KOMPAS.com - Istilah tone deaf kian populer di media sosial.
Tone deaf dalam konteks sosial dan politik dikaitkan dengan sikap tidak peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
Karena ketidakpekaannya, perilaku tone deaf dapat menyinggung perasaan orang lain.
Sayangnya, tidak semua orang menyadari bahwa perilaku tone deaf mereka telah menyakiti banyak orang.
Lantas, apa saja tanda orang tone deaf yang jarang disadari?
Baca juga: 4 Cara Mengajarkan Anak agar Tidak Tone Deaf, Saran dari Psikolog
Ciri-ciri perilaku tone deaf
Psikolog Danti Wulan Manunggal mengatakan, perilaku tone deaf berkaitan dengan rasa egois yang lebih mementingkan diri sendiri.
"Orang yang tone deaf sering kali tidak menyadarinya karena mereka fokus pada diri sendiri dan tidak peka terhadap sinyal sosial," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/9/2025).
Sikap ini bisa menyebabkan seseorang kehilangan empati dan berperilaku tone deaf.
Dampaknya tidak hanya menyakiti orang lain, tetapi juga bisa membuatnya dijauhi oleh orang-orang tersayang.
Berikut ini 4 tanda seseorang berperilaku tone deaf:
Baca juga: Apa Itu Tone Deaf? Berikut Pengertian dan Ciri-ciri Orang yang Mengalaminya
1. Selalu mengubah topik pembicaraan tentang dirinyaMengubah topik pembicaraan menjadi tentang diri sendiri bisa menjadi tanda bahwa seseorang memiliki perilaku tone deaf.
Danti mencontohkan, ketika Anda curhat tentang masalah pekerjaan, respons orang tone deaf adalah, "Ah, itu tidak seberapa. Tahu tidak, aku pernah."
Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak benar-benar mendengarkan atau berempati.
"Yang terpenting bagi mereka (orang tone deaf) adalah mengungguli pengalaman Anda," jelas dia.
Baca juga: Benarkah Orang yang Tak Bersuara Sudah Pasti Tone Deaf? Psikolog Jelaskan Ini
2. Memberikan nasihat yang meremehkan orang lainOrang tone deaf cenderung meremehkan apa yang dialami orang lain.
Misalnya, saat seseorang berbagi kesulitan, mereka mungkin langsung menjawab, "Sudah, jangan sedih. Kamu kan bisa, move on saja,"
Kalimat itu bisa saja keluar tanpa mereka memahami kompleksitas masalah yang ada.
"Ini adalah tanda bahwa mereka tidak bisa merasakan kedalaman emosi orang lain dan melihat masalah hanya dari sudut pandang yang sangat dangkal," ucap Danti.
Baca juga: Komentar Pakar soal Penulisan Sejarah dengan Tone Positif: Harus Jujur dan Apa Adanya
3. Sering menggunakan "pelemahan" atau minimizationKalimat "pelemah" adalah kalimat yang memiliki konotasi melemahkan. Misalnya, "Itu cuma masalah kecil," "Ya ampun, kok gitu saja dipikirkan?" atau "Santai saja" sering kali diucapkan.
Danti menyampaikan, kalimat itu sering disampaikan orang tone deaf tanpa disadari.
"Mereka mungkin tidak sadar bahwa kalimat-kalimat ini justru membuat orang lain merasa tidak dihargai dan perasaannya tidak divalidasi," ungkapnya.
4. Kerap membuat lelucon tidak pada tempatnyaPerilaku tone deaf yang jarang disadari berikutnya adalah melucu tanpa tahu konteks.
"Mereka bisa saja membuat lelucon di acara duka atau melontarkan komentar sarkas saat situasi sedang tegang atau serius," kata Danti.
Dia mengatakan, perilaku seperti itu terjadi karena mereka kurang mampu membaca ruangan atau tidak peka terhadap suasana emosional yang sedang terjadi.
"Intinya, tone deaf adalah tentang kurangnya kepekaan dan empati yang bisa dilatih sejak dini dan dikenali pada diri sendiri maupun orang lain," pungkas Danti.
Baca juga: Ini Risikonya jika Anda Berkerumun dan Cuek Tak Pakai Masker...
Faktor penyebab tone deaf
Dilansir dari Kompas.com (9/9/2025), perlaku tone deaf bisa disebabkan karena dua faktor, yakni keluarga dan lingkungan sekitar.
1. Faktor keluargaPerilaku tone deaf secara tidak disadari bisa muncul sejak dalam tatanan keluarga. Salah satunya oleh orang tuanya.
Misalnya, ketika orang tua memperingatkan anaknya agar tidak usah mencampuri urusan orang lain dengan pertimbangan mencari aman.
Cara ini justru bisa menurunkan tingkat kepekaan hati nurani anak.
Semakin tumbuh besar, anak ini mungkin tidak tergerak untuk membantu seseorang ketika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Baca juga: Istilah Tone-Deaf Kembali Diperbincangkan, Apa Maksudnya?
2. Faktor lingkunganSelain dari tatanan keluarga, faktor lingkungan seperti pertemanan juga memengaruhi.
Berteman dengan seseorang yang enggan menyadari apa yang sedang terjadi di lingkungan sekitar dengan dalih “tidak usah ikut-ikutan urusan orang lain atau pihak lain”, bisa menumbuhkan perilaku tone deaf tanpa disadari.
Hal ini hampir sama dengan peringatan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, sehingga membuatnya tumbuh dan memiliki perilaku tone deaf.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.