Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gen Z Kepincut Laweyan: Belajar Batik, Nongkrong, hingga Foto Estetik

Baca di App
Lihat Foto
Batik Putra Laweyan
Kampung Batik Laweyan di Solo terus bertransformasi, menghadapi tantangan modernisasi, sekaligus menyimpan harapan untuk menjaga warisan budaya batik.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Kampung Batik Laweyan di Solo dikenal sebagai salah satu pusat batik tertua di Indonesia.

Sejak abad ke-16, kawasan ini telah menjadi bagian penting dalam perjalanan industri batik Nusantara.

Tidak hanya sebatas sentra produksi, Laweyan kini berkembang menjadi destinasi wisata budaya yang tetap mempertahankan nilai tradisional sekaligus membuka diri pada inovasi.

Perubahan ini tampak jelas dengan hadirnya sejumlah ruang kreatif, salah satunya Batik Putra Laweyan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak sekadar menghadirkan produk batik, tempat ini juga dilengkapi dengan kafe berdesain estetik yang membuat suasana lebih akrab dengan selera generasi muda.

Perpaduan antara budaya dan gaya hidup modern menjadikan pengalaman berkunjung terasa lebih segar dan berbeda.

Owner Batik Putra Laweyan, Gunawan Nizar, menilai meningkatnya kunjungan anak muda, khususnya Gen Z, tidak lepas dari pengaruh media sosial.

Ia mengatakan, popularitas Laweyan semakin meluas berkat kontribusi para influencer yang kerap mengunggah pengalaman mereka saat berkunjung.

“Sekarang banyak influencer datang ke Laweyan, mereka posting di Instagram atau TikTok, dan itu langsung mengangkat nama kampung batik ini. Jadi makin dikenal anak-anak muda,” ujar Gunawan.

Laweyan, sentra batik yang kian akrab dengan Gen Z

Generasi Z menjadi salah satu pengunjung yang paling antusias. Bagi mereka, Laweyan bukan hanya tempat membeli kain, tetapi juga ruang untuk belajar membatik, menikmati suasana kafe, hingga berbagi momen melalui media sosial.

Kehadiran spot-spot foto instagramable semakin memperkuat daya tarik Laweyan di mata anak muda.

Selain itu, pengaruh para influencer turut mendorong popularitas Laweyan. Banyak unggahan di Instagram dan TikTok yang menampilkan suasana gang-gang kecil, mural, serta aktivitas kreatif di kampung batik ini.

Konten-konten tersebut membuat Laweyan lebih mudah dikenal publik, khususnya kalangan anak muda dari dalam maupun luar Solo.

Baca juga: Asal-usul Nama Batik, Makna dan Perjalanannya Menjadi Warisan Budaya Dunia

Dengan kombinasi sejarah panjang, nilai budaya, dan nuansa kekinian, Kampung Batik Laweyan berhasil membuktikan diri sebagai destinasi yang relevan di era modern.

Bukan hanya menjaga warisan batik, kawasan ini juga menjadi ruang pertemuan lintas generasi yang ingin tetap terhubung dengan tradisi, sembari menikmati gaya hidup masa kini.

Menurutnya, faktor lain yang membuat Gen Z tertarik adalah suasana kampung batik yang kini lebih ramah anak muda.

"Kehadiran kafe, ruang edukasi batik, hingga spot foto yang estetik menjadikan Laweyan lebih mudah melekat di selera generasi sekarang," tuturnya.

Gunawan menambahkan, perpaduan antara budaya tradisional dan gaya hidup modern adalah kunci mengapa Laweyan tetap relevan di tengah tren kekinian.

“Anak muda datang bukan cuma beli batik. Mereka bisa belajar, nongkrong, foto-foto, sekaligus menikmati suasana. Itu yang bikin Laweyan punya daya tarik kuat,” tuturnya.

Baca juga: Hari Batik Nasional 2025: Tips Pakar untuk Memilih Batik Sesuai Acara

Gen Z juga kepincut tempat estetik

Dita Prameswari, mahasiswi berusia 22 tahun, mengaku sering datang ke Laweyan untuk sekadar belajar batik atau nongkrong bersama teman.

“Sebagai anak Solo, saya bangga banget bisa punya kampung batik yang masih hidup sampai sekarang. Di Batik Putra Laweyan, saya bukan cuma lihat batik, tapi juga bisa belajar langsung prosesnya. Seru banget karena ada kafe yang estetik dan instagramable,” kata Dita sambil tersenyum.

Menurutnya, kombinasi antara edukasi batik dengan suasana kafe membuat pengalaman berkunjung terasa berbeda.

Ia mengatakan, setelah belajar membatik, ia biasanya menghabiskan waktu di kafe untuk memesan kopi atau makanan ringan sambil berfoto bersama teman.

Hal senada diungkapkan Fadlan Maulana (24) asal Boyolali yang datang ke Solo untuk pertama kali. Ia mengaku tertarik ke Laweyan setelah mendengar cerita tentang kawasan batik tradisional yang kini dikemas lebih modern.

Baca juga: Tema dan Ikon Hari Batik Nasional 2025

“Saya datang ke Solo khususnya ke Laweyan karena penasaran sama cerita batik aslinya. Ternyata di Batik Putra Laweyan bukan cuma soal kain, tapi juga lifestyle,” ujarnya.

Fadlan menambahkan, suasana gang-gang kecil, mural, dan kafe dengan nuansa tradisional modern memberi kesan berbeda.

“Saya sama pasangan sempat beli makanan ringan, lalu foto-foto di spot tradisional modern itu. Jadi pengalaman belanja batik rasanya lebih fun dan cocok buat anak muda sekarang,” imbuhnya.

Kombinasi nilai budaya dan gaya hidup inilah yang membuat Batik Putra Laweyan terus relevan di mata anak muda.

Tak sekadar tempat membeli kain, kawasan ini kini menjadi ruang pertemuan generasi yang ingin tetap terhubung dengan warisan budaya sambil menikmati tren kekinian.

Menurut Gunawan meningkatnya kunjungan anak muda, khususnya Gen Z, tidak lepas dari pengaruh media sosial. Ia mengatakan, popularitas Laweyan semakin meluas berkat kontribusi para influencer yang kerap mengunggah pengalaman mereka saat berkunjung.

Baca juga: Motif Batik Beda-beda di Berbagai Daerah, Pakar Ungkap Alasannya

“Sekarang banyak influencer datang ke Laweyan, mereka posting di Instagram atau TikTok, dan itu langsung mengangkat nama kampung batik ini. Jadi makin dikenal anak-anak muda,” ujar Gunawan.

Menurutnya, faktor lain yang membuat Gen Z tertarik adalah suasana kampung batik yang kini lebih ramah anak muda.

Kehadiran kafe, ruang edukasi batik, hingga spot foto yang estetik menjadikan Laweyan lebih mudah melekat di selera generasi sekarang.

Gunawan menambahkan, perpaduan antara budaya tradisional dan gaya hidup modern adalah kunci mengapa Laweyan tetap relevan di tengah tren kekinian.

“Anak muda datang bukan cuma beli batik. Mereka bisa belajar, nongkrong, foto-foto, sekaligus menikmati suasana. Itu yang bikin Laweyan punya daya tarik kuat,” tuturnya.

Baca juga: Ucapan Selamat Hari Batik Nasional 2025 dan Twibbon Gratis

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi