KOMPAS.com - Pesawat Adam Air mengalami insiden pada Sabtu (11/2/2006) silam saat melakukan penerbangan menuju wilayah Indonesia timur.
Pesawat jenis Boeing 737-300 itu justru mendarat di Bandara Tambolaka, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur padahal seharusnya tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Meski begitu, pesawat berhasil menyentuh landasan dengan selamat, kendati area pacu Bandara Tambolaka sebenarnya tidak dirancang menangani pendaratan pesawat berbadan lebar seperti Boeing.
Baca juga: Kisah Sriwijaya Air Salah Mendarat di Pangkalan TNI AU Tahun 2012, Pilot Tidak Mengenal Wilayah
Cerita Adam Air salah mendarat
Insiden salah mendarat yang dialami Adam Air terjadi pada Sabtu (11/2/2006) sekitar pukul 09.45 Wita.
Kapten Trinusiogo, yang saat itu bertugas sebagai pilot, mengisahkan detik-detik ketika pesawatnya mendarat di Bandara Tambolaka.
Dilansir dari Antara, Senin (13/2/2006), pesawat mulanya landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta menuju Bandara Sultan Hasanuddin pukul 06.20 WIB.
Setelah 20 menit terbang, pesawat kehilangan orientasi atau terbang tanpa arah karena diduga sistem navigasi pesawat bermasalah
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 182 Jemaah Haji Indonesia Meninggal Usai Pesawat Jatuh di Sri Lanka
Melihat daratan Pulau Sumba dari kokpit, Trinusiogo akhirnya memutuskan melakukan pendaratan darurat di bandara terdekat.
“Saya terpaksa memilih melakukan pendaratan darurat di bandara itu karena tidak bisa lagi membaca sistem navigasi,” ujar Trinusiogo dikutip dari Antara, Sabtu (11/2/2006).
Pesawat baru bisa melakukan pendaratan darurat di Bandara Tambolaka sekitar pukul 10.45 Wita.
Simon M Uly yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan NTT mengatakan, pendaratan Adam Air di Bandara Tambolaka baru bisa dipantau oleh navigasi Bandara El Tari, Kupang sekitar pukul 11.45 Wita.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Sukhoi Superjet 100 Tabrak Gunung Salak, Tak Ada yang Selamat
Pengakuan penumpang Adam Air usai pesawat salah mendarat
Berdasarkan laporan Harian Kompas, Sabtu (11/2/2006), Adam Air salah mendarat di Bandara Tambolaka setelah sistem navigasi dan komunikasi rusak total selama tiga jam.
Padahal, pesawat tersebut mengangkut 145 penumpang yang terdiri dari dua anak, tujuh bayi, dan 136 orang dewasa.
Pesawat juga membawa pilot, kopilot, mekanik, dan empat awak kabin.
Mahdia Sari, salah satu penumpang Adam Air yang mendarat di Bandara Tambolaka, mengisahkan pengalamannya saat tiba di tempat yang ia tidak ketahui.
Menurut Mahdia, peristiwa tersebut merupakan mujizat karena pesawat sempat berputar-putar di langit.
Pesawat juga sempat mendekati laut seolah-olah akan mendarat, namun kembali naik.
Mahdia juga sempat mendengar informasi dari pramugari bahwa pesawat akan mendarat darurat di sebuah bandara kecil di Pulau Sulawesi.
“Tapi, ternyata (mendarat) di Sumba,” kata Mahdia.
Berdasarkan catatan Harian Kompas, Bandara Tambolaka yang menjadi lokasi pendaratan Adam Air sebenarnya dikonstruksikan untuk pesawat Fokker jenis F-28.
Landasan pacu bandara tersebut bahkan belum pernah digunakan sebagai lokasi uji coba pendaratan Boeing 737.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Lion Air JT 904 Jatuh di Laut Bali karena Pilot Berhalusinasi
Pilot tidak sadar alat navigasi pesawat rusak
Setelah insiden salah mendarat, semua penumpang dan kru Adam Air kemudian diterbangkan ke Makassar, Sulawesi Selatan pada Sabtu (11/2/2006) petang.
Mereka diberangkatkan menggunakan pesawat Trigana ATR-42 yang dikirim oleh PT TransNusa Air Kupang selaku operator dan Boeing 737-200 milik Adam Air dari Jakarta via Denpasar.
Sementara itu, pesawat yang mengalami kerusakan baru diterbangkan ke Makassar pada Minggu (12/2/2006) pagi setelah menjalani perbaikan di Bandara Tambolaka.
Berdasarkan hasil investigasi awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pesawat salah mendarat di Sumba karena pilot tidak sadar alat navigasi mengalami kerusakan.
Hal tersebut membuat pesawat terbang melenceng dari jalur karena penunjuk arah di kokpit tetap mengarah ke Makassar.
Baca juga: Pesawat Akrobatik Jatuh di Spanyol Usai Lakukan Manuver, Pilot dan Penumpang Hilang
Namun, masalah Adam Air tidak berhenti sampai di sini. Kementerian Perhubungan kemudian menyatakan pihak maskapai melakukan pendaratan serius.
Sebabnya, Adam Air menerbangkan pesawat yang mengalami kerusakan ke Bandara Sultan Hasanuddin setelah diperbaiki oleh sejumlah teknisi dari Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Dilansir dari Antara, Senin (13/2/2006), pesawat tersebut terbang ke Makassar dengan diawaki oleh pilot Kapten Ade Salmiar yang juga Direktur Operasi Adam Air.
Hal tersebut sebenarnya tidak sepatutnya dilakukan oleh Adam Air karena pesawat yang baru mengalami insiden serius harus diteliti dan dikaji ulang oleh pejabat berwenang sebelum diterbangkan kembali.
Proses penelitian dan pengkajian seharusnya dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara (DSKU).
Baca juga: Tiga Korban 9/11 Teridentifikasi Setelah 24 Tahun, Salah Satunya Penumpang Pesawat
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.