KOMPAS.com - Hampir setiap pekan, kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) bermunculan.
Ketua UKK Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) Ikata Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K) mengatakan, hampir 6.000 anak terdampak kasus keracunan MBG.
“Kita mendukung program ini, tapi jika sudah menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), maka mitigasi dan perbaikan ke depan sangat diperlukan,” ujarnya dalam dialog terbuka bertajuk "Mengenali dan Pertolongan Pertama Keracunan Makanan pada Anak", Kamis (25/9/2025).
Yogi menjelaskan, keracunan makanan bisa dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari bakteri, virus, parasit, toksin atau racun, hingga bahan kimia maupun logam.
Gejala yang timbul pun beragam, seperti mual, muntah, nyeri perut, buang air besar berdarah, hingga demam, sakit kepala, dan pusing.
Karena itu, penanganan cepat dan tepat sangat krusial agar kondisi anak tidak memburuk.
Baca juga: Ikan Hiu Goreng Picu Keracunan Massal, Ahli Gizi: Menu MBG Sebaiknya Tidak Neko-neko
Pertolongan pertama penanganan kasus keracunan
Pertolongan pertama menjadi kunci dalam mencegah kondisi anak semakin memburuk saat mengalami keracunan.
Yogi membagikan langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan ketika anak keracunan, sebelum mendapat penanganan medis lanjutan.
1. IstirahatPastikan anak istirahat dan menghentikan aktivitasnya untuk membantu tubuh memulihkan diri.
2. MinumDorong anak untuk minum yang banyak, terutama oralit atau air garam untuk menggantikan elektrolit yang hilang.
3. MakanSetelah muntah dan diare berhenti, berikan makanan ringan dalam porsi kecil dan mudah di perut (bubur, dll).
4. HindariHindari susu atau kopi yang dapat memperparah diare dan obat anti-diare tanpa resep dokter yang bisa menghambat pengeluaran racun dalam tubuh.
Baca juga: 5 Fakta Keracunan MBG di Kalbar, Menu Ikan Hiu Goreng hingga Bikin Gubernur Geram
Cara menghindari keracunan makanan
Yogi menambahkan, pencegahan keracunan sebenarnya bisa dilakukan melalui langkah sederhana yang kerap terabaikan.
Mulai dari rajin cuci tangan hingga memastikan pengolahan makanan dilakukan dengan cara yang aman.
"Menghindarinya tentu dengan hal-hal yang sederhana tapi kadang luput dilakukan," tandasnya.
Berikut ini cara menghindari keracunan makanan:
- Cuci tangan dengan benar dan sering menggunakan air dan sabun, terutama setelah dari kamar mandi, sebelum mengolah makanan, dan setelah menyentuh makanan mentah
- Menjaga kebersihan alat masak yang digunakan untuk menyiapkan makanan dengan air panas dan sabun untuk mencegah kontaminasi silang
- Hindari air yang belum diolah atau tanpa melalui proses penyaringan, pengolahan, dan pemasakan
- Menerapkan praktik pengolahan makanan yang aman.
Baca juga: Lonjakan Kasus Keracunan MBG, Guru Besar IPB Ungkap Akar Masalah dan Solusinya
Mengenali makanan yang tidak layak
Selain upaya pencegahan, mengenali makanan yang sudah tidak layak konsumsi juga menjadi kunci penting agar keracunan bisa dihindari.
Ia menekankan, hal ini bisa dilakukan oleh petugas, guru sekolah, dan ahli gizi yang terlibat dalam program MBG di setiap SPPG.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Pemeriksaan visual- Perubahan warna: Menguning, kecokelatan, keabu-abuan, atau warna tidak biasa
- Pertumbuhan di permukaan: Jamur, lendir, koloni bakteri
- Perubahan struktur: Melunak, menggumpal, terpisah
- Kondisi kemasan: Menggelembung, bocor, ada gas tidak normal.
- Busuk: Bau belerang atau telur busuk akibat penguraian protein
- Asam: Bau menyengat dari fermentasi
- Tengik: Bau seperti cat atau karton akibat oksidasi lemak
- Apek: Bau tanah atau lembap dari pertumbuhan jamur
- Beralkohol: Bau etanol akibat fermentasi ragi
Baca juga: Dokter Gizi Soroti Menu MBG, Pertanyakan Adanya Susu Kotak dan Makanan Ultraproses
3. Evaluasi tekstur- Lendir: Terbentuk lapisan bakteri
- Melunak: Struktur sel mulai hancur
- Kering: Kehilangan atau perpindahan kelembapan
- Berkristal atau berbutir: Endapan protein atau kristalisasi
- Analis makanan profesional terkadang mencicipi makanan yang dicurigai rusak dengan sangat hati-hati, tetapi tidak disarankan untuk konsumen.
- Ciri rasa rusak meliputi rasa asam, pahit, rasa logam, atau rasa aneh yang berbeda dari rasa normal makanan tersebut.
Terakhir, Yogi mengingatkan bahwa keracunan makanan pada prinsipnya dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.
Karena itu, penting untuk mengedukasi anak, orang tua, serta pengelola program mengenai keamanan pangan.
“Deteksi dini, tata laksana awal, dan rujukan ke rumah sakit bila dibutuhkan adalah langkah penting yang tidak boleh diabaikan,” tegasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.