowleri, dijuluki “amoeba pemakan otak”, hidup bebas di air tawar hangat maupun tanah.

Mikroorganisme ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui hidung sebelum menyerang otak. Infeksi PAM berkembang sangat cepat, dimulai dari demam lalu berlanjut kejang hingga kematian.

Tingkat kematiannya mencapai 97 persen secara global, dengan hanya sedikit pasien yang pernah selamat.

Di Kerala, otoritas kini menguji sejumlah sumber air untuk menelusuri penyebab penularan, seraya menyiapkan langkah cepat melalui protokol medis darurat.

Kasus serupa di Amerika Serikat

Ancaman amoeba ini bukan hanya pernah terjadi di India. Pada 2024, seorang wanita berusia 71 tahun di Texas, Amerika Serikat, meninggal dunia setelah terinfeksi Naegleria fowleri melalui alat cuci hidung.

Baca juga: Warga AS Tewas Terinfeksi Amoeba Pemakan Otak akibat Cuci Hidung Pakai Air Keran

Korban diketahui menggunakan air dari sistem air Recreational Vehicle (RV) yang tidak steril.

Gejala awal muncul empat hari setelah penggunaan, berupa demam, sakit kepala, hingga perubahan kondisi mental. Kondisinya memburuk meski sudah dirawat, bahkan disertai kejang, dan delapan hari kemudian ia meninggal dunia.

CDC menegaskan infeksi hanya terjadi jika air yang terkontaminasi masuk melalui hidung, bukan melalui mulut.

Karena itu, irigasi hidung disarankan menggunakan air suling atau steril. Air keran hanya boleh dipakai jika sudah direbus minimal satu menit, sementara air hasil filter tetap dianggap tidak cukup aman.

Mengenal Naegleria fowleri

Naegleria fowleri adalah organisme bersel tunggal pemakan bakteri yang hidup di lingkungan air tawar hangat seperti danau, sungai, dan sumber air panas. Amoeba ini juga bisa ditemukan di kolam renang yang tidak terawat atau kurang klorin.

Jika masuk ke tubuh manusia lewat hidung, amoeba bisa menyerang otak dan menyebabkan infeksi fatal.

Gejalanya biasanya muncul 1–9 hari setelah terpapar, mulai dari sakit kepala parah, demam, mual, muntah, hingga leher kaku, halusinasi, dan koma. Mayoritas pasien meninggal dalam waktu 18 hari sejak gejala pertama.

CDC mencatat, sejak 1962 hingga 2023, ada 164 kasus infeksi Naegleria fowleri di AS, namun hanya empat orang yang selamat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: CDC, Express
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi