Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Bakal Larang Konten Putus Asa dan Bersentimen Negatif

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Unsplash/Jakob Owens
ilustrasi unggahan media sosial.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Regulator internet China meluncurkan kampanye untuk menghentikan konten-konten berisi sentimen negatif dan pesimis selama dua bulan.

Melalui gerakan tersebut, masyarakat China diimbau untuk melaporkan unggahan-unggahan yang mempromosikan keputusasaan.

Sebab, pihak berwenang bertujuan untuk mengurangi asupan emosional negatif, serta menciptakan lingkungan daring yang lebih rasional dan beradab.

Dengan begitu, sasaran kampanye ini adalah narasi-narasi di media sosial yang mengungkapkan "belajar tidak ada gunanya" atau "kerja keras itu sia-sia".

Pasalnya, China sedang bergulat dengan perlambatan ekonomi akibat krisis properti,  pengangguran tinggi, serta persaingan yang ketat untuk masuk ke perguruan tinggi dan bekerja.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal-hal tersebut menyebabkan frustasi dan kekecewaan di kalangan anak muda.

Pemerintah pun menuntut influencer dan platform media sosial ikut bertanggung jawab untuk tidak memperparah kondisi mental anak muda di sana.

Baca juga: Usai Hantam Hong Kong dan China, Kini Topan Ragasa Terjang Vietnam

Konten-konten yang dilarang

Dilansir dari NewsWeek, Rabu (24/9/2025), kampanye ini akan berfokus pada media sosial, video pendek, dan platform streaming langsung.

Beberapa unggahan yang ditargetkan, salah satunya adalah konten yang berisi tindakan menghasut permusuhan berdasarkan gender, wilayah, dan identitas.

Selain itu, konten berisi doxing, adu domba massal, menyebar kepanikan, dan mempromosikan kelelahan atau skeptisisme hidup juga termasuk ke dalam target kampanye.

Baca juga: Jurnalis China Pelapor Awal Covid-19 Dijatuhi Hukuman Penjara untuk Kedua Kalinya

Kegiatan terlarang lainnya yaitu konten-konten yang menafsirkan fenomena sosial dengan niat jahat dan membesar-besarkan kasus negatif.

Regulator pun menginstruksikan penyelidikan dan sanksi yang tegas terhadap situs, platform, akun, dan organisasi MCN (jaringan multisaluran) yang melanggar kampanye ini.

Pengumuman ini menyusul pernyataan dari Badan Siber China yang menyatakan telah mendisiplinkan beberapa platform daring, termasuk situs Weibo dan Toutiao. 

Sebab, dua media tersebut telah menyebarkan informasi berbahaya, seperti kehebohan terkait kehidupan pribadi selebritas.

Baca juga: Arkeolog Temukan Bukti Kaisar Pertama China Terobsesi Cari Obat Hidup Abadi

Kasus kreator konten "orang Android dan Apple"

Seorang kreator konten ternama di China, Hu Chenfeng diketahui menghapus semua unggahannya.

Tidak diketahui secara pasti alasan dari hal tersebut, tetapi banyak warganet yang meyakini bahwa peristiwa itu berkaitan dengan komentar viral Hu Chengfeng beberapa waktu lalu.

Dilansir dari BBC, Jumat (26/9/2025), kreator konten tersebut menggolongkan tipe orang "Android" dan "Apple" dalam sebuah siaran langsung yang dinilai merendahkan.

"Anda adalah tipikal orang Android yang berlogika, orang Android, dan berkualifikasi Android," ujar Hu Chengfeng.

Baca juga: Pertama Kalinya, Dokter di China Berhasil Tanamkan Paru-paru Babi ke Tubuh Manusia

Lelucon tersebut diterima oleh sebagian warganet, sementara separuhnya lagi menuduh Hu menyebarkan konten perpecahan.

Selain itu, seorang pengajar yang terkenal di dunia maya, Zhang Xuefenf juga pernah membuat kontroversi dengan berjanji akan menyumbang 100 juta yuan (sekitar Rp 234 miliar) bila China memutuskan menginvasi Taiwan.

Namun, akun media sosial dia telah terblokir dan konten tersebut dinilai menjadi penyebabnya.

Selain itu, dia diketahui juga membuat konten-konten yang menyebarkan keputusasaan, seperti menyuruh siswa menghadapi realitas bahwa hidupnya ditentukan oleh nilai ujian dan tekanan keuangan, alih-alih menyarankan mereka untuk mengejar mimpi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: BBC, Newsweek
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi