KOMPAS.com - Beberapa negara Eropa mengumumkan pengakuan terhadap negara Palestina dalam sebuah pertemuan di Majelis Umum PBB pada Senin (22/9/2025).
Negara-negara itu adalah Perancis, Belgia, Monako, Luksemburg, dan Malta. Sementara itu, Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal sudah lebih dulu mengakui Palestina pada Minggu (21/9/2025).
Pengumuman ini muncul di tengah krisis kemanusiaan di Jalur Gaza yang terus memburuk.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan respons kepada negara-negara yang secara resmi mengakui negara Palestina.
Lantas, apa pernyataan yang disampaikan Netanyahu?
Baca juga: Inggris Akui Palestina, Ini Jejak Sejarahnya dari Balfour hingga 2025
Respons Netanyahu usai banyak negara akui negara Palestina
Dalam sebuah pernyataan video, Netanyahu menyebut pembentukan negara Palestina akan membahayakan kelangsungan hidup Israel.
Ia juga menggambarkan pengakuan tersebut sebagai "hadiah besar bagi terorisme".
Selain itu, Netanyahu berjanji menentang upaya negara-negara tersebut dalam pidatonya di Sidang Umum PBB pekan ini.
"Saya punya pesan yang jelas bagi para pemimpin yang mengakui negara Palestina setelah pembantaian mengerikan pada 7 Oktober: Anda memberikan imbalan besar pada terorisme. Saya juga memiliki pesan lain untuk Anda: Hal itu tidak akan terjadi. Tidak akan ada negara Palestina di sebelah barat Sungai Yordan," kata Netanyahu, Senin (22/9/2025).
"Selama bertahun-tahun, saya telah mencegah berdirinya negara teroris ini di tengah tekanan besar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kami melakukannya dengan keteguhan, dan kami melakukannya dengan kebijaksanaan politik. Kami telah menggandakan permukiman Yahudi di Yudea dan Samaria (Tepi Barat) dan kami akan terus melanjutkan jalur ini," sambungnya.
Sementara itu, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, pengakuan hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan, dan kemerdekaan akan membuka jalan bagi pelaksanaan solusi dua negara.
Ia mengeklaim hal itu akan memungkinkan negara Palestina hidup berdampingan dengan Israel dalam keamanan, kedamaian, dan hubungan bertetangga yang baik, dikutip dari NHK Senin.
Abbas menambahkan, prioritas saat ini termasuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza, mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke daerah kantong itu, menarik sepenuhnya pasukan Israel dari daerah itu, dan mengakhiri aktivitas permukiman Israel di Tepi Barat.
Baca juga: Saat Ratusan Prajurit Israel Menolak Menyerang Gaza, Mengapa?
75 persen negara telah mengakui Palestina
Saat ini, Palestina telah diakui oleh sekitar 75 persen dari 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dikutip dari Euro News, Senin.
Di PBB, Palestina berstatus "negara pengamat tetap", yang berarti bisa berpartisipasi dalam berbagai sidang, namun tidak memiliki hak suara.
Inggris dan Kanada adalah negara pertama dari G7 yang melakukannya.
Para analis menilai, bersama Australia dan Portugal, mereka dapat meningkatkan momentum menuju gencatan senjata dan perdamaian jangka panjang di Jalur Gaza, sekaligus menekan Israel.
Selain itu, Perancis kini juga telah mengakui Palestina. Bersama Kanada, Australia, Belgia, dan Malta, langkah tersebut membuat Palestina segera mendapat dukungan dari empat dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Sementara itu, China dan Rusia sudah lebih dulu mengakui Palestina sejak 1988.
Kondisi ini menempatkan Amerika Serikat (AS), sekutu terkuat Israel, sebagai satu-satunya negara besar yang masih menolak pengakuan.
Washington memang telah mengakui Otoritas Palestina yang dipimpin Mahmoud Abbas sejak pertengahan 1990-an, dikutip dari BBC, Senin.
Beberapa presiden AS setelah itu juga menyuarakan dukungan terhadap pembentukan negara Palestina, namun Donald Trump tidak termasuk di antaranya.
Pada masa pemerintahannya, kebijakan AS justru sangat berpihak pada Israel.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.