KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa topan Super Ragasa tidak melanda Indonesia.
Topan Ragasa adalah badai kuat yang tengah menghantam Hong Kong dan China. Sebelumnya topan ini juga melumpuhkan Filipina dan Taiwan.
Sejumlah kota-kota besar di negara itu dilanda angin kencang dan hujan deras. Puluhan juta orang dilaporkan telah terdampak.
Diperkirakan, topan itu akan melewati kota-kota besar Hong Kong, Macau, Shenzhen, dan Guangzhou, sebelum mendarat lagi di barat provinsi Guangdong di daratan China.
Di Taiwan, setidaknya 14 orang tewas ketika sebuah danau penghalang jebol di wilayah timur Hualien akibat fenomena ini, seperti dikutip dari CNN.
Sementara di Hong Kong sedikitnya 6 orang terluka. Beberapa wilayah mengalami tanah longsor dan beberapa pohon tumbang.
Lantas, mengapa topan Ragasa dipastikan tidak terjadi di Indonesia?
Baca juga: Panic Buying Terjadi di Hong Kong akibat Topan Super Ragasa, Rak Supermarket Kosong
Alasan topan Ragasa tidak terjadi di Indonesia
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan topan Ragasa tidak melanda Indonesia. Faktor pertamanya, adalah letak geografis Indonesia.
"Indonesia berada di sekitar garis khatulistiwa, sedangkan topan tropis (termasuk Ragasa) biasanya terbentuk di wilayah lintang lebih tinggi, seperti Laut Filipina atau Samudra Pasifik Barat," kata dia, saat dimintai informasi Kompas.com, Rabu (24/9/2025).
Guswanto menambahkan, letak Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa membuat gaya Coriolis yang diperlukan untuk membentuk pusaran badai sangat lemah atau mendekati 0 (Nol).
Kondisi ini menyebabkan topan sangat jarang terjadi dan menerjang wilayah Indonesia.
Faktor berikutnya adalah jenis badai. Di Indonesia, jenis badai yang paling umum terjadi adalah siklon tropis atau bibit siklon.
Guswanto mengatakan, keduanya sering kali terjadi di wilayah selatan dan timur Indonesia, seperti di sekitar Nusa Tenggara atau Papua. Namun, intensitasnya biasanya lebih rendah dibandingkan topan super seperti Ragasa.
Baca juga: Topan Ragasa Jadi Badai Terkuat 2025, Kota-kota di Asia Lumpuh
Dampak topan Ragasa bagi Indonesia
Meski tidak dilewati, Guswanto mengungkapkan bahwa Indonesia dapat terkena dampak dari topan Ragasa.
"Meskipun Indonesia tidak bisa mengalami topan seperti Ragasa secara langsung, kita tetap perlu waspada terhadap dampak tidak langsungnya," kata dia.
Berikut ini dampak topan Ragasa bagi Indonesia:
1. Hujan lebat dan anginBMKG mencatat, topan Ragasa mampu memicu hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.
Baca juga: Topan Super Ragasa Hantam Kuat Filipina, Kini Ancam Hong Kong dan China
2. Gelombang tinggiTopan Ragasa dapat berdampak secara tidak langsung terhadap perairan utara Papua dan Laut Filipina yang mengalami peningkatan tinggi gelombang.
Kondisi ini bisa memengaruhi aktivitas pelayaran dan keselamatan transportasi laut.
3. Potensi cuaca ekstremDampak berikutnya dari topan Ragasa adalah potensi cuaca ekstrem yang melanda Indonesia.
Oleh sebab itu, BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak meski topan Ragasa bergerak menjauhi Indonesia.
Baca juga: Topan Super Ragasa Sapu Filipina dan Taiwan, Picu Evakuasi Puluhan Ribu Warga
Pergerakan topan Ragasa di Hong Kong dan Filipina
Dikutip dari CNN, topan Ragasa mencapai kota di Hong Kong dengan kecepatan angin mencapai kekuatan topan, 118 kilometer per jam (73 mil per jam).
Angin kencang tersebut mendorong Hong Kong dan Macau mengeluarkan sinyal peringatan topan T10, sinyal peringatan topan tertinggi mereka.
Kondisi ini juga mnegakibatkan terjadinya elombang badai dan kenaikan permukaan air laut terbesar di Hong Kong yang diperkirakan terjadi sampai dengan Rabu (24/9/2025).
Observatorium setempat menyampaikan, badai akan terus bergerak ke barat, melewati sekitar 100 km (65 mil) selatan Hong Kong selama beberapa jam ke depan.
Kemudian, badai diprediksi akan bergerak ke barat-barat laut dan mencapai daratan di wilayah barat Guangdong pada Rabu sore waktu setempat.
Sementara itu, di Filipina, topan Ragasa menjadi badan paling kuat sepanjang tahun ini. Kecepatan anginnya mencapai lebih dari 267 km/jam (165 mph) atau setara dengan badai Kategori 5.
Astronot Jepang Kimiya Yui di Stasiun Luar Angkasa Internasional berhasil menangkap system topan Ragasa yang tampak berukuran sangat besar.
Di Filipina, Ragasa dikenal sebagai Nando. Badai ini menerjang daratan sebagai topan dahsyat di pulau Panaitan, di provinsi Cagayan utara, pada Senin (22/9/2025).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.