KOMPAS.com - Fenomena orang pintar yang bertingkah konyol bukanlah hal baru.
Banyak individu dengan IQ tinggi justru kerap berperilaku tak masuk akal di luar bidang keahliannya.
Dilansir dari jurnal NIH yang dipublikasikan pada 4 September 2009, para peneliti menyebut gejala ini sebagai bentuk “kebodohan cerdas”, situasi ketika kemampuan berpikir logis dan analitis yang luar biasa membuat seseorang mengabaikan naluri dasar dan akal sehat yang dibentuk oleh pengalaman manusia.
Orang dengan IQ tinggi sering memecahkan setiap persoalan dengan analisis mendalam, bahkan untuk hal-hal yang sebetulnya cukup disikapi dengan perasaan atau intuisi.
Akibatnya, keputusan mereka terkadang terasa janggal atau tidak praktis.
Lantas mengapa orang cerdas sering bertingkah konyol?
Baca juga: Ciri Humor yang Dimiliki Orang Cerdas, seperti Apa?
Orang cerdas menggunakan otaknya secara berlebihan
Sosiolog evolusioner Satoshi Kanazawa menjelaskan, individu dengan kecerdasan tinggi cenderung menggunakan otaknya secara berlebihan.
”Mereka ingin menilai semua hal secara rasional, meskipun tidak semua situasi membutuhkan pendekatan logis," kata Kanazawa.
Inilah alasan orang dengan kecerdasan tinggi sering melahirkan perilaku atau gagasan yang tampak aneh bagi kebanyakan orang.
Kecerdasan tinggi sering beriringan dengan sifat terbuka terhadap pengalaman baru, pandangan politik progresif, serta pola pikir rasional yang kadang menjauh dari nilai-nilai umum.
Kombinasi ini bisa membuat seseorang merasa lebih unggul dalam berpikir, namun di sisi lain menjauhkan mereka dari realitas sosial.
Baca juga: 7 Tanda Anak Anda Lebih Cerdas dari Anak-anak Seusianya, Apa Saja?
Dalam masyarakat modern yang mengagungkan prestasi intelektual, banyak pemikir dan profesional berlomba menunjukkan kecerdasannya di ruang publik.
Namun, ketika gagasan mereka hanya bergulir di kalangan sesama individu ber-IQ tinggi, tercipta ruang berpikir tertutup yang memperkuat bias dan mengabaikan pandangan masyarakat luas.
Fenomena inilah yang kemudian melahirkan konsep “kebenaran politik”, ide-ide yang dianggap benar secara moral, tapi sering kali tidak berpijak pada akal sehat atau kenyataan sosial.
Pada akhirnya, orang cerdas bukan tidak punya akal sehat.
Mereka hanya terlalu sering menundanya di bawah tumpukan logika dan analisis, hingga lupa bahwa tidak semua hal di dunia ini bisa dijelaskan dengan rumus atau teori.
Baca juga: 13 Kebiasaan Unik Tanda Orang Cerdas, Apa Saja?
Ketika kecerdasan berbalik jadi kekonyolan
Banyak orang berpikir, makin tinggi IQ seseorang, makin logis dan bijaklah ia dalam bertindak.
Tapi penelitian menunjukkan, orang yang sangat cerdas justru sering berbuat hal-hal yang tampak “konyol.”
Dilansir dari Science Direct (6/12/2009), fenomena ini dikenal sebagai “Clever Sillies”, istilah yang digunakan oleh Bruce Charlton (2009) untuk menggambarkan orang pintar yang sering kehilangan akal sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Charlton berpendapat bahwa sebagian orang dengan IQ tinggi punya kecenderungan berpikir terlalu rumit.
Baca juga: Anak Jenius 12 Tahun dengan IQ 204 Drop Out dari SMA karena Dibully, Kini Bidik Oxford
Mereka menganalisis segalanya secara logis, termasuk hal-hal yang seharusnya cukup ditangani dengan naluri atau pengalaman sosial.
Akibatnya, keputusan mereka kadang terlihat tidak masuk akal.
Ia juga mengaitkan hal ini dengan kepribadian khas orang cerdas, yakni terbuka terhadap pengalaman baru, berpandangan progresif, dan cenderung berpikir bebas dari norma umum.
Namun, ketika kecerdasan digunakan secara berlebihan untuk memecahkan masalah yang sebetulnya sederhana, hasilnya bisa jadi aneh, bahkan bodoh bagi kebanyakan orang.
Contohnya, ilmuwan yang sangat brilian dalam riset tapi kikuk dalam interaksi sosial, atau akademisi yang mempromosikan ide ekstrem demi terlihat berbeda.
Menurut Charlton, mereka seperti profesor jenius tapi linglung, cerdas secara teknis tapi kerap salah membaca kehidupan nyata.
Baca juga: 10 Ciri Orang Cerdas yang Tak Banyak Disadari
Dua jenis orang cerdas konyol
Para peneliti setelah Charlton menilai, tidak semua orang cerdas konyol sama. Ada dua tipe utama yaitu pencetus ide dan pengikut ide.
Pencetus ide adalah tipe jenius kreatif. Mereka berani mengemukakan gagasan baru yang melawan arus, meski berisiko dikritik atau dikucilkan.
Contohnya bisa ditemukan pada pemikir seperti Marx, Nietzsche, atau Gramsci, yang ide-idenya radikal dan sering bertentangan dengan zamannya.
Mereka biasanya sangat orisinal dan berani mengambil risiko demi visi besar.
Pengikut ide justru kebalikannya. Mereka bukan pencipta gagasan baru, tapi lebih suka mengikuti ide-ide “cerdas tapi konyol” yang sudah populer di kalangan akademisi.
Dengan cara ini, mereka tetap tampak pintar tanpa perlu menanggung risiko besar.
Baca juga: 10 Kebiasaan Pakai HP Ini Dikaitkan dengan Ciri Orang Cerdas, Apa Saja?
Biasanya, mereka berasal dari bidang non-sains dan lebih mengutamakan pengakuan sosial dibanding penemuan baru.
Psikolog Michael Woodley kemudian mengusulkan teori lain, yaitu “Hipotesis Mediasi Budaya.”
Ia berpendapat bahwa orang cerdas bukan kehilangan akal sehat, tapi justru lebih peka terhadap nilai-nilai dominan di masyarakat.
Karena itu, mereka mudah menyesuaikan diri dengan pandangan yang sedang dianggap benar secara sosial, seperti gerakan political correctness atau postmodernisme.
Namun, di sisi lain, kecenderungan untuk selalu ingin terlihat logis dan lebih tahu bisa membuat orang cerdas terjebak dalam lingkaran pemikiran elitis.
Mereka sibuk memamerkan kecerdasan di hadapan sesama intelektual, tapi lupa mendengarkan kenyataan yang ada di luar ruang diskusi.
Baca juga: Soal Cerdas Cermat 17 Agustus beserta Jawabannya untuk Referensi Lomba
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang