Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ruang Solidaritas Joli Jolan, Ajarkan Pola Pikir "Secukupnya", Ajak Perpanjang Usia Barang

Baca di App
Lihat Foto
dokumentasi pribadi
Program adopsi buku komunitas Joli Jolan
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Berawal dari keinginan mengedukasi masyarakat melawan konsumerisme, Ruang Solidaritas Joli Jolan menggelar agenda literasi bertajuk "Adopsi Buku" dalam memeriahkan Gembira Fest 2025, pada Sabtu (16/8/2025).

Joli Jolan merupakan komunitas berbagi barang layak pakai yang memiliki slogan "Ambil sesuai kebutuhanmu, berikan sesuai kemampuanmu".

Komunitas ini terinspirasi dari gerakan memperpanjang umur barang di Yunani bernama Skoros.

Joli Jolan juga menyediakan sistem barter sebagai metode pembayaran buku.

"Buku di sini kita sediakan gratis, bisa juga berdonasi, atau menukar dengan buku yang sudah selesai dibaca," ujar Co-Founder Joli Jolan, Chrisna Chanis Cara kepada Kompas.com, Sabtu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chrisna mengatakan, buku-buku yang bisa diadopsi berasal dari donasi warga.

Baca juga: Komunitas Petani Muda Jogja, Memantik Minat Bertani Anak Muda lewat Edukasi dan Rekreasi


Menjaga keberlanjutan komunitas

Menurutnya, Joli Jolan memiliki agenda adopsi barang setiap Sabtu mulai pukul 10.00 sampai 13.00 WIB.

Agenda mingguan ini berada di Jalan Siwalan No 1, Kerten, Surakarta, dengan empat drop box barang donasi yang tersebar di empat tempat.

Karena bersistem "bantu warga untuk warga", komunitas yang telah berdiri sejak Desember 2019 ini pada awalnya menggratiskan segala jenis donasi dari masyarakat.

Namun, seiring mempertimbangkan keberlanjutan komunitas, Chrisna mengatakan, komunitas perlu sumber dana untuk menunjang agenda-agenda mereka ke depan.

"Kalau ingin sustain kan kita paling enggak punya uang ya, meskipun itu enggak banyak, untuk kegiatan seperti ini juga diperlukan modal ya. Akhirnya cara mudahnya kita awalnya bikin donasi dengan umplung," papar Chrisna.

Baca juga: Yayasan Bintang Kidul, Menyulut Asa Anak-anak Kurang Mampu, Meraih Harapan hingga ke Eropa

Selain membuka sistem donasi, mereka juga memiliki toko Joli Jolan untuk mendukung ruang solidaritas.

Salah satu produk yang ditawarakan adalah tas upcycle yang berasal dari celana jeans donasi yang diberi logo Joli Jolan.

Toko tersebut juga menjual kaos, pouch, dan alas duduk bikinan sendiri.

"Itu juga sumber pemasukan, sama misal ada donasi yang benar-benar bagus, misal sepatu Nike yang benar-benar bagus, kita jual dengan harga jauh lebih murah dari harga pasar," jelas dia.

"Misal, Nike di luar bisa Rp 500.000, di sini kita jual Rp 50 ribu. Jadi kita jualan tapi enggak benar-benar murni bisnis, hanya untuk menghidupi gerakan ini supaya sustain dan orang-orang itu tetap bisa menjangkau  barang dengan harga murah," sambung dia.

Baca juga: Yayasan Kali Ilmu, Taman Baca Rumahan yang Mengalirkan Ilmu ke Ratusan Anak Jepara

Kesulitan menyalurkan buku sekolah dan kuliah

Lebih lanjut, Chrisna menjelaskan, Joli Jolan kini bisa mendapat barang donasi mencapai satu sampai dua ton per bulannya.

Karena itu, sekarang mereka bekerja sama dengan warga atau kegiatan lain yang membutuhkan.

Joli Jolan menerima pakaian, makanan, buku, hingga perkakas rumah tangga yang masih layak pakai.

Dia mengaku, tantangan terbesar adalah mengelola donasi buku pelajaran dan kuliah.

"Kita masih belum punya link antara buku kuliah dengan orang yang membutuhkan tadi. Misal kita punya link sama universitas atau mahasiswa, bisa jadi solusi. Tapi kita belum bisa sejauh itu," kata Chrisna.

Baca juga: Pustaka Merdesa Yogyakarta, Ajak Masyarakat Pintar dengan Buku dan Peduli pada Bumi

Menurutnya, warga yang datang umumnya masyarakat senior dewasa dengan barang yang diambil rata-rata adalah pakaian.

Sementara, buku yang paling banyak dicari dan semakin menipis di Joli Jolan adalah buku anak.

Baru-baru ini, Chrisna mengaku ada 10 kelompok KKN yang meminta buku anak untuk membuat Pojok Baca.

Dalam kegiatan rutin setiap Sabtu, Joli Jolan memberikan maksimal 3 barang bervariasi untuk diambil warga.

"Kalau orang biasanya kalau bisa dapat 3 ambil 3 atau minta lebih, cuma ada pengunjung itu yang menengah ke bawah, tukang becak dan lainnya, mereka malah menolak ambil maksimal dan bilang cuma butuh 1, misal celana panjang kain," terang Chrisna.

Dia mengaku, mengedukasi pola pikir secukupnya dan mengambil sesuai kebutuhan inilah yang menjadi misi besar Joli Jolan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi