KOMPAS.com - Seorang pria di China selamat dari kecelakaan kerja yang nyaris memenggal lehernya setelah tertimpa lengan robot.
Kondisinya begitu parah hingga leher hanya tersambung oleh jaringan lunak, dengan tulang leher patah dan arteri utama rusak.
Namun, dengan tindakan medis yang cepat, nyawa pria ini berhasil diselamatkan.
Lantas, seperti apa kisahnya?
Baca juga: Video Menegangkan Saat Dokter Rusia Operasi Pasien di Tengah Gempa Kuat
Leher hampir terpisah dua
Dilansir dari South China Morning Post, Senin (18/8/2025), insiden itu terjadi pada 31 Mei 2025, ketika pasien itu sedang bekerja dan mengalami cedera parah setelah lehernya dihantam oleh lengan robot.
Ia langsung mengalami kelumpuhan berat dan sempat mengalami henti jantung.
Pasien juga sempat mengalami pendarahan hebat yang membuat kedua arteri vertebralisnya tersumbat.
Kondisi tersebut semakin memperbesar risiko kematian dalam hitungan menit. Setelah resusitasi darurat, kondisinya sedikit membaik, meski tetap dalam keadaan kritis.
Baca juga: Tak Lagi Made in China, Apple Akan Produksi Seluruh iPhone 17 di India, Apa Alasannya?
Menurut tim dokter, tulang leher pasien mengalami putus dengan kerusakan serius pada struktur neurovaskular.
“Kami menelusuri berbagai literatur medis dalam dan luar negeri, tetapi belum menemukan kasus pemisahan tulang leher seberat ini," kata Direktur Bedah Tulang Belakang Serviks di Rumah Sakit Shanghai Changzheng, Chen Huajiang.
"Lebih mengejutkan lagi, pasien mampu bertahan setelah perawatan,” lanjut dia.
Tim medis berjuang keras menstabilkan kondisi pasien.
Tekanan darahnya sempat anjlok ke level sangat rendah sehingga membutuhkan obat dosis tinggi untuk menjaga sirkulasi tetap berjalan.
Baca juga: Dokter di China Temukan Rambut 2 Kg di Perut Pasien, dari Mana Asal Usulnya?
Operasi yang dilakukan
Dari hasil pemeriksaan, diketahui sumsum tulang belakang pasien tetap utuh meskipun mengalami memar parah.
Kondisi ini menjadi kunci penyelamatan nyawa pasien.
Dikutip dari Global Times, Senin (18/8/2025), Chen kemudian membentuk tim multidisiplin untuk merancang rencana operasi yang detail pada 18 Juni 2025.
Dalam kondisi pasien yang tidak stabil, tim berhasil mengevakuasi hematoma (gumpalan darah) besar, menyelaraskan tulang leher, hingga menstabilkan tulang belakang dengan dua pelat tambahan.
Dengan teknik bedah mikro tingkat tinggi, mereka melakukan reduksi anatomi yang presisi sembari menjaga pembuluh darah dan saraf agar tidak mengalami kerusakan tambahan.
Inovasi terbesar operasi ini adalah pemasangan pelat tambahan selain fiksasi konvensional.
Baca juga: Tertipu Membership Gym 300 Tahun, Pria di China Rugi Rp 1,9 Miliar
Langkah ini memberikan stabilitas ekstra pada tulang belakang leher yang direkonstruksi, dan menjadi penerapan pertama di dunia pada kasus cedera seberat ini.
Operasi berlangsung sekitar tiga jam dan dinyatakan sukses.
Usai operasi, pasien kembali sadar dan menunjukkan tanda vital stabil.
Ia sudah bisa duduk dengan bantuan serta menggerakkan lengan dan bahu, meski pemulihannya diperkirakan akan panjang dan rumit.
Keberhasilan ini menunjukkan kemajuan besar dalam bedah trauma.
Chen menekankan, kasus tersebut tidak hanya soal keterampilan teknis, tapi juga kolaborasi erat antara ahli ortopedi, spesialis perawatan kritis, dan anestesi dalam menghadapi situasi medis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.