Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Mulai Operasi Darat di Gaza, Palestina Minta Dukungan Internasional

Baca di App
Lihat Foto
AFP/OMAR AL-QATTAA
Para pelayat membawa jenazah warga Palestina, termasuk jurnalis dan seorang petugas medis, yang tewas dalam serangan Israel semalam, menjelang pemakaman massal di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada Senin (11/8/2025).
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Israel mengatakan akan memulai serangan daratnya ke Kota Gaza pada Selasa (2/9/2025).

Hal itu dikonfirmasi oleh Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir yang menyebut operasi itu akan berlangsung lebih intensif dibanding sebelumnya.

Ribuan tentara cadangan Israel mulai melapor untuk bertugas setelah upaya diplomasi untuk mengakhiri perang mengalami kebuntuan.

“Kami akan memperdalam operasi kami,” ujar Zamir di hadapan para prajurit cadangan ketika puluhan ribu tentara kembali dikerahkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menyampaikan pernyataan melalui video bahwa mereka sedang berupaya untuk mengalahkan Hamas.

"Kami sedang berupaya mengalahkan Hamas," ujarnya, dikutip dari Al-Jazeera, Selasa (2/9/2025).

Baca juga: Ratusan Pegawai PBB Desak Komisaris Tinggi HAM Akui Perang Gaza sebagai Genosida

Rencana Israel menduduki Gaza ancaman semua pihak

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan bahwa Hamas telah menyetujui usulan gencatan senjata. Namun, hingga kini Israel belum memberikan tanggapan.

“Negosiasi dengan para mediator, termasuk Amerika Serikat, telah terhenti. Rencana Israel untuk menduduki Gaza menjadi ancaman bagi semua pihak, termasuk para tawanan Israel,” ujar Al-Ansari.

Israel dalam beberapa hari terakhir juga memperketat pengepungan di Gaza. Bantuan kemanusiaan yang terbatas pun dilarang masuk di sana. 

Baca juga: Serangan Israel di Nasser Hospital Gaza Tewaskan Jurnalis, Total 218 Orang

Pada Mei 2025, Israel menerima tawaran gencatan senjata sementara selama 60 hari yang diusulkan oleh Amerika Serikat. Dalam usulan itu, hanya sebagian sandera Israel yang akan dibebaskan.

Namun, Hamas menolak usulan tersebut karena hanya bersifat sementara dan tidak memberikan jaminan penghentian perang secara permanen.

Netanyahu juga menolak tuntutan Hamas untuk menarik pasukan Israel sepenuhnya dari Jalur Gaza.

Baca juga: Kisah 5 Jurnalis yang Tewas akibat Serangan Israel ke Nasser Hospital di Gaza

Ratusan korban tewas dalam serangan Israel di Gaza

Serangan militer Israel ke Kota Gaza kembali menelan ratusan korban jiwa.

Dikutip dari Al Jazeera, Selasa (2/9/2025), lebih dari 50 warga Palestina tewas, termasuk diantaranya para pencari bantuan. Sehari sebelumnya, sekitar 105 orang tewas ketika Israel menggempur kawasan padat penduduk, termasuk lingkungan al-Sabra.

Serangan semakin intensif setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut negaranya menghadapi tahap penentuan dalam perang. Mereka mengatakan siap merebut Kota Gaza meski menuai kecaman internasional.

Krisis kemanusiaan juga semakin memburuk. Sedikitnya 13 orang meninggal akibat kelaparan dalam sehari.

Pada hari yang sama, 21 orang, termasuk diantaranya 7 anak tewas akibat serangan drone Israel saat sedang mengantre air di al-Mawasi, Khan Younis.

Serangan lain menghantam rumah keluarga al-Af di Kota Gaza, menewaskan 10 orang, sebagian besar diantaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Dua jurnalis, Rasmi Salem dari al-Manara dan Eman al-Zamli, juga tewas. Dengan demikian, jumlah jurnalis yang meninggal sejak 7 Oktober 2023 telah melampaui 270, menjadikan perang di Gaza konflik paling mematikan bagi pekerja media yang pernah tercatat.

Baca juga: Serangan Israel di Nasser Hospital Gaza Tewaskan Jurnalis, Total 218 Orang

Permintaan dukungan dan bantuan Pemerintah Palestina

Pemerintah Palestina menyambut baik keputusan Belgia yang secara resmi mengakui Negara Palestina pada Selasa (2/9/2025). Mereka meminta negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama.

Menurut mereka, pengakuan tersebut sesuai dengan hukum internasional dan resolusi PBB, serta penting untuk menghentikan pembunuhan massal, pengusiran, kelaparan, dan perampasan tanah.

Dalam pernyataan lain, Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan pihak internasional bersikap acuh terhadap kondisi di Gaza. Mereka menyoroti runtuhnya ekonomi wilayah itu dan penyitaan pendapatan pajak Palestina oleh Israel.

Pemerintah Palestina juga mendesak adanya dukungan keuangan untuk meningkatkan ketahanan dan keteguhan warganya. 

Baca juga: Menhan Israel Setujui Rencana Caplok Gaza, Panggil 60.000 Pasukan Cadangan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Al Jazeera
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi