Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Cerita Warganet Makan Makanan Kucing, Dokter Hewan: Aman Dikonsumsi Tapi...

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Anna Kumpan
makanan kucing.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Lini masa media sosial Instagram ramai membahas mengenai kisah mahasiswa di Swiss yang berhemat dengan mengonsumsi makanan kucing.

Akun @n*****s menceritakan, "Menurutnya, satu kantong makanan kucing 3 kg seharga Rp77 ribu mengandung 32 persen protein, lebih tinggi dibanding makanan lain yang ia temui di Swiss," pada Kamis (2/10/2025).

Banyak warganet yang menanggapi unggahan tersebut dengan berbagi pengalaman mencicipi makanan kucing dan juga keheranan dengan manfaat dari produk asupan hewan tersebut.

Salah satunya akun @s******_*******i yang menuliskan, "aku pernah kerja di petshop dan klinik, di sana saat bungkus pakan kucing ... aku pun sering makan makanan kucingnya, lah kata dokter hewannya aman," pada Kamis (2/10/2025).

Lantas, benarkah makanan kucing aman dikonsumsi manusia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mahasiswa China Ini Konsumsi Makanan Kucing demi Bertahan Hidup Hemat, Apa Katanya?

Bisakah makanan kucing dikonsumsi?

Dosen Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Slamet Raharjo menjelaskan bahwa kucing adalah hewan pemakan daging atau karnivora sejati.

Dengan begitu, makanan utama kucing adalah daging dengan kandungan protein tinggi.

Dalam perkembangannya, kata dia, manusia menciptakan pakan kucing buatan manusia atau yang kerap disebut "cat food".

"Karena kebutuhan energi kucing yang tinggi, cat food didesain dengan kadar protein yang tinggi, rata-rata sekitar 32 persen crude protein," terang Slamet saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/10/2025).

Dia melanjutkan, bahan utama untuk pakan kucing biasanya dibuat dari produk ikan, daging ayam, kambing, domba, sapi, babi, yang sama untuk konsumsi manusia.

"Jadi, pada dasarnya bahan utama sama dengan produk untuk manusia tetapi beda grade," ujar Slamet.

"Karena itu, cat food bisa dimakan oleh manusia," tegasnya.

Baca juga: Pasangan India Pilih Cerai gara-gara Anjing dan Kucing Tak Akur, Kok Bisa?

Catatan yang perlu diperhatikan

Walaupun aman dikonsumsi, Slamet memberikan imbauan untuk mengonsumsi pakan hewan sebatas untuk memenuhi rasa penasaran akan rasa cat food saja.

"Namun, bila kemudian dijadikan makanan pokok, tentu akan menjadi perdebatan umum, seperti 'kayak tidak ada makanan lain saja'," tutur Slamet.

"Artinya, asas kepatutan masih menjadi perdebatan," sambung dia.

Ia pun menjelaskan bahwa proses produksi pakan hewan memiliki kadar higienitas yang berbeda atau lebih rendah dari pengolahan produk untuk manusia.

"Penambahan feed additive supaya produk pakan tahan lama, suplemen vitamin dan mineral yang takarannya untuk kucing tentu berbeda dengan takaran untuk manusia," kata dia.

Menurut dia, poin-poin tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan asupan nutrisi bagi manusia yang mengkonsumsi cat food secara jangka panjang.

"Bahaya efek samping feed additive bagi manusia juga bisa menjadi karsinogen yang memicu tumbuhnya tumor atau kanker yang baru akan muncul bertahun-tahun kemudian," tambah Slamet.

Dengan begitu, dia menyimpulkan bahwa pakan kucing memiliki kandungan protein yang tinggi, tetapi hanya didesain untuk kucing.

Bahkan, terdapat pembedaaan kandungan nutrisi untuk produk anak kucing hingga kucing dewasa.

"Sehingga, meskipun layak konsumsi, tapi tidak direkomendasikan sebagai makanan pokok bagi manusia," pungkas dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi