KOMPAS.com - Belakangan, media sosial ramai membahas fenomena aktivitas bersih-bersih yang dianggap dapat membantu memperbaiki kondisi mental.
Bermula dari unggahan seorang pengguna X @ca****rdj pada Sabtu (4/10/2025), banyak warganet menanggapi narasi berbunyi, "Orang stres gitu nggak cerita, tapi tiba-tiba nyikat kamar mandi."
Unggahan yang telah ditonton lebih dari 1,8 juta kali tersebut memicu banyak warganet berbagi pengalaman serupa. Warganet berbagi bahwa beberapa aktivitas seperti menyikat kamar mandi hingga merapikan kulkas sebagai cara untuk menenangkan pikiran.
Baca juga: 10 Kota dengan Kualitas Udara Paling Bersih di Asia Tenggara, Satu di Indonesia
"Coba decluttering isi kulkas sekalian bersih-bersih... calming sekali bub," tulis akun @NE****tjd.
Fenomena ini kemudian menimbulkan pertanyaan, mengapa aktivitas menjaga kebersihan kerap dikaitkan dengan kondisi mental seseorang termasuk saat mengalami stres atau depresi?
Alasan kebersihan dihubungkan dengan depresi
Psikolog Klinis Adityana Kasandra Putranto memberikan penjelasan mengapa kebersihan menggambarkan kondisi mental seseorang.
"Kebersihan sering kali mencerminkan kondisi psikologis seseorang," kata Adityana kepada Kompas.com, Kamis (9/10/2025).
Saat seseorang tekanan emosional seperti depresi hingga gangguan kecemasan, maka kemampuan otak dalam memutuskan seseuatu dan mengatur energi terpengaruh.
"Ketika seseorang mengalami stres berat, depresi, atau gangguan kecemasan, kemampuan otaknya untuk mengatur energi, motivasi, dan fungsi eksekutif (seperti membuat keputusan, memulai aktivitas, dan mengatur prioritas) menurun," sambungnya.
Karena penurunan kemampuan itu, seseorang jadi menganggap bahwa aktivitas sederhana seperti sekadar membersihkan diri dianggap berat.
"Akibatnya, aktivitas seperti mandi, mencuci, atau membersihkan kamar yang sebenarnya sederhana bisa terasa sangat berat dan tidak penting dibandingkan rasa lelah emosional yang alami," paparnya.
Baca juga: Studi: Bersih-bersih Rumah Punya Efek yang Sama dengan Merokok 20 Batang Per Hari
Bukti ilmiah terkait kebersihan cerminan kondisi mental individu
Lebih lanjut, Adityana menjelaskan beberapa faktor mengapa kebersihan diasosiasikan dengan kesehatan mental seseorang.
Rupanya beberapa studi telah memberikan penjelasan tentang fenomena ini.
1. Penurunan motivasi dan energiMengutip jurnal American Psychological Association terbitan 2022, Adityana memaparkan bahwa salah satu gejala utama depresi yakni anhedonia.
Ahnedonia sendiri merupakan keadaan ketika seseorang kehilangan minat atau sulit menikmati sesuatu.
"Salah satu gejala utama depresi adalah anhedonia (kehilangan minat/kenikmatan) dan keletihan ekstrem , yang membuat seseorang tidak lagi memiliki energi untuk melakukan aktivitas perawatan diri, termasuk membersihkan rumah atau mandi," jelasnya.
2. Keteraturan lingkungan sebagai cerminan kondisi mentalSelanjutnya, Adityana mengutip penelitian Darby dkk (2019) tentang lingkungan yang memengaruhi kondisi mental seseorang. Lingkungan yang berantakan akan membuat seseorang merasa kehilangan kendali.
"Lingkungan yang berantakan dapat meredakan gejala kecemasan dan membuat seseorang merasa kehilangan kendali. Sebaliknya, ketika seseorang mulai membersihkan ruangannya, muncul perasaan mengambil kembali kendali atas hidupnya sebuah bentuk mekanisme coping yang adaptif," ujarnya.
Kemudian, ia menyimpulkan bahwa ketika seseorang sedang depresi berat maka kemampuannya mengatur sekitarnya jadi terhambat.
"Namun pada fase depresi berat, kemampuan mengatur lingkungan justru terhambat, sehingga terjadi kekacauan cerminan disorganisasi mental," terangnya.
Baca juga: 7 Tips Bersih-bersih Rumah Setelah Lebaran
3. Hubungan dua arah: stres dan kebersihanBerikutnya, Adityana mengungkap temuan studi Han dkk (2025) yang menunjukkan adanya hubungan dua arah antara stres dan kebersihan.
"Membersihkan rumah dapat menurunkan stres, namun stres berlebih justru menurunkan kemampuan untuk bersih-bersih. Artinya, hubungan ini dua arah dan saling mempengaruhi," ujarnya.
Sebagai implementasinya, seseorang yang mengalami stres ringan dapat menganggap aktivitas bersih-bersih sebagai pelampiasan.
"Saat stres ringan membersihkan bisa menjadi pelampiasan positif," ungkapnya.
Sebaliknya, ketika seseorang mengalami stres berat maka membersihkan lingkungan terasa mustahil.
"Saat stres atau depresi berat membersihkan bisa terasa mustahil," kata dia.
4. Simbolik dan sosialTerakhir, Adityana menjelaskan studi Corrigan & Watson (2002) menemukan bahwa secara simbolik bersih-bersih sebagai upaya "pemurnian diri".
Sayangnya, hal ini berbeda bagi seseorang dengan gangguan mental.
"Secara simbolik, bersih-bersih diartikan sebagai upaya 'memurnikan' diri dari kekacauan emosional. Namun bagi orang-orang dengan gangguan mental, tubuh dan lingkungan yang kotor sering kali menambah rasa bersalah atau malu (self-stigma) yang justru menerima depresi," paparnya.
Baca juga: Kenapa Nonton Video Orang Bersih-bersih Bikin Kita Nyaman?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang