KOMPAS.com - CEO OpenAI, Sam Altman mengatakan, anak-anaknya ketika dewasa kelak tidak akan dapat lebih cerdas dari teknologi kecerdasan buatan (AI).
Dikutip dari Times of India, Kamis (19/6/2025), hal itu disampaikannya ketika tampil di podcast “re-thinking” bersama Adam Grant.
“Anak-anak saya tidak akan pernah lebih pintar dari AI. Mereka akan tumbuh jauh lebih cakap daripada kita dan mampu melakukan hal-hal yang tak terbayangkan,” ujar Altman.
Sebelumnya, Altman telah mengumumkan kelahiran putra pertamanya pada bulan Februari 2025. Ia mengatakan bahwa AI akan berdampak positif bagi anaknya kelak.
Ia meyakini, anak-anaknya akan tumbuh lebih cakap berkat bantuan AI, meskipun tidak lebih cerdas.
Altman menekankan fokusnya pada apa yang akan ditawarkan oleh AI pada generasi mendatang, alih-alih mengenai peran atau pekerjaan yang mungkin digantikannya.
Baca juga: Jadi Korban Pemerasan Menggunakan Foto Editan AI, Apa yang Harus Dilakukan?
AI dapat menimbulkan masalah di masa depan
Dalam podcast tersebut, Altman menyebut seiring perkembangan teknologi, AI akan menciptakan tantangan bagi masyarakat dan sistem sosial di masa depan, seperti ketergantungan.
Namun, ia meyakini potensi manfaatnya jauh banyak dibanding kerugiannya.
“Sekali lagi, saya menduga ini tidak akan baik-baik saja. Akan ada masalah," ujarnya.
"Orang-orang akan mengembangkan hubungan yang agak bermasalah, atau mungkin sangat parasosial, dan masyarakat harus menemukan batasan baru. Tapi sisi baiknya tentu akan luar biasa,” sambungnya.
Baca juga: 10 Negara dengan Talenta AI Tertinggi di Dunia, Singapura Nomor 2
Altman juga membagikan ceritanya mengenai belajar parenting untuk anaknya. Menurutnya, ChatGPT telah menjadi bagian penting dari pengasuhannya.
Selama minggu-minggu awal kelahiran putranya, ia terus meminta panduan pengasuhan dasar untuk sang anak melalui ChatGPT.
“Jelas, orang-orang sudah lama bisa merawat bayi tanpa ChatGPT. Saya tidak tahu bagaimana orang bisa melakukan itu,” ungkapnya.
Namun, Altman mengakui bahwa ChatGPT terkadang “berhalusinasi”. Chabot AI tersebut dapat memberikan informasi palsu saat banyak pengguna masih menaruh kepercayaan dengan chatbot tersebut.
“Orang-orang sangat percaya pada ChatGPT. Namun, karena ia bisa berhalusinasi, seharusnya teknologi itulah yang tidak terlalu anda percaya,” ungkap Altman.
Baca juga: Kurir di India Manfaatkan AI untuk Layani Pelanggan Berbahasa Inggris
Kolaborasi AI dengan manusia
Altman menegaskan, kecerdasan buatan (AI) akan membawa perubahan besar dalam perekonomian dan dunia kerja. Namun, peran manusia tetaplah penting, hanya saja dalam bentuk yang berbeda.
Menurutnya, nilai manusia ke depan tidak lagi sekadar diukur dari kecerdasan intelektual, melainkan dari keterampilan lain yang lebih relevan.
"Mencari tahu pertanyaan apa yang harus diajukan akan lebih penting daripada mencari tahu jawabannya," jelasnya.
Altman juga menggambarkan perkembangan AI seperti permainan catur.
Pada awalnya manusia lebih unggul, namun lama-kelamaan mesin berhasil melampaui kemampuan manusia.
Baca juga: Mark Zuckerberg Buru Pakar AI Terbaik, Gaji Miliaran Disiapkan
Meski begitu, hasil terbaik bukan datang dari persaingan, melainkan dari kolaborasi antara manusia dan AI, karena kombinasi keduanya bisa menghasilkan capaian yang lebih besar dibanding AI yang bekerja sendirian.
Pandangan ini sejalan dengan langkah OpenAI yang terus mengembangkan kemampuan AI otonom.
Salah satunya lewat peluncuran fitur “Tasks”, yang memungkinkan ChatGPT mengatur pengingat hingga merangkum berita.
Dalam waktu dekat, perusahaan juga berencana memperkenalkan agen baru bernama “Operator”, yang dirancang untuk membantu tugas lebih kompleks, seperti menulis kode dan memesan perjalanan.
"Semua ini baru permulaan. Saya kira kita masih akan menemukan banyak model baru lagi,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.