Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegangan China dan Filipina di Laut China Selatan Makin Panas, Apa Risikonya?

Baca di App
Lihat Foto
PENJAGA PANTAI FILIPINA via AFP
Tangkapan layar dari video yang memperlihatkan kapal penjaga pantai atau Coast Guard China hancur setelah bertabrakan dengan kapal perang Angkatan Laut China, ketika mengejar kapal Filipina di perairan Beting Scarborough, wilayah yang diperebutkan kedua negara di Laut China Selatan, Senin (11/8/2025).
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Ketegangan antara Filipina dan China di Laut China Selatan kembali meningkat setelah insiden terbaru di Second Thomas Shoal (Ayungin Shoal). 

Manila mengecam pengerahan besar-besaran armada China, sementara Beijing menuduh Filipina melakukan provokasi yang dipentaskan. 

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang melibatkan sekutu Barat.

Perselisihan kedua negara terjadi di sekitar BRP Sierra Madre, kapal perang Filipina yang sengaja dikandaskan sejak 1999 sebagai pos militer di Ayungin Shoal. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Bayang-bayang Konflik di Laut China Selatan dan Urgensi Penguatan Diplomasi Regional

Ketegangan terbaru muncul bersamaan dengan latihan militer gabungan Filipina–Australia yang semakin menegaskan tarikan geopolitik kawasan.

Dengan meningkatnya insiden tabrakan kapal dan tuduhan saling provokasi, Laut China Selatan kembali dipandang sebagai titik rawan konflik yang dapat meluas ke tingkat regional.

Lantas, bagaimana perkembangan konflik Filipina dan China? Apa risiko yang akan terjadi?

Mengapa Filipina kecam pengerahan armada China?

Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro mengecam langkah Beijing terkait situasi di Laut China Selatan.

"Tindakan China dan klaim teritorialnya yang kabur di perairan yang disengketakan bukan hanya menjadi perhatian, tetapi juga kecaman karena ini adalah pelanggaran serius hukum internasional. Kita perlu menghadapi ini," kata Teodoro dikutip dari AP, Jumat (23/8/2025).

Dukungan kepada Filipina pun datang dari Menteri Pertahanan Australia Richard Marles. 

"Kami bekerja sangat erat dengan Filipina dalam menegakkan tatanan berbasis aturan di Laut China Selatan. Itu sangat penting untuk dilakukan bersama," ujar Marles. 

Pernyataan itu disampaikan ketika Australia dan Filipina menggelar latihan militer gabungan Exercise Alon yang melibatkan lebih dari 3.600 personel.

Baca juga: Unggahan Viral, Kru Kapal WNI Ditahan Polisi Laut China, Ini Kata Kemenlu

Bagaimana tanggapan China atas tuduhan Filipina?

China membantah tuduhan provokasi. Juru bicara Penjaga Pantai China, Gan Yu mengklaim bahwa tindakan mereka merupakan "langkah pengendalian". 

"Kapal penjaga pantai China mengambil langkah pengendalian terhadap kapal Filipina sesuai dengan hukum dan peraturan, dan operasi itu sah dan legal," terang Gan Yu dikutip dari Anadolu, Jumat (22/8/2025).

Gan juga memperingatkan Manila untuk menghentikan “tindakan pelanggaran, provokasi, dan propaganda berlebihan.” 

Ia menegaskan, patroli China akan terus dilaksanakan untuk “menjaga kedaulatan nasional serta hak dan kepentingan maritim". 

China Coast Guard bahkan merilis video berdurasi 33 detik yang menunjukkan kapal kecil Filipina mendekati kapal mereka, salah satunya terlihat membawa kamera.

Baca juga: BMKG Prediksi Ada Siklon Tropis Kuat Lintasi Laut China Selatan, Apa Dampaknya?

Seberapa besar risiko konflik regional di Laut China Selatan?

Ketegangan di Second Thomas Shoal bukan satu-satunya insiden. Pada 11 Agustus, dua kapal China dilaporkan bertabrakan ketika mencoba menghalangi kapal penjaga pantai Filipina di Scarborough Shoal. 

Benturan itu merusak kapal penjaga pantai China dan memunculkan spekulasi adanya korban, namun otoritas Beijing menolak berkomentar.

Filipina menegaskan Second Thomas Shoal berada di dalam Exclusive Economic Zone (EEZ) atau Zona Ekonomi Eksklusif mereka, sedangkan China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan. 

Sengketa ini kerap melibatkan penghadangan konvoi logistik menuju BRP Sierra Madre yang dijaga marinir Filipina sejak 1999.

Dengan keterlibatan Amerika Serikat dan Australia dalam patroli bersama, para pengamat menilai risiko konflik besar semakin nyata. 

Saat ini, Laut China Selatan yang merupakan jalur utama perdagangan dunia kini menghadapi ancaman eskalasi yang bisa menyeret banyak pihak.

Baca juga: Polemik Laut China Selatan di Tengah Pandemi Corona

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi