KOMPAS.com - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur mengumumkan perkembangan hasil identifikasi korban tragedi robohnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo.
Hingga Jumat (10/10/2025) malam, tim DVI berhasil mengidentifikasi tiga kantong jenazah tambahan, yang terdiri dari dua jenazah utuh dan satu bagian tubuh (body part).
Dengan tambahan ini, total 50 jenazah korban ambruknya musala Ponpes Al-Khoziny telah berhasil diidentifikasi, dikutip dari Tribratanews, Sabtu (11/10/2025).
Adapun jumlah korban jiwa diperkirakan masih akan bertambah karena sejumlah kantong jenazah masih dalam proses identifikasi.
Baca juga: Pelajaran Teknis Bangunan dari Tragedi Ponpes Al Khoziny Menurut Pakar UGM
Identitas tiga korban terbaru
Dalam kesempatan yang sama, Kabid Dokkes Polda Jatim sekaligus Komandan DVI, Kombes Pol Khusnan Marzuki menjelaskan, hasil identifikasi terbaru dilakukan melalui metode medis, pemeriksaan gigi, dan analisis DNA.
Kantong jenazah nomor PM RSB B-031 teridentifikasi melalui data gigi dan medis yang cocok dengan nomor AM 051, atas nama Moh. Alfin Mutawakkilalallah (17), asal Desa Lomaer, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan.
Kantong jenazah nomor PM RSB B-049 teridentifikasi melalui data gigi dan medis yang sesuai dengan nomor AM 004, atas nama Muhammad Iklil Ibrahim Al Aqil (15), warga Dusun Tegal Gebang, Desa Sukorejo, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember.
Satu bagian tubuh (body part) nomor PM 056.1 teridentifikasi melalui pemeriksaan DNA dan medis yang cocok dengan nomor PM 030, yaitu Mochammad Haikal Ridwan (14), asal Dusun Barat Leke, Desa Sendang Dajah, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan.
“Dengan tambahan ini, tim gabungan hingga malam ini telah mengidentifikasi 50 korban dari total 67 kantong jenazah yang diterima,” jelas Khusnan.
Baca juga: Soal Rencana Pembangunan Ponpes Al Khoziny Pakai APBN, Dasco: Belum Kesimpulan
Masih ada 14 kantong jenazah yang belum teridentifikasi
Lebih lanjut, Khusnan menyampaikan bahwa masih ada 14 kantong jenazah yang saat ini sedang dalam proses pemeriksaan lebih lanjut.
Dari total 67 kantong yang diterima, 53 kantong sudah teridentifikasi dan mewakili 50 individu korban.
“Kami masih menunggu hasil pemeriksaan DNA untuk memastikan jumlah akhir. Kami mohon kesabaran dari keluarga karena proses ini memerlukan ketelitian dan waktu,” ujarnya.
Ia menambahkan, keluarga korban yang telah teridentifikasi, termasuk keluarga Mochammad Haikal Ridwan, sudah dihubungi pihak kepolisian untuk proses penyerahan jenazah sesuai dengan permintaan keluarga.
Sementara itu, Kabid DVI Pusdokkes Polri Kombes Pol Wahyu Hidayati menjelaskan bahwa pemeriksaan terhadap sisa kantong jenazah kini memasuki tahap yang lebih sulit karena kondisi sampel yang menurun kualitasnya.
“Semakin sedikit hasil yang kami rilis bukan berarti pekerjaan berhenti. Namun, sampel DNA yang tersisa kualitasnya tidak sebaik sebelumnya,” kata dia.
Menurut Wahyu, proses identifikasi berbasis DNA membutuhkan waktu lebih lama bila jumlah DNA yang dapat dideteksi sangat sedikit.
“Sebagian sampel berupa potongan tubuh (body part), sehingga kami belum bisa memastikan jumlah pasti korban sebelum seluruh pemeriksaan selesai. Kami mohon keluarga bersabar,” ujarnya.
Wahyu juga menegaskan, dari total 67 kantong jenazah yang diterima, jumlah korban yang dilaporkan hilang mencapai 63 orang.
“Jumlah kantong jenazah tidak selalu sama dengan jumlah korban, karena satu korban bisa terdiri dari lebih dari satu kantong jenazah,” pungkasnya.
Polda Jawa Timur bersama Pusdokkes Polri terus melanjutkan operasi DVI dengan dukungan ahli forensik dan laboratorium DNA.
Upaya ini dilakukan untuk memastikan seluruh korban tragedi ambruknya bangunan Ponpes Al-Khoziny dapat teridentifikasi secara ilmiah.
Baca juga: Ini Kata Pengamat soal Rencana Ponpes Al Khoziny Dibangun Ulang Pakai APBN
Adanya dugaan kegagalan kontruksi
Saat ini, insiden robohnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny masih dalam penyidikan tim gabungan Direktorat Reserse Kriminal Umum dan Direktorat Reserse Kriminal Khusus.
Pada Rabu (8/10/2025) malam, tim penyidik mengadakan gelar perkara dan menaikkan status penanganan menjadi penyidikan. Sebanyak 17 saksi telah diperiksa dalam proses penyidikan.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto menjelaskan, para saksi yang diperiksa berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari santri, pengurus pondok, dan warga sekitar, hingga para ahli di bidangnya.
Menurutnya, ahli yang dilibatkan mencakup ahli teknik sipil dan ahli bangunan gedung untuk menganalisis kemungkinan penyebab runtuhnya konstruksi.
Nanang juga menegaskan, pihaknya tidak menutup kemungkinan pimpinan Ponpes Al Khoziny akan ikut diperiksa secara bertahap dalam proses penyelidikan.
“Belum (memeriksa pimpinan ponpes). Kami masih memanggil saksi-saksi terlebih dahulu. Nantinya pemeriksaan akan mengarah pada pihak-pihak yang bertanggung jawab,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Kamis (9/10/2025).
Dari hasil pemeriksaan awal, Kapolda Jatim mengindikasikan adanya dugaan kegagalan konstruksi (failure construction) sebagai penyebab sementara ambruknya bangunan asrama putra Ponpes Al-Khoziny.
Peristiwa itu terjadi ketika gedung masih dalam proses pengecoran lantai empat dan tiba-tiba runtuh menimpa para santri yang tengah melaksanakan salat Ashar berjemaah.
Meski demikian, Nanang menegaskan bahwa penyelidikan masih terus dilakukan secara mendalam untuk memastikan penyebab pasti keruntuhan bangunan.
“Penyelidikan ini tidak berhenti pada dugaan awal. Kami pastikan seluruh proses dilakukan secara ilmiah dan menyeluruh,” tegasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang