Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mengembang" seperti Balon, Gunung Bawah Laut Axial Diperkirakan Meletus Sebelum Akhir 2025

Baca di App
Lihat Foto
Peta dasar laut 3D dari Juli 2014 menunjukkan aliran lava dari Axial Seamount
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Ahli vulkanologi menyebutkan, gunung berapi bawah laut Axial Seamount sedang bersiap untuk meletus.

Gunung tersebut diketahui terletak sekitar 482 kilometer dari pantai Oregon, Amerika Serikat dan menjulang setinggi 1.493 meter di bawah permukaan laut.

Para ahli vulkanologi memantau aktivitas gunung tersebut dan mendeteksi tanda-tanda jelas bahwa letusan tersebut akan segera terjadi.

Selain itu, aktivitas seismik di kawasan gunung juga meningkat pesat, sehingga para peneliti menduga letusan gunung akan terjadi dalam waktu dekat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Daftar Jalur Pendakian Gunung di Indonesia yang Paling Mudah hingga Tersulit

Mengembang seperti balon

Dikutip dari ABC News, Rabu (20/8/2025), ahli vulkanologi sekaligus peneliti di Oregon State University, William Chadwick mengatakan, gunung tersebut mengembang seperti balon. 

“Sejak awal tahun, gunung berapi itu telah mengembang seperti balon karena batuan cair yang terakumulasi di dalamnya,” kata Chadwick.

Selain itu, terjadi peningkatan gempa dan perubahan bentuk kaldera yang menjadi tanda-tanda adanya aktivitas gunung berapi. 

Menurut Oregon State University, tercatat lebih dari 2.000 gempa terjadi dalam kurun waktu satu hari pada Juni lalu.

Chadwick menambahkan, Gunung Axial juga telah menunjukkan pola yang cukup berulang.

Baca juga: Gunung Klyuchevskoy di Kamchatka Meletus Usai Gempa Guncang Rusia

Dalam 30 tahun terakhir sejak pemantauan dimulai, gunung ini sudah meletus tiga kali, yakni pada tahun 1998, 2011, dan 2015.

Selain itu, peta batimetri yang dibuat dengan data dari Pusat Informasi Lingkungan Nasional (NCEI) NOAA juga memperlihatkan posisi gunung berada di sepanjang punggung bukit Juan de Fuca yang memang merupakan zona vulkanik aktif.

Meski waktu pastinya tidak bisa ditentukan, para peneliti meyakini bahwa Gunung Laut Axial diperkirakan akan meletus sebelum akhir 2025.

Mereka mencatat, laju aktivitas gempa berfluktuasi naik turun yang membuat prediksi letusan sulit dipastikan secara tepat.

Namun, dengan data yang ada, kemungkinan besar erupsi berikutnya akan terjadi dalam hitungan bulan.

Baca juga: Gempa Rusia Bangunkan Gunung Krasheninnikov, Meletus Setelah 600 Tahun Tak Aktif

Apakah berbahaya bagi manusia?

Letusan gunung laut Axial biasanya tidak menimbulkan ancaman langsung bagi manusia.

Para peneliti menegaskan, letusan tersebut berada di laut dalam dan cukup jauh dari pantai sehingga tidak mengancam nyawa manusia atau harta benda.

Dengan kata lain, meskipun aktivitasnya intens, erupsi yang terjadi tetap berada di bawah laut dan tidak menimbulkan dampak besar ke daratan.

Namun, pemahaman terhadap pola letusan gunung berapi bawah laut tersebut sangat penting.

Prediksi akurat mengenai letusan gunung dapat membantu tim ahli vulkanologi memperkirakan letusan gunung berapi di masa mendatang, yang beberapa di antaranya berpotensi membahayakan manusia.

Selain fenomena geologinya, para peneliti juga menekankan pentingnya teknologi pemantauan yang dipasang di dasar laut.

Baca juga: BNPB Ungkap Sebaran Abu Vulkanik Erupsi Gunung Lewotobi, Mana Saja?

Profesor Madya dan Ketua Departemen Biologi di Carleton College di Minnesota, Rika Anderson mengatakan, pemantauan tersebut juga berguna untuk mengetahui respons kehidupan dasar laut.

“Kabel serat optik sepanjang bermil-mil menyediakan daya dan internet bagi instrumen di dasar laut yang memungkinkan kita memantau tidak hanya aktivitas seismik di Gunung Laut Axial, tetapi juga bagaimana kehidupan di dasar laut merespons letusan tersebut,” ujar Anderson.

Selain itu, para ilmuwan juga meneliti mikroba ekstrem yang berada di ventilasi hidrotermal kaldera gunung berapi tersebut.

Sejumlah mikroba ini diketahui hidup di air mendidih. Beberapa di antaranya bahkan menghirup zat besi atau belerang.

"Mereka melawan infeksi virus, seperti kita. Mereka mungkin menyimpan petunjuk tentang langkah-langkah awal dalam evolusi kehidupan di Bumi dan memainkan peran penting dalam mendorong siklus biogeokimia global,” tambah Anderson.

Baca juga: BRIN Temukan Spesies Jamur Baru di Gunung Rinjani, Seperti Apa Bentuknya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi