Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Orangtua Santri Ponpes Al Khoziny, Antara Harapan dan Keikhlasan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH
Para keluarga dan saudara korban runtuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo saat berada di posko Kampus 2 Al Khoziny, Minggu (5/10/2025).
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Sejak tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo pada Senin (29/9/2025), suasana di posko darurat masih diselimuti duka dan harapan yang belum padam.

Di tengah deru alat berat dan lantunan doa, para orangtua santri korban runtuhan masih menunggu kabar tentang anak-anak mereka. Sebagian menanti kepastian, sebagian lain sudah melepas kepergian dengan tenang.

Baca juga: Update Jumlah Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 6 Oktober 2025, BNPB: 50 Meninggal Dunia, 5 Bagian Tubuh Ditemukan

Tenda-tenda BPBD Jawa Timur dan lorong RS Bhayangkara Surabaya menjadi tempat di mana doa, rasa cemas, dan keikhlasan berpadu dalam satu ruang yang sama.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana kisah para orangtua menanti kabar anak-anaknya yang menjadi korban ambruknya Ponpes Al Khoziny?

Ayah Farhan: sempat mengira anaknya selamat

Bagi M Siam, ayah dari Farhan (16), waktu terasa berhenti sejak Senin (29/9/2025). Ia dan sang istri terus berkeliling rumah sakit demi mencari anak sulung mereka yang belum ditemukan.

"Saya sudah keliling cari anak saya sampai malam, tapi enggak ketemu. Saya sempat menemukan anak namanya Farhan, ternyata bukan anak saya," kata Siam di Posko BPBD Jawa Timur, dikutip dari Kompas.com, Minggu (5/10/2025).

Dari kesaksian para santri selamat, Farhan diketahui sedang salat Asar di lantai dasar musala saat bangunan empat lantai itu ambruk. 

"Teman anak saya di belakang. Tapi kata teman dia, ketua kamar, anak saya sedang salat," ujarnya lirih.

Siam masih menunggu kabar di posko DVI RS Bhayangkara, berharap nama Farhan suatu hari dibacakan dalam daftar identifikasi. 

"Dia anak pertama. Adiknya masih SD kelas dua, belum mondok. Kami asli Bangkalan, tapi tinggal di Kutisari," ujarnya pelan.

Harapan sempat muncul ketika ada nama Farhan di daftar selamat, namun ternyata bukan dirinya. 

"Sempat lega waktu dengar ada nama Farhan di daftar selamat. Tapi pas dicek, ternyata bukan anak saya," katanya.

Bagi Siam, Farhan adalah kebanggaan keluarga karena kepintarannya. 

"Farhan itu pintar. Kalau di sekolah, ya juara satu, juara dua gitu. Iya, berprestasi," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Update Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny, Korban Meninggal Jadi 40 Orang

Ibu Firman: pingsan melihat peti anak

Sementara Siti, ibu dari Firman Nur (16), harus menghadapi kenyataan pahit. Tubuhnya hampir ambruk ketika melihat peti jenazah sang anak di RS Bhayangkara Surabaya, Minggu (5/10/2025) dini hari.

Perempuan berkerudung hijau tua itu duduk lemah di samping ambulans yang membawa jenazah anaknya. 

"Aku kuat, aku kuat," katanya, dikutip dari Kompas.com, Minggu. 

"Anakku, enteni (tunggu) aku kuat!" seru ibu Firman setelah tangisnya pecah. 

Firman termasuk tiga santri pertama yang berhasil diidentifikasi Tim DVI Polda Jawa Timur.

"Pertama, jenazah bernomor PM-RSBB 002 teridentifikasi melalui gigi, medis, dan properti. Cocok dengan data Ante-Mortem bernomor 036 bernama Firman Nur," terang Kabiddokkes Polda Jatim, dr M Khusnan Marzuki.

Baca juga: Warganet Nilai Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny Lama, Pakar Konstruksi: Langkah Tim SAR Sudah Benar

Ayah Milal: ikhlas anaknya meninggal saat shalat

Berbeda lagi dengan Ahmad Rofiq (49), ayah Daul Milal (18), yang memilih berserah diri.

"Kami ikhlas. Karena Daul lagi menuntut ilmu. Saya dengar dari teman-temannya, (meninggal) waktu sholat. Insya Allah sahid," ujarnya di RS Bhayangkara, dilansir dari Kompas.com, Minggu (5/10/2025).

Milal dikenal pendiam dan gemar bermain hadroh. Bahkan, ia sempat tampil sehari sebelum tragedi ambruknya musala ponpes. 

"Kemarinnya katanya masih tampil. Hari Minggunya sempat tampil, kata teman-teman yang masih hidup. Di acara Mauludan, ikut hadrahnya pondok," kenang sang ayah.

Nama Milal juga termasuk dalam daftar tiga korban pertama yang teridentifikasi Tim DVI. 

"Jenazah bernomor PM RSBB 006 teridentifikasi melalui sidik jari, gigi, medis, dan properti barang," jelas dr Khusnan.

Baca juga: 5 Fakta Terbaru soal Evakuasi Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny

Fokus evakuasi saat ini

Sementara keluarga menanti kabar, tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan masih terus menyisir reruntuhan bangunan. 

Direktur Operasi Basarnas Yudhi Bramantyo menyebut fokus mereka adalah mengevakuasi korban yang tertimbun.

"Fokus utama kami saat ini adalah menemukan korban yang masih tertimbun dan memastikan seluruh jenazah teridentifikasi dengan benar," kata Yudhi Bramantyo, dikutip dari Kompas.com, Minggu. 

Fokus evakuasi yakni sektor A1 dan A3, dua titik di area barat dan tengah kompleks pesantren yang diyakini menjadi lokasi terpadat santri saat kejadian.

Sektor A1 meliputi bagian musala utama dan asrama putra, sedangkan sektor A3 berada di sisi belakang bangunan yang bersebelahan dengan dapur umum pesantren. 

Deputi Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Budi Irawan menambahkan, pembersihan reruntuhan sudah mencapai 60 persen. Namun proses terhambat karena struktur beton tebal masih menempel pada bangunan di sebelahnya.

"Tim ITS akan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan agar proses pembersihan tidak mengganggu atau merusak bangunan lain," ujarnya.

Baca juga: Potret Perubahan Ponpes Al Khoziny 2015-2024 dari Google Earth: Halaman Jadi Bangunan 3 Lantai

Pencarian berlanjut, keluarga masih bertahan di posko

Hingga Minggu (5/10/2025) sore, posko BPBD Jawa Timur dan RS Bhayangkara Surabaya masih dipadati keluarga korban yang menunggu informasi terbaru. 

Sebagian memilih bermalam di tenda darurat, sebagian bergantian menunggu hasil identifikasi.

Petugas SAR tetap melanjutkan pencarian selama 24 jam penuh, menyisir setiap lapisan puing hingga lantai dasar.

Bagi para orangtua, setiap nama yang dibacakan petugas menjadi penentu antara harapan dan kenyataan. Di tengah situasi sulit, mereka tetap bertahan dengan keyakinan ingin menemukan anaknya dalam keadaan apa pun.

Hingga Senin (6/10/2025) pukul 03.38 WIB, BNPB telah mengkonfirmasi bahwa 50 korban meninggal dunia. 

"Hasil pencarian hari Senin tanggal 6 Oktober 2025 ditemukan 1 jenazah. Total (korban) meninggal dunia 50 orang," jelas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, dikutip dari Kompas.com, Senin pagi.

Dengan demikian, terdapat korban selamat sebanyak 104 orang, korban tewas 50 orang dan 13 lainnya masih dalam pencarian. 

(Sumber: Kompas.com/Rachmawati, Bilal Ramadhan, Alinda Hardiantoro | Editor: Rachmawati, Bilal Ramadhan, Resa Eka Ayu Sartika)

 

 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi