Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Demonstrasi Terbesar di Dunia, Adakah Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
SIMON MAINA / AFP
Ilustrasi demonstrasi di Kenya.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Demonstrasi di Indonesia menjadi isu yang tengah ramai dibahas saat ini.

Masyarakat Indonesia menyampaikan tuntutannya baik melalui media sosial maupun turun langsung ke jalan dan melakukan aksi demo. 

Beberapa protes terbesar dalam sejarah dunia telah berhasil mengubah kebijakan yang dianggap tidak adil, termasuk di Indonesia.

Sebagian aksi menarik begitu banyak peserta hingga menjadi titik balik sejarah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meskipun beberapa protes besar tidak selalu mencapai tujuannya, aksi tersebut meninggalkan jejak di masyarakat, dan sering kali menginspirasi demonstrasi lain di seluruh dunia dan selama beberapa dekade.

Berikut demonstrasi-demonstrasi terbesar di dunia yang pernah tercatat sejarah.

Baca juga: Kisah Jurnalis Disway Tersiram Air Keras Saat Meliput Aksi Demo 29 Agustus 2025

10 demo terbesar di dunia 

Dilansir dari Live Science, Jumat (11/3/2022), per tahun 2022, berikut demonstrasi terbesar di dunia yang pernah dilakukan. 

1. Protes petani India (2020-2021)

Puluhan ribu petani India memprotes rancangan undang-undang pertanian pada 2020–2021 karena khawatir aturan baru membuat mereka bergantung pada perusahaan besar.

Protes yang dilakukan pada September 2020 di Punjab dan Haryana meluas hingga ke Delhi, dengan blokade jalan, rel kereta, hingga mogok makan.

Dukungan meluas, termasuk aksi mogok lebih dari 250 juta pekerja pada November 2020.

Meski Mahkamah Agung sempat menangguhkan aturan pada Januari 2021, para petani tetap bertahan di tengah pandemi dan cuaca ekstrem.

Setelah 18 bulan, pada November 2021 PM Narendra Modi mencabut undang-undang tersebut. Aksi pun berakhir pada Desember 2021.

Baca juga: Update KontraS: dari 20 Orang Hilang, 8 Belum Ditemukan Pasca-Demo Agustus 2025

2. George Floyd dan Black Lives Matter (2020)

Pada 25 Mei 2020, di tengah pandemi virus Corona, George Floyd tewas di Minneapolis setelah polisi Derek Chauvin menekan lehernya dengan lutut selama lebih dari sembilan menit.

Peristiwa tersebut terekam dalam sebuah video dan viral di media sosial.  Dalam video tersebut Floyd memohon dan berkata "saya tidak bisa bernapas". Video tersebut memicu kemarahan publik. 

Dalam dua hari, ribuan orang turun ke jalan di berbagai kota Amerika. Seminggu kemudian, protes menyebar ke 75 kota, sebagian disertai bentrokan dan lebih dari 4.000 penangkapan.

Presiden Donald Trump bahkan sempat mempertimbangkan intervensi militer.

Gerakan Black Lives Matter ikut mengoordinasi aksi ini, yang kemudian berkembang menjadi gerakan global menentang rasisme. Demonstrasi berlangsung hingga Juni 2020, meski jumlah peserta mulai berkurang.

Baca juga: Update KontraS: dari 20 Orang Hilang, 8 Belum Ditemukan Pasca-Demo Agustus 2025

3. Pawai Perempuan (2017)

Pengacara pensiunan, Teresa Shook, mengeluarkan ajakan bertindak di Facebook menyusul kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden 2016, dan memulai serangkaian peristiwa yang mengarah pada protes satu hari terbesar dalam sejarah AS.

Teresa Shook menulis "Kita harus berbaris" di Pantsuit Nation, memicu lebih dari setengah juta orang turun ke jalan di Washington DC sehari setelah pelantikan Trump.

Peristiwa tersebut diikuti hampir sekitar 1,5 persen dari populasi di wilayah tersebut, yang berawal dari penolakan terhadap sikap presiden baru terhadap perempuan serta pandangan politiknya.

Banyak demonstran mengenakan topi berwarna merah muda, merujuk pada bahasa yang digunakan Donald Trump dalam rekaman percakapan tentang perempuan.

Gerakan ini berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, meskipun jumlah pengunjuk rasa tidak pernah menyamai jumlah tahun 2017.

Baca juga: 400 Siswa Keracunan MBG dan 20 Orang Hilang Saat Demo Jadi Sorotan Media Asing

4. Protes Anti-Perang Irak (2003)

Pada 15 Februari 2003, jutaan orang turun ke jalan di lebih dari 600 kota menentang rencana Presiden AS George W. Bush menginvasi Irak.

Sekitar 3 juta orang ikut serta dalam demonstrasi tersebut, termasuk di antaranya 750.000 orang di London, 1,5 juta di Madrid, 80.000 di Dublin, dan 100.000 orang di New York.

Protes ini berawal dari seruan beberapa hari setelah pidato Bush di PBB pada September 2002, yang mengeklaim bahwa Irak melanggar resolusi PBB terkait senjata pemusnah massal.

Sebagian besar protes berlangsung damai, dan pengaruhnya terhadap kebijakan sangat kecil.

Bush diketahui tetap melanjutkan rencananya. Invasi Irak akhirnya dimulai pada 20 Maret 2003.

Baca juga: 8 Negara Keluarkan Peringatan Perjalanan ke Indonesia Imbas Demo yang Meluas, Mana Saja?

5. Aksi Lapangan Tiananmen (1989)

Pada 1989, protes besar terjadi di Lapangan Tiananmen, China, menuntut lebih banyak kebebasan dan reformasi politik.

Gerakan ini dipimpin oleh mahasiswa, banyak di antaranya terinspirasi dari pengalaman mereka belajar di luar negeri.

Aksi ini semakin meluas setelah pemakaman Hu Yaobang, seorang pejabat Komunis yang disingkirkan karena mendukung reformasi.

Pada puncaknya, sekitar satu juta orang berkumpul di Lapangan Tiananmen, dengan demonstrasi yang menyebar ke sekitar 400 kota lainnya.

Protes berlangsung selama enam minggu, dengan titik fokus di ibu kota. Pada akhir Mei 1989, pemerintah memberlakukan darurat militer.

Sekitar 300.000 tentara dikerahkan ke lapangan, dan pada 3 Juni militer menyerang para demonstran. Jumlah korban tewas resmi diperkirakan sekitar 300 orang, meski beberapa laporan menyebut bisa mencapai 3.000. 

Setelah protes, Partai Komunis memperketat kontrolnya, dan beberapa tahun setelahnya, penyebutan tentang peristiwa ini masih disensor di China

Baca juga: Prabowo ke China di Tengah Gelombang Demo, Siapa yang Pimpin RI?

6. Jalan Baltik (1989)

Pada 23 Agustus 1989, jutaan orang di Latvia, Lituania, dan Estonia membentuk rantai manusia sepanjang lebih dari 640 kilometer, yang dikenal sebagai Jalan Baltik.

Mereka melakukan protes damai terhadap pemerintahan Komunis yang berkuasa di negara-negara tersebut, dan menjadi simbol penolakan rakyat Baltik terhadap kontrol Soviet.

Rantai manusia itu juga memperingati 50 tahun Pakta Molotov-Ribbentrop, yang secara diam-diam membagi kendali Eropa Timur antara Rusia dan Jerman.

Sekitar seperempat penduduk ketiga negara ikut serta, menjadikannya aksi protes terbesar dalam sejarah Uni Soviet.

Dampak dari protes ini terasa hampir seketika, karena pakta masa perang tersebut dinyatakan tidak sah.

Gelombang protes anti-komunis kemudian juga menyebar ke Eropa Timur. Beberapa bulan kemudian, Tembok Berlin runtuh, menandai perubahan besar di blok Timur.

Dalam dua tahun setelah aksi Jalan Baltik, Latvia, Lituania, dan Estonia meraih kemerdekaan penuh.

Baca juga: Prabowo ke China di Tengah Gelombang Demo, Siapa yang Pimpin RI?

7. Protes Rakyat (1986)

Rakyat Filipina memprotes ketika Presiden Ferdinand Marcos, yang telah berkuasa selama 20 tahun, dipaksa turun oleh para pemimpin militer dan jutaan warga.

Pada 7 Februari 1986, Marcos diumumkan sebagai pemenang pemilihan presiden yang kontroversial.

Kemenangan itu dipertanyakan karena ia seharusnya kalah dari Corazon Aquino, janda dari lawan politiknya, Benigno Aquino yang tewas dibunuh.

Gereja Katolik mengutuk hasil pemilu, sementara sebagian pejabat militer merencanakan kudeta. Marcos menangkap beberapa pemimpin militer, tetapi banyak tentara lainnya membelot.

Kardinal Jaime Sin, Pendeta Katolik terkemuka juga menyerukan warga untuk memperbaiki hasil pemilu secara damai.

Jutaan orang kemudian berkumpul di jalan EDSA di Metro Manila untuk mendukung militer yang membelot. Mereka melindungi tentara dari serangan dan menunjukkan dukungan dengan berkemah di jalan.

Tank-tank terlihat mengepung ibu kota dan Marcos sendiri telah kehilangan dukungan militer. Sebagai bentuk dukungan, para biarawati memberikan bunga dan makanan kepada tentara.

Akhirnya, Marcos melarikan diri, dan Corazon Aquino dilantik sebagai presiden pada 25 Februari 1986, menandai kembalinya demokrasi di Filipina.

Baca juga: 8 Negara Keluarkan Peringatan Perjalanan ke Indonesia Imbas Demo yang Meluas, Mana Saja?

8. Hari Bumi (1970)

Pada 22 April 1970, yang ditetapkan sebagai Hari Bumi, lebih dari 20 juta orang turun ke jalan di puluhan ribu lokasi di seluruh AS untuk memperingati Hari Bumi pertama kalinya dalam sejarah.

Senator Demokrat Gaylord Nelson mengusulkan ide tersebut setelah menyaksikan kerusakan akibat tumpahan minyak dan terinspirasi dari gerakan protes antiperang.

Peristiwa itu mendapat dukungan dari berbagai kalangan politik, Kongres pun terpaksa ditutup sebab banyak perwakilan yang ikut berpartisipasi.

Demonstrasi massal tersebut berlangsung damai, dengan masker gas dan bunga menjadi simbol protes.

Aksi tersebut berdampak pada adanya perubahan hukum. Pemerintah membentuk undang-undang yang menjamin udara dan air bersih serta perlindungan spesies yang terancam punah.

Kesuksesan Hari Bumi membuatnya menjadi peringatan tahunan yang dilaksanakan setiap tahunnya di seluruh dunia.

Baca juga: [POPULER TREN] Butuh Teriakan 1 Miliar Orang | Daftar Tersangka Demo Agustus

9. Perancis pada bulan Mei (1968)

Protes Mei 1968 menjadi salah satu momen penting dalam sejarah negara Perancis. Namun, menurut sejarawan Richard Vinen, tujuan protes tersebut sulit ditentukan dengan jelas.

"Selama beberapa minggu, negara ini seolah berada di ambang semacam revolusi, meskipun tidak seorang pun benar-benar tahu jenisnya," tulis Vinen.

Protes dimulai dari mahasiswa di Universitas Nanterre, Paris, yang menentang berbagai aturan, termasuk larangan pasangan berbagi tempat tidur, serta menyoroti Perang Vietnam.

Kampus ditutup, dan demonstrasi berlanjut ke Sorbonne, di mana polisi anti huru-hara turun tangan.

Pada 10 Mei, pawai sekitar 40.000 orang berubah menjadi bentrokan dengan polisi dan kerusakan jalanan.

Dukungan publik terhadap mahasiswa mendorong serikat pekerja mengorganisir mogok besar-besaran. Sekitar sepuluh juta pekerja ikut berunjuk rasa menuntut upah lebih tinggi dan kebebasan yang lebih besar.

Presiden Charles de Gaulle sempat meninggalkan negara itu sebelum kembali untuk menyampaikan pidato pada 30 Mei.

Protes mahasiswa akhirnya melemah, dan pemilu 23 Juni memperkuat kekuasaan de Gaulle.

Baca juga: Update KontraS: dari 20 Orang Hilang, 8 Belum Ditemukan Pasca-Demo Agustus 2025

10. Pawai Garam (1930)

Pawai Garam pada 1930 adalah kampanye pembangkangan tanpa kekerasan yang dipimpin Mohandas Gandhi. Kampanye tersebut dirancang agar ribuan orang bisa menentang kekuasaan Inggris di India.

Pada 12 Maret 1930, Gandhi memulai perjalanan dari Sabarmati Ashram menuju Dandi di pesisir Laut Arab. Ia berencana tiba pada 6 April untuk membuat garam, sebuah kegiatan yang dilarang bagi orang India di bawah kekuasaan Inggris.

Monopoli garam Inggris memberi banyak pendapatan, tetapi memberatkan kaum miskin. Gandhi memulai pawai bersama 78 orang, dan jumlah orang tersebut terus bertambah.

Saat tiba di Dandi, setidaknya 50.000 orang hadir untuk menyaksikan Gandhi merebus air laut dan membuat garam.

Tindakannya diikuti banyak orang, dan perkiraan jutaan orang terlibat dalam pembangkangan serupa. Hingga akhir April, sekitar 60.000 orang telah ditangkap, sementara pihak berwenang menggunakan kekerasan untuk meredam protes.

Gandhi sendiri ditahan pada 5 Mei dan berada di penjara hingga Januari 1931. Setelah dibebaskan, ia diundang untuk berunding dengan Inggris sebagai pihak yang setara dan membuka jalan panjang menuju kemerdekaan India

Baca juga: 17+8 Tuntutan Rakyat: Tetapkan KPI untuk Evaluasi Kinerja Anggota DPR!

Bagaimana demo di Indonesia?

Dilansir dari Kompas.com, Selasa (26/8/2025), di Indonesia sendiri terdapat beberapa demo besar yang juga pernah terjadi.

Salah satunya adalah demo reformasi pada 1998.

Gerakan Reformasi 1998 menjadi salah satu demonstrasi terbesar dalam sejarah Indonesia modern.

Krisis moneter 1997–1998 membuat nilai tukar rupiah jatuh, inflasi melonjak, dan harga kebutuhan pokok meningkat drastis.

Pada 12 Mei 1998, mahasiswa Universitas Trisakti menggelar aksi menuntut reformasi yang berujung pada Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa.

Gelombang protes terus membesar hingga pertengahan Mei, dengan ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR.

Kerusuhan melanda Jakarta dan kota-kota lain, menelan ratusan korban jiwa dan kerugian materiil yang besar.

Baca juga: 8 Negara Keluarkan Peringatan Perjalanan ke Indonesia Imbas Demo yang Meluas, Mana Saja?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi