KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya siklon tropis Bualoi di wilayah pemantauan BMKG pada Senin (29/9/2025).
Melalui laman instagram resmi, BMKG menyebut siklon tropis tersebut terpantau di Laos bagian selatan dengan kecepatan angin maksimum sekitar 60 knot (110 km/jam).
“Kecepatan angin maksimum Siklon Tropis BUALOI menurun dalam 24 jam ke depan menjadi kategori low dengan pergerakan ke arah Barat hingga Barat Laut menjauhi wilayah Indonesia. Tetap waspada dan pantau info cuaca resmi hanya dari BMKG,” tulis BMKG dalam unggahan tersebut.
Sebelumnya, diketahui topan Bualoi menghantam daerah Vietnam hingga menyebabkan sejumlah orang tewas dan mengakibatkan rumah-rumah rusak.
Lantas, bagaimana perkembangan siklon tropis tersebut? Apakah masih berdampak ke Indonesia?
Baca juga: Topan Bualoi Terjang Vietnam, 13 Orang Tewas dan Ribuan Rumah Rusak
Dinyatakan punah
Prakirawan TCWC Jakarta, Azhari Putri C. menjelaskan, Siklon Tropis Bualoi terbentuk dari perkembangan Bibit Siklon Tropis 92W yang berada di Laut Filipina Timur sebelah utara Papua, pada Rabu (24/9/2025) pukul 01.00 WIB.
Selama perkembangannya, siklon tropis tersebut bergerak dari Laut Filipina timur lalu melintasi daratan Filipina dan Laut China Selatan.
Siklon tropis tersebut kemudian memasuki wilayah daratan Vietnam dan Laos, sebelum akhirnya dinyatakan punah.
"Siklon Tropis Bualoi mencapai kecepatan angin maksimum tertinggi pada kategori 3 yaitu 75 knots atau sekitar 139 km/jam saat berada di Laut Filipina sebelah timur Filipina," kata Azhari kepada Kompas.com, Selasa (30/9/2025).
Baca juga: Siklon Tropis Bualoi Masuk Kategori 3, BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Terdampak
Dampak Siklon Tropis Bualoi
Seiring dengan pergerakannya, mulai dari utara Indonesia bagian timur hingga utara Indonesia bagian barat, Siklon Tropis Bualoi memberikan dampak tidak langsung.
Dampak dari adanya siklon tersebut adalah kondisi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah wilayah.
Selain itu terdapat adanya ketinggian gelombang perairan hingga 1.25 m sampai 4 m di wilayah Indonesia.
Berdasarkan analisis pada Selasa (30/9/2025) pukul 07.00 WIB, Siklon Tropis Bualoi telah menjadi depresi tropis.
Pada fase ini, sistem masih memiliki sirkulasi pusaran angin dan kumpulan awan hujan, namun kecepatan angin maksimum sudah menurun di bawah 34 knot atau 61 km/jam.
Baca juga: Awas Cuaca Ekstrem akibat Siklon Tropis Bualoi di Sekitar Indonesia, Ini Kata BMKG
Hal ini mengakibatkan kekuatannya jauh berkurang sehingga dinyatakan punah.
Azhari menjelaskan, Siklon Tropis Bualoi tersebut berada di daratan Laos pada Senin (29/9/2025) Pukul 19.00 WIB, dan telah keluar dari Area of Monitoring TCWC Jakarta pada Selasa, pukul 01.00 WIB
Siklon tropis tersebut saat ini memiliki kecepatan angin maksimum 37 km/jam dan tidak memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap cuaca ekstrem dan gelombang tinggi perairan di wilayah Indonesia.
"Siklon Tropis Bualoi menyebabkan hujan lebat serta angin kencang di utara Vietnam, sebelum melemah menjadi depresi tropis di Laos," ungkap Azhari.
Baca juga: Prakiraan BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Hujan Lebat pada 30 September-1 Oktober 2025
Penamaan siklon tropis
Sebelumnya, Siklon Tropis Bualoi pernah terbentuk pada 2019 di wilayah Samudra Pasifik Utara.
Namun, Azhari menjelaskan bahwa siklon tropis tersebut tidak sama dengan Siklon Tropis Bualoi yang tumbuh pada 2025 di wilayah Laut Filipina.
"Kedua Siklon Tropis tersebut tumbuh di wilayah tanggung jawab Japan Meteorological Agency (JMA), Jepang," ujarnya.
Sementara itu, penamaan siklon tropis yang dilakukan oleh JMA dilakukan dengan sistem bergilir.
Baca juga: Warganet Keluhkan Panas Terik di Jawa, BMKG Jelaskan Penyebab dan Durasinya
Nama-nama tersebut disepakati oleh Komite dari World Meteorological Organization (WMO) dan digunakan secara berurutan dari daftar tersebut, kemudian akan berulang digunakan untuk siklon tropis lainnya.
"Namun, daftar nama tidak digunakan kembali apabila siklon tropis memberikan dampak yang signifikan," ungkap Azhari.
Siklon tropis dapat terbentuk pada wilayah tropis dengan perairan hangat.
Secara umum, munculnya bibit atau siklon tropis dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai faktor atmosfer, misalnya seperti suhu muka laut yang hangat dan adanya gangguan atmosfer global.
"Saat ini wilayah Indonesia sedang berada dalam musim peralihan. Hal ini menyebabkan banyak terbentuknya daerah pusat tekanan rendah dan juga aktifnya gelombang atmosfer menjadi pendukung pertumbuhan bibit/siklon tropis," pungkasnya.
Baca juga: BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 28-29 September 2025
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.